Lehernya kenapa Mas Fathi?

Bagaimana rasanya saat Jihan mengecup dan menggigit leher Fathi. Senormalnya sebagai pria dewasa sudah pasti berdesir, dan sudah tentu si jon bangkit dari tidurnya. Lantas apa yang dilakukan oleh Fathi? sudah bisa dia pastikan mengatur napasnya hingga si jon kembali tertidur, karena tidak mungkin dia bersolo karir di restoran, gila aja pikir Fathi.

Jihan sudah kembali ke meja dan kembali berbincang-bincang, selang 10 menit kemudian Fathi kembali ke mejanya. Dan Kinan agak memicingkan matanya saat melihat tanda merah di leher Fathi.

“Mas Fathi lehernya kenapa?” tanya Kinan, tangannya terulur menyentuh leher pria itu, dan sangat memperhatikan bekas gigitan Jihan tersebut.

Ujung ekor netra Jihan sedikit  melirik dan agak menyunggingkan senyum miringnya.

“Oh ... ini bukan kenapa-napa, hanya bekas garuk saja, tadi ada semut rangrang,” dusta Fathi sembari menepis tangan Kinan dari lehernya.

“Aku bawa minyak angin, aku olesin ya Mas,” pinta Kinan, dia mengambil tas kecilnya lalu mencari roll on minyak angin. Begitu perhatian sekali Kinan pada Fathi, menunjukkan kepeduliannya dengan sengaja di hadapan Jihan, namun sayangnya gadis itu tidak peduli mereka berdua mau berbuat apa.

Kinan agak mencondongkan dirinya ke depan agar lebih dekat saat ingin mengolesi minyak angin ke leher Fathi, sementara pria itu melirik Jihan yang justru tidak memperhatikannya, dan sibuk mengobrol dengan Beni serta teman-temannya yang lain.

“Mas Fathi tapi kok ini kayak bekas digigit ya lehernya,” ucap Kinan saat memperhatikan dengan jelas, sontak saja tangan Fathi menutup lehernya.

“Tidak perlu kasih minyak angin,” tolak Fathi.

“Oh.” Kinan menarik tangannya. “Leher Mas Fathi digigit sama siapa ya? Kok berani sekali ya?” batin Kinan bertanya-tanya, lalu wanita itu melirik ke arah Jihan.

Jihan yang merasa sudah cukup kumpul-kumpul dengan temannya, sudah waktunya pulang ke rumah.

“Sepertinya gue pamit pulang duluan ya, kasihan ponakan gue di rumah nanti cariin gue, Syifa mau nebeng pulang gak?” pamit Jihan sama teman-temannya.

“Gue balik sendiri aja Jihan ... lagian kita beda arah, thanks ya,” jawab Syifa. Kalau tujuannya ke rumah orang tua Jihan satu arah, tapi Jihan pulangnya ke rumah Fathi jadi beda arah.

“Ji, jangan pulang dulu aku siapin sesuatu buat kamu pulang. Tunggu sebentar ya,” pinta Beni menahan Jihan pulang, lalu dia beranjak dari duduknya.

“Eh ... iya Kak Beni,” jawab Jihan.

Sementara itu di meja sebelah ...

“Mas Fathi, kita harus balik ke rumah sakit sekarang. Bukannya Mas ada jadwal operasi?” tanya Kinan.

Fathi melirik jam tangannya yang sudah menunjukkan waktu setengah dua. Andaikan tidak ada jadwal operasi kemungkinan dia akan tetap menunggu Jihan di sana.

“Sebentar lagi, aku habiskan dulu minuman ini,” jawab Fathi memberikan alasan.

“Baiklah.” Kinan tersenyum manis, justru bisa berduaan lebih lama dengan Fathi bikin hatinya senang.

