🌹LIKE, VOTE 🌹
Ranti membiarkan mereka semua tidur di ruang keluarga. Ranti memutuskan untuk berperang dengan alat-alat dapur dan juga bahan makanan yang baru saja dia ambil dari kulkas. Ranti memilih untuk memasak karena waktu makan siang hampir tiba, ditemani dengan suara bising hewan-hewan dan serangga dari luar rumahnya, Ranti dengan telaten mulai mengeksekusi satu per satu bahan makanannya.
Opor ayam, sambal balado, cumi asam manis dan nasi liwet adalah menu yang dia buat siang ini. Dia sengaja memasak makanan berat karena hanya bahan itu yang ada di dalam kulkasnya.
"Hmm ... ini enak." Ranti mencicipi dan memuji opor ayam buatannya.
Ranti menghabiskan waktu sekitar dua jam saat bertempur. Setelah semua hidangan tersaji, Ranti membuat pudding untuk pencuci mulut. "Sudah beres, semua terlihat enak. Aku akan membangunkan kedua anakku dan juga suami mesumku itu untuk makan siang."
Ranti melepas apron yang dia pakai, mencuci tangan kemudian segera berjalan ke ruang keluarga untuk membangunkan anak dan suaminya. Namun, dia tidak jadi repot-repot membangunkan mereka saat netranya sudah melihat jika mereka sudah terbangun dari tidur siang mereka.
"Kalian sudah bangun, nyenyak banget bunda lihat tadi tidur kalian?"
Nggak bisa bedain mana pingsan mana tidur kali si Bunda. Sumpah baunya bom Bunda nggak enak banget. Makan bunga bangkai kali Bunda, ya? Gibran membatin sambil melihat wajah Ranti yang ceria tanpa dosa.
"Siapa yang tidur, Bun. Tadi itu kita pingsan gara-gara mencium bau dari bom, Bunda," ucap Satya too the point.
"Masa sih, Yah?" tanya Ranti seakan dia tidak tahu apa yang terjadi.
"Jangan pura-pura nggak tahu, Bun!" sahut Gibran menimpali.
"Tante makan apa sih, sampai baunya kaya gitu?" tanya Bayu ikut nimbrung.
"Makan daging manusia, ya jelas makan kaya biasanya lah," sewot Ranti.
"Dasar Sumanti!" ucap Gibran dengan menggebu.
"Siapa Sumanti, Gib?" tanya Satya penasaran namun tidak asing dengan nama itu.
"Yang makan daging manusia, Yah," jawab Gibran cepat.
"Sumanto kali bukan Sumanti, Bran." Kali ini Ranti angkat bicara, untung tidak angkat rantang.
"Kan dia laki-laki jadi Sumanto, kalau Bunda Ranti kan perempuan jadi Sumanti," sargah Gibran membela diri.
"Terserah kamu saja, ayo kita makan siang! Bunda sudah masak enak buat kalian," ajak Ranti kepada mereka.
Ranti mendahului mereka ke ruang makan, menarik kursi untuk duduk Bayu dan juga Gibran yang kadang masih dianggapnya sebagai anak kecil.
"Sambala, sambala, bala sambalado
Terasa pedas, terasa panas.
Sambala, sambala, bala sambalado
Mulut bergetar, lidah bergoyang." Gibran yang melihat menu sambal balado langsung menyanyi sebuah lagu dari pedangdut Ayu Ting-ting.
"Cintamu seperti sambalado ah ah.
Rasanya cuma di mulut saja ah ah.
Janjimu seperti sambalado ah ah.
Enaknya cuma di lidah saja." Ranti ikut bernyanyi dan parahnya dia bernyanyi sambil berjoget, menghilangkan kharismanya sebagai putri bangsawan.
"Bunda kalau mau mendesah nanti malam aja, Bun," seloroh Satya yang membuat Bayu dan Gibran saling pandang dan mengangkat kedua bahunya acuh.
"Senapanmu jangan menembak dulu, targetnya lelah," balas Ranti membuat enek Gibran dan juga Bayu.
***
"Sial-sial, kenapa hari ini gue sial banget sih? Reputasi gue, harga diri gue! Aaarrgh!" Jasmine melemparkan jas Gibran ke ranjang kamarnya.
Jasmine mengobrak-abrik kamarnya sampai terlihat seperti kapal pecah. Dia sudah kehilangan harga diri di depan pria yang tidak dia kenal. Parahnya lagi, pria itu adalah salah satu orang penting di perusahaan GS Group.
"Kenapa sih Lo nakal banget? Gara-gara Lo gue jadi kena masalah besar, gara-gara Lo gue jadi sial!" Jasmine memukuli dadanya sendiri dan tidak menghiraukan rasa sakit yang ditimbulkan dari pukulannya.
