Sepanjang perjalanan air mata Anggun tidak pernah berhenti mengalir di kedua pipinya yang putih, matanya juga sudah semakin menjadi sembab memikirkan Ibu, dan juga memikirkan Ariel. Perjalanan siang malam semakin membuatnya seperti orang yang kehilangan semangat.
Mengingat Ibunya yang berbaring lemah dan di rawat di rumah sakit membuat Anggun selalu menyalahkan diri sendiri yang tidak selalu ada di samping Ibu setiap waktu.
Selama bicara melalu telefon juga Ibu selalu ceria dan juga terakhir kali Anggun pulang Kampung Ibu tampak selalu sehat, lalu bagaimana bisa sekarang Ibu kritis karena sakit yang Ia derita selama ini?
Anggun sudah tidak sabar, Ia sangat ingin secepatnya sampai Kampung dan bertemu Ibunya. Setelah perjalanan panjang, dan melelahkan itu, Anggun sampai di Terminal tengah hari, Ia kembali harus melanjutkan perjalannya menggunakan angkot menuju ke rumah.
Rumah yang ditempati Anggun masuk ke dalam perkampungan yang memang sangat sepi, sepanjang jalan hanya disuguhkan pemandangan perkebunan kelapa sawit, dan juga perkebunan karet.
Sampailah Anggun di rumah yang terbuat dari papan, bahkan cat rumah yang semula berwarna putih Itu sudah menampakan warna papan yang sebenarnya, belum lagi rumah Itu sudah terlihat sangat tua.
Paman Anggun yang memang sedari kemarin sudah menunggunya, begitu melihay Anggun turun dari angkot membuatnya semangat dan langsung menyambut keponakan yang begitu ia sayang ini , dan begitu juga dengan Anggun ia menangis di dalam pelukannya.
"Sudah Anggun ganti pakaianmu dan makan, Paman sudah menyiapkan untuk mu, !"
"Ti-tidak paman Anggun langsung temui Ibu saja,!"
"Jangan seperti ini nanti kamu sakit, kita pergi menumpang mobil Pak Lurah , jadi kamu jangan terburu buru,"
"Tapi Ibu....
"Sudah ada bibi dan Suci yang menjaga Ibumu jadi kamu jangan cemas ya...." ucap Paman melepaskan pelukannya.
Anggun langsung bergegas membersihkan dirinya dan memakan makanan yang sudah di siapkan untuknya.
***
Sampailah Anggun di Rumah sakit tempat Ibunya dirawat, sudah ada Suci dan Bibi yang menunggunya.
"Kenapa baru sekarang Anggun diberi tahu tentang penyakit Ibu ini Bi...? huhuhuhu" ucap Anggun dalam pelukan Bibinya.
Suci anak Paman yang usianya lebih muda dua tahun dari Anggun cuma bisa mengelus punggung Anggun menenangkannya, mereka kembali menangis.
"Maaf tapi Ibu kamu yang melarang, Ibumu gak mau membebani kamu, takut kamu jadi sedih."
"Apa bedanya sekarang Bi, ini semua salah Anggun huhuhuu, Anggun mau kedalam mau liat Ibu."
"Jangan sekarang Anggun, Ibu masih kritis tunggu sebentar lagi, " ucpa Bibi menahan Anggun yang sudah hampir membuka pintu ruangan Ibunya.
Dengan terpaksa Anggun menuruti perkataan Bibinya. Anggun terus menangis, Ia terus berdoa untuk kesembuhan Ibunya, memang benar para Dokter terus berusaha melakukan tindakan yang terbaik untuk memulihkan keadaan Ibu Anggun.
Tepat jam 9 malam Anggun memaksa untuk tetap masuk, dengan berbagai pertimbangan akhirnya Anggun di izinkan untuk masuk dan menemani ibunya yang masih belum sadarkan diri.
Anggun menahan tangisnya, mencoba untuk tegar dan berdiri di samping ranjang pasien, ia melihat beberapa selang yang terpasang dibagian tubuh Ibunya. Anggun ikut berbaring di samping Ibunya, ia memeluk Ibu yang juga masih setia memejamkan kedua matanya.
"Maaf, maafkan Anggun Bu hiks hiks hiks
Anggun gak pernah ada disamping Ibu, Ibu harus sembuh, Ibu harus bangun, Anggun janji Anggun tidak akan pergi lagi huhuhuhu" Anggun kembali menangis.
"Bangunlah Bu! Anggun ada disini sama Ibu, Ibu bangun ya Bu! hiks hiks hiks"
Mungkin karena Ikatan batin Ibu dan Anggun, perlahan mata Ibu terbuka, berusaha untuk menyebut nama Anggun, tapi Ibu terlalu masih terlalu lemah, sampai suaranya tidak bisa didengar dengan jelas.