Selang 15 menit kemudian Beni kembali datang dengan membawa beberapa bungkusan. “Buatmu ya Jihan, semoga suka dan jangan lupa dihabiskan ya,” pinta Beni sembari menyodorkan bungkusan tersebut. Dan sudah tentu Jihan menyambutnya dengan wajahnya yang berseri-seri.

Fathi yang mendengarkan agak mencebik sembari mengusap tengkuknya sendiri, lalu memanggil waiters untuk membayar bill makanan.

“Wah makasih banyak ya Kak Beni, tapi ini gratiskan ya?” tanya Jihan, dia bergegas bangkit dari duduknya.

“Buat Jihan cantik ini semuanya gratis, tidak perlu bayar,” jawab Beni sembari colek hidung mancung Jihan.

Jihan tersenyum lebar. “Makasih banyak ya Kak Beni, semoga restonya semakin ramai dan lancar usahanya.”

“Aamiin.”

“Kalau begitu ... pamit semuanya ya, sampai ketemu lagi,” pamit Jihan kepada semua temannya.

“Sampai ketemu lagi ya Jihan,” jawab Lula, diikuti dengan teman yang lainnya.

“Aku antar keluar,” ucap Beni bergegas membawa kantong yang dia berikan untuk Jihan. Dan di saat itu juga Fathi bangkit dari berdirinya, dan dengan sengajanya Fathi menyenggol secara kasar pada bahu Beni, untung saja pria muda itu berdiri dengan gagahnya jadi tidak terlalu limbung.  Jihan melihat kelakuan absurd suaminya itu.

“Mas Fathi tunggu,” panggil Kinan saat melihat Fathi sudah berjalan meninggalkan meja tanpa berkata.

Sebelum meninggalkan meja, Kinan menolehkan wajahnya ke Jihan. “Jihan, Mbak duluan ya, si Mas udah jalan duluan aja,” ucap Kinan, seolah menunjukkan jika Fathi adalah Mas-nha.

“Ya,” jawab Jihan begitu singkat, dan menggelengkan kepalanya.

“Ji, kakak ipar kamu lagi berantem sama ceweknya ya? Jalan sampai gak lihat begitu?” tanya Beni.

Jihan menaikkan kedua bahunya. “Jihan gak tahu Kak Beni, memangnya sejak tadi Jihan perhatiin mereka berdua,” jawab Jihan sembari melangkah seirama bersama Beni menuju pintu resto. Andai Beni tahu jika Fathi itu lagi bertengkar sama Jihan bukan sama Kinan.

Beni mengantarkan Jihan sampai ke parkiran motor, sementara Fathi yang sudah menyalakan mesin mobilnya belum bergerak melajukan mobilnya, dan ini bikin Kinan semakin heran dengan Fathi.

“Jihan, kapan-kapan aku bolehkan main ke rumah kamu atau telepon?” tanya Beni, sembari memasangkan helm di kepala Jihan.

“Emm ... boleh nanti kabarin aja kalau mau main ke rumah,” jawab Jihan dengan santainya.

“Makasih ya, nanti aku telepon kamu kalau mau main ke rumah,” balas Beni tersenyum hangat, lalu tangannya terulur merapikan rambut Jihan untuk masuk ke dalam helmnya.

Fathi mendengkus kesal sekali melihat kelakuan Beni dari balik kaca mobilnya, tangannya yang memegang erat setir kemudi sangat erat, dan akhirnya dia menginjak pedal gas mobilnya.

“Mas Fathi kenapa?” tanya Kinan, terlihat kepo.

“Enggak pa-pa,” jawab Fathi agak ketus, dia melajukan mobilnya dan dengan sengaja dia mengklakson saat melewati parkiran motor, Jihan hanya bisa mengelus dadanya saja.

...----------------...

Malam pun tiba, Jihan sudah tiba di rumah menjelang sore, dan sangat bersyukur keponakannya tidak rewel selama tidak ada dia dan sudah pasti dia membelikan mobil tayo untuk Ezra sebelum tiba di rumah. Dan di malam ini juga amunisi makan malamnya spesial dari resto Beni, begitu lahap dia menyantap dan sesekali dia menyuapi Ezra yang sejak tadi menemaninya sambil main mobil-mobilannya di ruang tengah.