Malam harinya, Airin pulang dan masuk ke kamar Jasmine, dia melihat kamar Jasmine yang berantakan tapi dia tidak melihat sahabatnya itu. Yang Airin lihat hanya bercak darah yang berceceran di lantai.
"Nggak, ini nggak mungkin! Jasmine nggak mungkin mati bunuh diri, tapi kamar ini? Kenapa berantakan, dan darah itu, darah siapa?" Airin terlihat sangat panik, dia berteriak-teriak memanggil Jasmine tapi tak kunjung mendapat sahutan darinya.
"Mel, Lo di mana? Kenapa kamar Lo berantakan kaya gini, Mel? ini darah siapa?" teriak Airin histeris.
Karena sangat panik, pikiran Airin sudah tidak jernih lagi, dia berpikir kalau Jasmine mungkin dibunuh atau bunuh diri. Rasanya Airin kehilangan tenaganya, tubuhnya lemas hingga akhirnya dia hanya bisa duduk bersandar di ranjang kamar sahabatnya.
"Mel, kenapa Lo pergi ninggalin gue sendiri? Gue nggak mau kehilangan, Lo. Hiks ...." Airin terisak kencang bahkan tubuhnya ikut terguncang karena isakannya.
Di tengah-tengah isakannya, Airin melihat ada jas laki-laki di ranjang Jasmine. Airin mengambil jas itu dan melihatnya dengan seksama.
"Jas punya siapa ini ranjang, Mel?" tanya Airin saat melihat ada jas laki-laki yang tergeletak di ranjang seakan ada Jasmine di sana.
"Punya orang gila," jawab Jasmine yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi dengan tangan kanan diperban.
"Ha-hantu!" teriak Airin melemparkan jas milik Gibran ke muka Jasmine.
"Hantu-hantu, Lo itu yang hantu." Jasmine melemparkan kembali jas itu ke arah Airin.
"Seriusan punya orang gila? Kalau dilihat-lihat, jas itu bermerek dan harganya di atas 10 juta, Mel," ucap Airin saat yakin kalau itu bukan hantu Jasmine karena ada bayangan dan juga kaki yang manapak di lantai. Airin sangat mengenal model jas seperti itu. Jangan heran jika Airin bisa menebak atau bahkan tahu tentang barang branded karena Airin terlahir dari keluarga kaya namun memilih untuk hidup terpisah dan sederhana.
Jasmine memutar bola matanya dengan jengah, sebenarnya Jasmine sangat malu dengan kejadian yang membuatnya harus kehilangan citra baiknya di depan pemilik perusahaan tempat dia melamar tadi pagi.
Jasmine sudah cukup lelah sebenarnya menjalani hidup susah dan jauh dari orangtua, andai saja Jasmine tidak membantah orangtuanya, mungkin kehidupannya tidak akan sesusah ini.
"Rin, gue mau cerita sama, Lo," ucap Jasmine tiba-tiba.
"Cerita aja, gue sebagai penasihat Putri Jasmine akan mendengarkan dengan baik." Airin mulai memposisikan diri seolah dia penasihat putri kerajaan.
"Tadi gue ada masalah sama cowo, dan pas gue mau minta maaf ke ruangannya gue jatuh dan nggak bibir gue nyium bibir dia."
"Hah seriusan, Lo? Akhirnya setelah sekian lama sahabat gue punya pacar juga, jangan lupa nanti traktirannya ya!" Airin terlihat sangat senang beda dengan Jasmine yang terlihat kesal saat melihat rekasi sahabatnya.
"Pacar2 pala lo peyang." Jasmin memukul kepala Airin pelan.
"He-he, maaf!" ucap Airin sambil cengengesan.
"Awas, liur Lo netes itu," ucap Jasmine serius.
"Mana ada." Airin tidak percaya.
"Terus kan pas tadi gue mau bangun kancing kemeja gue nyangkut ke kancing kemeja dia yang kebetulan nggak tertutup jas."
"Terus-terus."
"Gue bangun ngejauh dari tubuh dia tapi kancing kemeja gue malah lepas."
"Terus?"
"Ya, kemeja gue jadi terbuka dan dia melihat punya gue, Rin."
"Terus-terus?"
"Nabrak mobil belakangnya, Lo kaya tukang parkir, terus-terus aja dari tadi."
"He he, maaf! Huaaa Mel, ternyata Lo masih hidup, gue kira Lo mati."
"Mati? Lo kira gue hewan!" Jasmine terkekeh dan membalas pelukan yang dia dapatkan dari Airin.
Airin sudah seperti tante yang pakai daster, habis nangis ketawa terus nangis lagi hihi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Gabrielle
👍👍👍
2021-07-21
1
Yanti Sofianti
Thor...dirimu slh satu fans nya ayu Ting Ting yak?dr awal lagunya ayu trs soalnya 😅
2021-06-30
1
Wati Simangunsong
ok lnjutt
2021-02-12
1