Ceo Somplak Jatuh Cinta

Ceo Somplak Jatuh Cinta

CSJC : Chapter 1

🥀 Karakter dalam novel ini memang sengaja dibuat berbeda dengan yang lain. Jika kurang sreg di hati kalian atau menurut kalian tidak masuk akal, boleh kok nggak dibaca karena ini bukan sebuah kewajiban yang harus dilakukan.🥀

Ok semua, happy reading and enjoy guys.

Mentari telah datang mengubah dunia yang gelap menjadi terang, suara ayam jago saling bersahut-sahutan membangunkan manusia yang masih berkelana di alam mimpi. Saat mentari mulai naik terlihat Gibran baru bangun dari tidurnya. Ya, tadi pagi Gibran sebenernya sudah bangun hanya sekedar untuk salat Subuh lalu tidur lagi.

"Hoam ... berisik amat itu ayam jago. Minta dijadiin opor kali, ya?" Gibran menutup mulutnya dengan tangan kiri sambil menggeliat seperti cacing kepanasan yang ditaburi deterjen. Bahkan dia mengumpat ayam jago yang memang sudah sewajarnya berkokok di waktu pagi.

Mata Gibran bergerak menjelajahi sudut kamarnya dengan tatapan bingung, kemudian dengan cepat dia melihat jam dinding di kamar yang jarumnya sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB.

"Masih jam enam, masih pagi," gumamnya sambil merebahkan dirinya lagi di kasur yang empuk dan tidak mau ditinggalkan. Sesaat Gibran hanya terdiam sambil menatap langit-langit kamarnya dan setelah itu dia baru ingat kalau dia ada meeting pagi ini.

"Eh buset, gue ada meeting hari ini. Malah meetingnya jam 06.10 WIB lagi. Waduh! Kenapa gue jadi orang santui banget, ya?" Gibran langsung meloncat turun dari kasur dan berlari masuk ke kamar mandi dengan tergesa-gesa. Bahkan, dia sampai lupa kalau dia tidak membawa handuk yang memang selalu dia letakkan di luar kamar mandi.

"Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka mandi nggak, ya?" Gibran yang pada dasarnya memang humoris dan somplak malah bernyanyi sambil berjoget di kamar mandi. Akhirnya Gibran memutuskan untuk mandi dengan kilat, bukan mandi main-main, ya. Tapi ini beneran mandi dengan kilat.

Selesai mandi saat mau memakai handuk, dia baru sadar kalau dia tidak membawa handuk ke kamar mandi, alhasil dia menutupi juniornya dengan bajunya yang kotor sambil mengumpat dirinya sendiri.

"Gue jadi orang kenapa ceroboh banget, sih! Kalau si Bunda tahu bisa di lempar ke kolam Piranha, gue," ucapnya. Gibran menyambar handuk yang terletak di dekat almari dan langsung melilitkannya di pinggang.

"La ... la ... la ... aku senang sekali, mandi pagi." Lagi-lagi dengan santainya dia bernyanyi dan tidak memikirkan meeting pagi ini. Karena dia adalah atasan dengan seenak udelnya sendiri dia bisa dengan mudah mengundur jam meetingnya.

Entahlah, dulu bundanya mengidam apa sampai punya anak somplaknya tidak ketulungan. Mungkin, bundanya ngidam durian sama kulit-kulitnya, atau ngidam landak sama duri-durinya.

Gibran masuk ke dalam walk in closet dan segera memakai pakaian kerjanya yang berupa kemeja berwarna navy yang kemudian dia balut dengan jas berwarna abu-abu. Tidak lupa dia memakai parfum dan juga minyak rambut agar rambutnya terlihat rapi.

"Biasanya tak pakai minyak rambut, biasanya tak suka begini, saya cemburu ... eh kok gue malah nyanyi sih, dasar aneh!" Gibran tertawa, dia melihat pantulan dirinya di cermin kemudian memuji dirinya sendiri dengan berkata. "Kalau pria tampan, mau diapa-apain tetap aja tampan," katanya sambil menaik turunkan alisnya dan tersenyum memperlihatkan giginya yang putih bersih seperti di cat pakai cat tembok.

Gibran segera menyambar tas kerjanya dan juga kunci mobil miliknya, dia keluar dari kamar dan sengaja tidak mengunci kamar karena biasanya si bunda akan masuk dan membersihkan serta membereskan kamarnya.