“Duh pintar sekali anak Tante nih makannya, malam ini makannya banyak ya,” puji Jihan sembari mengusap mulut Ezra yang sudah belepotan.

“Agi mam Ante,” jawab Ezra kembali membuka mulutnya, minta diisi lagi. Jihan kembali menyuapi Ezra dan samar-samar suara mobil terdengar di depan rumah.

“Akhirnya monsternya sudah tiba di rumah,” gumam Jihan sendiri sembari menghela napasnya.

Apakah yang akan terjadi malam ini di rumah Fathi?

 Bersambung ... ✍🏻

 

Terpopuler

Comments

Runik Runma

Runik Runma

seru

2024-12-16

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

risiko menikah dgn dokter barongsai sukanya ngereog jd selalu waspada dan ketar ketir ya Ji

2024-06-28

4

Ani Ani

Ani Ani

cemburu lah tu

2024-05-02

2

lihat semua
Episodes
1 Kakak Ipar, Adik Ipar
2 Apa! menikah!
3 Hutang budi atau balas budi?
4 Hari pernikahan
5 Di antara pintar dan bodoh
6 Tak semudah itu minta cerai!
7 Mau berapa lama memeluk Jihan?
8 Mie rebus
9 Memarahi Jihan
10 Jangan konyol, Jihan!
11 Mengobati luka Jihan
12 Saran Kinan
13 Pergi tanpa pamit
14 Makan siang
15 Ada yang menahan emosi
16 Bertengkar kembali
17 Lehernya kenapa Mas Fathi?
18 Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19 Just two of us
20 Lakukanlah sampai puas
21 Tolong, bertahanlah Jihan!
22 Amarah Papa Gibran
23 Pergi untuk selamanya?
24 Kembalilah Jihan!
25 Kegelisahan Bu Kaila
26 Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27 Jihan ingat siapa aku?
28 Ezra sakit
29 Gosip para perawat
30 Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31 Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32 Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33 Perhatian Fathi
34 Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35 Loh kenapa tidur di sini!
36 Pelampiasan!
37 Perkara cake
38 Perjodohan Fathi dengan Kinan
39 Amarah Fathi
40 Pingsan
41 Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42 Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43 Penjelasan Fathi
44 Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45 Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46 Maafkan Tante, Ezra
47 Pembicaraan sahabat
48 Papa janji
49 Jihan minta maaf, Kak
50 Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51 Mintalah kesempatan kepada istrimu
52 Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53 Kegaduhan di makan malam
54 Time to sleeping
55 Iya Mama, sekarang bobo ya
56 Jangan bilang Mama ya!
57 Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58 Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59 Kasih waktu
60 Rempeyek ikan teri
61 Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62 Mengusir Kinan
63 Mama anak kecilnya Papa
64 Lakukan seperti tempo hari!
65 Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66 Bolehkan kalau aku cemburu
67 Fathi bucin
68 Om sugar daddy
69 Makan siang yang damai!?
70 Perdebatan di restoran
71 Pembicaraan ayah dan anak
72 Kembali tinggal di rumah Fathi
73 Tanpa bayangan masa lalu
74 Penolakan Rahmat
75 Jangan bertindak gegabah!
76 Kejujuran Rahmat
77 Nafkah dari suami
78 Waspadalah dengan Kinan!
79 Menghadap Papa Gibran
80 Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81 Perjuangan Fathi dan Rahmat
82 Penangkapan Kinan
83 Cepat bangun ya, Pah!
84 Peluk aku Sayang
85 Theo terkejut!
86 Keadaan Rahmat
87 Back to home
88 Beneran, Mas gak minta?
89 Honeymoon - 1
90 Honeymoon - 2
91 Honeymoon - 3
92 Honeymoon - 4
93 Akhir kisah Jihan dan Fathi
94 Info karya terbaru Mommy Ghina
Episodes