"Ibu jangan seperti Ini, maafkan Anggun, yang tidak pernah bahagiakan Ibu. Maafkan Anggun yang tidak bisa membalas semua jasa jasa Ibu hiks hiks hiks hiks." Anggun terus saja menangis.
"Ibu kasih Anggun kesempatan untuk selalu menemani Ibu, dan mbahagiakan Ibu, Anggun tau sampai kapanpun jasa jasa Ibu tidak akan pernah bisa terbalaskan, Ibu bangun Bu...huhuhu"
Tanpa Anggun sadari Ibu mendengar semua yang ia ucapkan, perlahan air mata mengalir membasahi pipinya, dan Anggun merasa ada tetesan air di keningnya. Lalu ia mengangkat kepala dan tersenyum melihat mata Ibunya yang sudah memandang wajahnya.
"Ibu...."
"A ng_gun," suara lemahnya sudah terdengar.
"Ibu maaf Anggun baru menjenguk Ibu sekarang, huhuhuhuhu Anggun selalu jauh dari Ibu huhuhuhuhu"
"Tidak tidak na-ak ka-kamu tidak sa-lah. Jangan per-nah me-nyaalahhkan dirimu sendiri Nak!"
"Ibu harus sembuh ya,"
"Iya...."
"Anggun janji setelah ini Anggun tidak akan pergi, kita selalu bersama bu hiks hiks hiks"
"Iya....Anggun ingat pesan Ibu jangan pernah berubah ya, tetap tegar semangat, jadi jiwa yang pemaaf, dan selalu berfikiran positif."
"Iya....Anggun janji....Ibu juga janji harus sembuh,"
"Ibu juga berharap untuk sembuh seperti semula, jadi kamu jangan khawatir ya,"
"Iya bu, Ibu pasti sembuh hiks hiks hiks,"
"Anggun kamu pasti lelah, tidurlah di sini peluk Ibu Nak!"
"Anggun tidak lelah bu, Anggun akan terus memeluk Ibu seperti ini ya, Anggun benar benar merindukan saat-saat seperti ini!"
"Tidur....kalau kamu mengantuk Nak,"
"Iya....Ibu dari kecil pelukan Ibu ini yang paling nyaman, bahkan Anggun sering menangis karena merindukan pelukan Ibu ini, di Kota tidak ada yang memeluk Anggun Bu...." ucap Anggun mengajak Ibunya bercanda.
"Kamu sudah besar pasti sudah punya kekasih Ibu yakin itu," ucap Ibu dengan senyuman manisnya.
"Ibu jangan bahas itu, Anggun jadi malu Bu, tapi ada sih dia baik, Ibu harus sembuh agar bisa mengenalnya,"
"Iya....Ibu pasti sembuh,"
"Bu,terimakasih untuk kasih sayang Ibu selama ini, hiks hiks terima kasih sudah melahirkan Anggun, terima kasih sudah menjadi Ibu yang terbaik untuk Anggun hiks hiks"
"Jangan menangis, semua orang tua pasti menyayangi anaknya, begitu juga denganmu nanti...."
"Bu Anggun senang bisa tidur diperlukan Ibu lagi,"
"Ibu juga senang bisa memelukmu seperti ini!" ucap Ibu lemah, mereka masih saling memeluk.
Jam tiga dini hari barulah Anggun tertidur pulas, sementara Ibu masih terus membelai lembut rambut hitam Anggun.
"Tidur....anak Ibu yang cantik, Ibu selalu merindukan kamu, semoga selalu bahagia Nak hiks hiks hiks" ucap Ibu sembari memejamkan kedua matanya.
*****
Anggun bangun jam 7 pagi, ia duduk terus memandang wajah Ibu yang masih terlelap, lalu Anggun menutup tubuh Ibunya hingga menutupi bagian dadanya, dikecupnya lama kening Ibunya, dan kembali memandang matanya yang tertutup itu,lalu Anggun turun dari ranjang pasien.
"Ibu sudah sembuh sekarang, Anggun keluar sebentar untuk mengambil sarapan Ibu, biar nanti kita sarapan berdua disini," ucap Anggun ia berusaha untuk menahan tangisannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 140 Episodes
Comments
Margareta rita
Ariel mungkin gak tau kampung anggun
2022-02-09
0
Anastasia Anastasia
seorg ibu mmg yg terbaik dlm hidup kta....
2021-12-14
0
HenyNur
Ariel cari k kampung nya anggun dong
2021-07-26
1