Anggun masih berdiri di depan pintu,ia enggan untuk menjauh, pandanganya kosong, ia menatap nanar pada setiap koridor rumah sakit , tiba tiba saja ia merasakan lemas menyelimuti tubuhnya, kedua kakinya juga tidak dapat lagi menopang tubuh mungilnya.
Anggun berlutut sesekali ia memukul dada yang terasa sesak karena menahan tangisan, cukup lama ia berada dalam posisi ini. Rasanya ia enggan untuk berdiri kembali. Sampai ia mendengar langkah kaki beberapa orang yang mendekatinya.
Anggun langsung berdiri tegak, tangannya memegang kuat pada knop pintu ruangan ibunya . Ia menghalangi beberapa Dokter dan suster yang sudah semakin mendekatinya sampai mereka saling berhadapan, Anggun tidak mau para Dokter ini masuk ke dalam ruangan yang ia jaga .
"Kamu Anggun ?" tanya salah satu Dokter yang menangani ibunya.
"Iya...." jawab Anggun singkat.
"Kami ingin melihat kondisi ibu kamu," ucapnya lagi.
"Jangan Dok.... Ibu saya istirahat, tadi malam kami ngobrol dan ibu baru bisa tidur hampir pagi tadi Dok, ibu baru saja istirahat." ucap Anggun, ia merentangkan tangannya di depan pintu.
"Tidak apa apa kami tidak akan mengganggu ,kami hanya mengecek keadaan ibu mu, jadi biarkan kami masuk ya!"
"Tidak Dok, pokoknya tidak ada yang boleh masuk, jangan ada yang mengganggu ibuku..." teriak Anggun, ia terus menghalangi jalan para Dokter ini, dengan sigap kedua suster yang masih muda perlahan memegang dan menggeser tubuh Anggun, membawanya menjauhi pintu .
Tanpa membuang waktu 3 Dokter ini mulai melangkahkan kaki, masuk keruangan ibunya. Seketika tangisan Anggun pecah memenuhi koridor rumah sakit.
"Jangan ,jangan bawa ibu...,Ibuku cuma tidur suster biarkan ibu di ruangan ini suster huhuhuhu"
"Lepas suster lepaskan aku Suster lepas hiks hiks hiks ibu ibu suruh Dokter itu keluar suster, suruh mereka keluar suster hiks hiks"
Anggun terus menangis, ia terus meronta.
"Ada apa ini Anggun?" tanya Bibinya yang baru datang untuk kembali menjenguk kakaknya.
Melihat kelurga Anggun datang, para suster melepaskan pegangannya pada tangan Anggun, Anggun menangis dalam pelukan Bibinya.
"Bibi bilang sama mereka untuk tidak membawa Ibu....Ibuku cuma tidur sebentar Bi....Ibu cuma kelelahan Bi.... hiks hiks hiks."
"Sudah Anggun tenang lya....Biar para Dokter melakukan tugasnya ya..."
"Tapi Bi, Ibu sedang tidur ,huhuhuhu suruh mereka keluar sekarang Bi...."
"Jangan seperti ini, Ibumu pasti akan baik baik saja, tenanglah sayang, "
Beberapa saat kemudian. Salah satu Dokter datang mendekati Anggun, dengan wajah yang sendu ia memberitahukan kalau ibu Anggun sudah menghembuskan nafas terakhir.
"Tidak tidak mungkin hiks hiks hiks, mereka bohong Bi hiks hiks hiks mereka bohong Ibuku cuma tidur Bi, mereka semua pasti bohong Bi...."
"Sudah Anggun jangan seperti ini!"
"Tadi malam Ibu membelai rambut Anggun, Anggun bahkan bicara dengan Ibu huhuhu, tadi malam Ibu baik baik saja Bi hiks hiks hiks Ibuuuu ibuuu .... Anggun keluar mengambil makanan untuk Ibu hiks hiks........Bi jangan bawa Ibu , Ibu jangan pergi, jangan tinggalkan Anggun Bu hiks hiks hiks hiks"
Anggun terus menangisi kepergian Ibunya, kenyataan ini benar benar menghantamnya.
Bukan cuma Anggun saja yang merasa kehilangan, beberapa orang yang ada di sekitarnya juga ikut merasakan apa yang ia rasakan.
***""
Sepanjang proses pemakaman, Anggun mencoba untuk tegar di dalam pelukan hangat Bibinya. Anggun masih enggan pergi dari pusara Ibunya, makam ini masih basah di taburi bunga mawar di atasnya.
"Ayo Anggun jangan seperti ini nak, tidak ada manusia yang abadi, semua akan kembali kalau sudah waktunya!" ucap Paman lembut.
