Jangan lampiaskan emosi pada anak!

Jihan terlihat santai menyuapi Ezra makan, sekalian dia juga menghabiskan makanannya. Sementara Fathi yang sudah tiba di rumahnya, wajah lelahnya terlihat tidak bersahabat. Bik Murni terlihat terburu-buru menyambut kepulangan majikannya, dengan hati-hati mengambil tas kerja serta jas putih milik Fathi untuk dibawa masuk ke dalam. Setelah itu, Bik Murni bergegas membuat teh hangat buat Fathi. Ya, begitulah pekerjaan Bik Murni setelah Embun meninggal, selama Embun masih hidup maka senantiasa wanita itu menyambut kepulangan suaminya dengan suka cita.

Fathi agak mencebik saat melihat keberadaan Jihan bersama putranya, dia melangkahkan kakinya sembari menyingsingkan lengan kemejanya hingga sebatas siku tangannya.

“Makannya sudah habis, waktunya dede cuci muka yuk,” ajak Jihan. Bocah tampan itu dia dirikan sembari mengusap kedua pipinya lalu mengendongnya. Sejenak Jihan dan Fathi beradu pandang, lalu tak lama gadis itu melewatinya menuju kamar mandi. Fathi masih diam dan membiarkan istrinya pergi membawa anaknya.

“Pak Fathi, ini teh hangatnya. Bapak mau langsung makan malam atau bagaimana?” tanya Bik Murni yang mengantarkan minum ke ruang tengah.

“Saya sudah makan malam di rumah sakit, bikinkan roti isi aja Bik,” pinta Fathi, sembari menatap logo kotak makan yang sangat dia kenal.

“Baik Pak.” Bik Murni undur diri dan bergegas kembali ke dapur.

Fathi meraih kotak makanan tersebut dan mendengkus sebal melihatnya. Namun, saat ada satu kotak makanan berisikan beberapa cake potong yang terlihat belum disentuh oleh Jihan, dengan sengajanya dia jatuhkan ke atas lantai hingga cake tersebut sudah tak layak untuk di makan.

Kebetulan sekali Jihan bersama Ezra sudah kembali ke ruang tengah, dan sontak saja netra Jihan membeliak melihat cake yang baru saja ingin dia nikmati sebagai hidangan penutup sudah berada di lantai. Marahkah Jihan?

Sudah tentu Jihan marah, tapi kemarahannya tidak dia luapkan. Padahal bisa saja dia meneriaki suaminya yang kepergok dengan sengaja menjatuhkan kotak makanan miliknya. Gadis itu masih ada etikanya jika ingin ribut, jangan di depan anak kecil.

“Ante, ue-na atuh,” tunjuk Ezra di dalam gendongan Jihan, lalu dia menatap papa-nya yang ada di sana.

“Ya, Nak kita gak jadi makan kuenya, besok Tante beli lagi kue-nya ya, kalau Ezra mau,” jawab Jihan sembari menurunkan keponakannya di atas sofa.

Sebenarnya Fathi agak terkejut saat kelakuannya ternyata kepergok oleh Jihan, lantas dia pun terdiam dan menggeser dirinya dari tempat dia berdiri.

“Dede tunggu di sini ya, Tante mau ambil kain pel dulu ya,” pinta Jihan, dia harus membersihkan kelakukan Fathi.

Ezra hanya manggut-manggut, lalu dia mendongakkan wajahnya menatap papa-nya. “Pa-pa ahat ue Zra diatuhin,” gerutu Ezra kesal dengan wajah polosnya.

“Itu bukan kue Ezra, itu kue tante Jihan. Kuenya tidak enak, besok Papa belikan kue yang enak buat Ezra,” jawab Fathi agak menyentak Ezra, alhasil wajah Ezra agak memerah karena takut, bibirnya pun mulai mencebik dan akhirnya bocah tampan itu menangis kencang.

Fathi meraup wajahnya dengan kasar, dirinya tidak bermaksud membentak anaknya dan hal itu refleks begitu saja, dia kesal karena makanan itu dari restonya Beni. Tapi kenapa harus kesal.

“Ezra cup ... cup jangan nangis, maafin Papa.” Pria itu mengendong anaknya, akan tetapi tangisan Ezra semakin menjadi-jadi.

Jihan terlihat terburu-buru kembali ke ruang tengah saat mendengar tangisan Ezra yang begitu memekak di telinga.

“Dede kok nangis?” tanya Jihan, namun dia enggan mendekat karena saat ini Ezra ada di dalam gendongan Fathi.

Ezra merentangkan kedua tangannya, seolah-olah minta diambil oleh Jihan. “A-ante ...,” panggil Ezra dalam tangisnya.

“Pa-pa ahat,” lanjut kata Ezra, mau tidak mau Jihan mengambil alih Ezra dari tangan Fathi tanpa menatap wajah suaminya tersebut.