Updated 94 Episodes

1
Kakak Ipar, Adik Ipar
2
Apa! menikah!
3
Hutang budi atau balas budi?
4
Hari pernikahan
5
Di antara pintar dan bodoh
6
Tak semudah itu minta cerai!
7
Mau berapa lama memeluk Jihan?
8
Mie rebus
9
Memarahi Jihan
10
Jangan konyol, Jihan!
11
Mengobati luka Jihan
12
Saran Kinan
13
Pergi tanpa pamit
14
Makan siang
15
Ada yang menahan emosi
16
Bertengkar kembali
17
Lehernya kenapa Mas Fathi?
18
Jangan lampiaskan emosi pada anak!
19
Just two of us
20
Lakukanlah sampai puas
21
Tolong, bertahanlah Jihan!
22
Amarah Papa Gibran
23
Pergi untuk selamanya?
24
Kembalilah Jihan!
25
Kegelisahan Bu Kaila
26
Jangan tinggalkan Ibu, Nak!
27
Jihan ingat siapa aku?
28
Ezra sakit
29
Gosip para perawat
30
Mbak Kinan dan Om Dokter cocok jadi suami istri
31
Jihan tidak pantas bersanding dengan Fathi?
32
Jangan minta aku bercerai dengan Jihan
33
Perhatian Fathi
34
Apakah luka ini ada hubungan dengan Om Dokter?
35
Loh kenapa tidur di sini!
36
Pelampiasan!
37
Perkara cake
38
Perjodohan Fathi dengan Kinan
39
Amarah Fathi
40
Pingsan
41
Jihan, ternyata Kak Beni menyukaimu!
42
Jihan ingin bercerai dengan Om Dokter
43
Penjelasan Fathi
44
Istriku hanyalah kamu, Jihan!
45
Tunggu aku mati jika ingin bercerai!
46
Maafkan Tante, Ezra
47
Pembicaraan sahabat
48
Papa janji
49
Jihan minta maaf, Kak
50
Bolehkah aku diberikan kesempatan lagi?
51
Mintalah kesempatan kepada istrimu
52
Ezra bilang sama Mama, Papa minta maaf
53
Kegaduhan di makan malam
54
Time to sleeping
55
Iya Mama, sekarang bobo ya
56
Jangan bilang Mama ya!
57
Aku mencintaimu, Jihan Aisha
58
Aku mohon padamu, Jihan sayangku
59
Kasih waktu
60
Rempeyek ikan teri
61
Hanya Jihan-lah istri satu-satuku!
62
Mengusir Kinan
63
Mama anak kecilnya Papa
64
Lakukan seperti tempo hari!
65
Om Dokter udah gak cemburu lagi'kah?
66
Bolehkan kalau aku cemburu
67
Fathi bucin
68
Om sugar daddy
69
Makan siang yang damai!?
70
Perdebatan di restoran
71
Pembicaraan ayah dan anak
72
Kembali tinggal di rumah Fathi
73
Tanpa bayangan masa lalu
74
Penolakan Rahmat
75
Jangan bertindak gegabah!
76
Kejujuran Rahmat
77
Nafkah dari suami
78
Waspadalah dengan Kinan!
79
Menghadap Papa Gibran
80
Mengumpulkan bukti kejahatan Kinan
81
Perjuangan Fathi dan Rahmat
82
Penangkapan Kinan
83
Cepat bangun ya, Pah!
84
Peluk aku Sayang
85
Theo terkejut!
86
Keadaan Rahmat
87
Back to home
88
Beneran, Mas gak minta?
89
Honeymoon - 1
90
Honeymoon - 2
91
Honeymoon - 3
92
Honeymoon - 4
93
Akhir kisah Jihan dan Fathi
94
Info karya terbaru Mommy Ghina

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!