"Tidak paman, biarkan Anggun tetap disini." tolaknya.
"kasihan Ibumu nanti....Ingat semua pesan Ibumu, kamu jangan seperti ini, "
"Ayo Mbak kita pulang!" bujuk suci ,ia memegang tangan Anggun membantunya untuk berdiri, mau tidak mau, Anggun beelalu meninggalkan makam orang tercintanya.
Jarak pemakaman dari rumahnya memang tidak terlalu jauh. Hanya memakan waktu 20 menit mengunakan mobil.
Sepanjang perjalanan Anggun masih saja menangis di pelukan Bibinya, dan juga Suci memegang tangannya, memberikan semangat untuknya.
"Anggun sendiri sekarang hiks hiks" suara Anggun lirih, ia terus menangis.
"Mbak gak sendiri mbak....Masih ada kami disini,"
"Mbak gak punya ibu lagi Ci...."
"Kamu masih punya Bibi, anggap ini Ibumu dan Paman sebagain Ayahmu, " Ucapnya lembut,
"Anggun gak bisa Bi...." sanggahnya.
"Sudah jangan seperti ini terus, Mbak Anggun harus tegar Mbak,"
"Apa yang bisa Mbak lakukan tanpa Ibu? selama ini Mbak cari uang cuma untuk pengobatan Ibu , tapi semua itu percuma,"
"Gak boleh ngomong gitu Mbak," ucap Suci lagi, ia terus berusaha untuk menghibur Anggun. Sampai mobil itu berhenti di halaman rumah Anggun.
Anggun turun dengan perasaan yang penuh duka, ia hampir saja kehilangan kesadaran, untunglah Suci sigap menuntunnya sampai masuk ke dalam rumah , kedua orang tua Suci masih menyapa orang orang yang masih memenuhi rumah Anggun.
Anggun masuk ke dalam kamar mendiang Ibunya, Ia duduk di kasur dengan tatapan yang kosong, Anggun kembali menangias ia menolak makan bahkan enggan untuk bicara.
Sampai acara tahlilan selesai.
"Biar Mbak sendiri disini Ci," pintanya pada suci yang dari tadi terus menemaninya. Dengan terpaksa Suci keluar dan membiarkan Anggun untuk menenangkan diri.
Anggun berbaring memiringkan badannya. Satu tangannya menumpu kepala, dan satu tangan kanannya meraba bagian kosong yang biasa ditiduri Ibunya.
"Seandainya....Seandainya Ibu masih ada,
seandainya Ibu masih disini, Anggun pasti akan terus ada disamping Ibu, mencium pipi Ibu, tidur disamping Ibu, bermanja-manja di. dalam pelukan Ibu hiks hiks hiks...."
Seandainya masih ada waktu, Anggun akan terus bahagiakan Ibu, melihat senyuman Ibu, Anggun tidak akan pernah jauh lagi dari ibu hiks hiks hiks..Maafkan Anggun Bu, Maafkan Anggun, rasanya Anggun mau tidur di dalam pelukan Ibu lagi hiks hiks hiks"
Anggun terus menangis sampai ia tertidur.
Paman, bibi, suci masih duduk di ruang tamu yang beralaskan tikar mereka juga masih merasa kehilangan. Apa lagi mengingat Anggun yang masih belum bisa menerima kenyataan. Membuat duka mereka semakin dalam.
"Kashan Mbak Anggun Bu hiks hiks hiks"
"Iya Mbak mu itu begitu terpukul!,"
"Semua harus diterima dengan lapang dada, kita harus ikhlas, jangan terus terusan berduka, itu tidak baik....!"
"Mbak merasa sendirian Yah, padahal ada kita disini ,"
"Kamu harus maklum, biarkan Mbak mu tenang dulu, terus hibur dia, jangan pernah biarkan dia sendirian.!"
"Iya Ayah...."
"Tidur Nak sudah malam!" Ayah suci mulai merebahkantubuhnya.
Mereka bertiga tidur beralaskan tikar di ruang tamu tepat di depan kamar Anggun. Malam ini terasa sunyi karena perginya Ibu Anggun.
********
Yuk......kunjungi audio Mantan Tercinta
Suara kak Mori vivi 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Anisa Hasim
😭😭😭😭😭 ikutan nangis
2022-04-13
0
Margareta rita
😭😭😭
2022-02-09
0
An T. Aliknoe
sioo e saat ibu nya ada dia menghabiskan waktu di kota hari terakhir DTG blg aku selalu di dekatmu 😭
2022-01-24
0