“Jangan jadikan anak sebagai pelampiasan emosi! Anak tidak punya salah apa pun!” ucap Jihan pelan namun penuh penekanan, kemudian dia membawa Ezra keluar menuju kolam renang agar berhenti menangis.

Fathi menarik nafasnya dalam-dalam, dan meraup wajahnya dengan kasar, kemudian dia menatap kue yang ada di lantai tersebut.

“Kenapa aku bisa se-emosi ini! Harusnya aku tidak peduli dengannya. Dan bebas saja dia dekat dengan laki-laki mana pun!” Fathi geram sendiri dengan dirinya, lalu dia bergerak keluar rumah dan mengendarai mobilnya entah ke mana.

Sementara itu di area kolam renang, Jihan masih mengendong Ezra, semakin lama tangisannya mulai reda dan tampaknya bocah tampan itu merebahkan kepalanya di bahu Jihan. Ada rasa sedih yang menyelusup di hatinya, apalagi kejadian barusan membuat dia harus berpikir ulang mengenai kelangsungan rumah tangganya.

“De, kalau Tante lama-lama sama papa Dede, nanti Dede bisa jadi pelampiasan emosi papa. Jadi bagaimana kalau Tante yang mengajukan cerai saja langsung ke pengadilan agama, terus Ezra tinggal sama Tante di rumah Oma Opa. Bagaimana De?” tanya Jihan mengajak Ezra mengobrol, namun sayangnya yang diajak ngobrol mana mengerti.

Jihan menarik nafasnya dalam-dalam, dan menengadahkan pandangannya ke langit lalu menghirup udara malam yang terasa dingin.

“Hidup hanya sekali. Kenapa Jihan harus terjebak dalam pernikahan ini? Andaikan Kak Embun masih hidup, mungkin Jihan tidak akan merasakan seperti ini. Sekarang Jihan harus berjuang sendiri, dan tak mungkin mengadu pada Ibu dan Ayah. Kak Embun jika kamu di sana melihat adikmu ini, tolong bantu Jihan keluar dari pernikahan yang tidak pernah diinginkan oleh kami berdua,” gumam Jihan sendiri. Dia pun kembali menghela nafas panjangnya.

Satu jam berlalu, tak terasa Jihan sudah terlalu lama duduk dan tenggelam dalam pikirannya sendiri di tepi kolam renang, sembari memangku Ezra yang rupanya sudah memejamkan matanya.

“Eh ... anak Tante ternyata sudah tidur,” ucap Jihan saat menundukkan kepalanya, lalu dia beranjak dari duduknya dan bergerak masuk ke dalam.

Di saat masuk ke dalam, Jihan berpapasan dengan Fathi yang sepertinya baru kembali.

“Ini,” ucap Fathi mengulurkan paper bag berlogokan toko kue terkenal dan jelas sangat mahal harganya.

Jihan hanya melirik sekilas, tidak menggubris Fathi memilih diam, lalu melanjutkan langkah kakinya menuju lantai dua ke kamar Ezra, dan pria itu pun mendesah kecewa tapi langkah kakinya mengikuti Jihan dari belakang.

Sebelum menaiki anak tangga, Jihan memanggil Ita untuk ikut naik ke atas. Sesampainya di kamar Ezra, bocah tampan itu direbahkan ke atas ranjang.

“Mbak Ita, nanti jangan lupa siapkan susu botolnya ya, nanti kalau Ezra terbangun langsung kasih saja. Soalnya dia belum minum susu,” pinta Jihan sebelum keluar dari kamar keponakannya.

“Baik Non,” jawab Ita patuh. Lalu Jihan memutar balik badannya, dan masih melihat Fathi dengan tangan yang memegang paper bag tersebut.

Gadis itu memalingkan wajahnya dari tatapan suaminya, lalu keluar begitu saja melewati pria dewasa itu dan Fathi mengikutinya dengan rasa kesalnya yang luar biasa karena Jihan mendiamkan dirinya.

“AKH!” pekik Jihan, tangannya ditarik oleh Fathi, dirinya dibawa masuk ke kamar pria itu.

BRAK! Suara pintu kamar terbanting begitu kerasnya.

KLEK! Pintu kamar terkunci.

Bersambung ... ✍🏻

Terpopuler

Comments

Heffy Amelia Simbolon

Heffy Amelia Simbolon

seru nih ceritanya...
fathi suka tapi gengsi

2024-07-09

5

Sandisalbiah

Sandisalbiah

cemburu bilang bos, jgn ngamok gak jelas, ank di bentak, makanan di buang.. childish sekali tingkah mu, Fathi

2024-06-28

2

Badai Z

Badai Z

fathi yg aneh.... knpa lg dia bgtu???

2024-06-24

1

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!