Gibran berjalan turun dari tangga dan menghampiri bundanya yang sedang sibuk berperang dengan alat-alat dapur dan mengeksekusi sayuran serta daging yang akan dia masak sebagai menu sarapan pagi ini.

"Bun, Gibran nggak sarapan, ya. Ada meeting hari ini. Gibran juga udah telat sepuluh menit nih, Bun." Gibran memeluk bundanya dari belakang dengan manja, kemudian melepaskannya.

"Apa kamu bilang, telat sepuluh menit? Cepat pergi sana, jangan malah santai kaya gini!" Bundanya menjewer dan memukuli pantat putranya itu dengan kesal.

"Aaa ... sakit, Bun. Lepas dong, Bun!" Gibran berteriak dengan keras sehingga suara bisingnya sampai di telinga ayahnya yang berada di lantai dua.

"Astaga ... apa yang dilakukan anak nakal itu pagi-pagi begini?" gumam ayahnya yang mendengar teriakan Gibran. Dia langsung turun untuk menghampiri anaknya.

"Ada apa ini ribut-ribut?" tanyanya menatap istri dan anaknya dengan tajam, setajam cakar Elang.

"Ayah Satya, tolong anakmu yang dianiaya Bunda Ranti, Ayah tolong!" Gibran memelaskan wajahnya dan masih berusaha melepaskan tangan Ranti sang bunda yang masih menjewernya.

"Ranti, lepaskan putramu! Biar dia segera berangkat bekerja, ini sudah jam 06.25 WIB, dan anakmu yang koplak ini sudah telat 10 menit dari jadwal meetingnya," ucap Satya dengan suaranya yang terdengar menggema di dapur rumahnya.

"Bunda dengar nggak kata, Ayah? Suruh ngelepasin!" ucap Gibran, dengan kesal Ranti melepaskan tangannya dari telinga Gibran sambil menendang kaki anaknya itu kesal.

"Aduh, dasar Bunda-ran Hotel Indonesia main tendang anak orang aja, nanti orangtuanya marah tahu rasa kamu, hahaha ...." Gibran berlari keluar rumah sambil tertawa terbahak-bahak.

Ranti menepuk jidatnya karena merasa lelah menghadapai anak alien itu, sedangkan Satya memerhatikan tingkah istrinya itu dengan tatapan aneh.

"Bunda kenapa tepuk jidat? Ada nyamuk?" tanya Satya dengan polosnya.

"Nyamuk dari Cina?" ucap Ranti sambil kembali mengerjakan pekerjaannya.

"Bun," panggil Satya melingkarkan tangannya di perut Ranti.

"Minta jatah? Masih pagi, Yah." Ranti menjawab dengan ngawur sehingga Satya menoyor kepala istrinya itu dengan gemas.

"Ngawur kalau ngomong, ayah nggak nafsu," ucap Satya.

"Terus kenapa meluk-meluk kaya cicak di dinding kaya gini?" tanya Ranti, dia berbalik dan berhadapan dengan Satya.

"Anak somplak kita tadi berangkat kerja cuma pakai celana boxer," ucap Satya sambil tertawa.

"Hahaha ... oh, iya, Yah. Tadi bunda mau bilang sama dia biar pakai celana kerja dulu, eh malah ada Ayah. Bunda jadi amnesia seketika." Ranti tertawa membayangkan apa yang akan terjadi di kantor putranya jika semua karyawannya melihat dia bekerja menggunakan celana boxer saja.

"Biarin, Bun. Biar malu dia," kata Satya dengan teganya membiarkan anaknya menjadi bahan lelucon nanti.

Karena terburu dan tidak memerhatikan lagi penampilannya. Gibran benar-benar tidak sadar kalau dirinya hanya menggunakan celana boxer dengan atasan yang sudah rapi. Sesampainya di parkiran khusus atasan, Gibran turun dari mobil dan berjalan dengan sangat percaya diri melewati loby kantornya.

Banyak karyawan yang melihat Gibran sambil menahan tawanya. Namun, mereka tidak berani memberitahu Gibran karena mereka takut jika nanti mereka akan dimarahi olehnya. Gibran yang merasa dirinya menjadi pusat perhatian langsung berhenti berjalan.

"Kalian kenapa melihat saya? Saya tahu saya ganteng, tapi maaf saya nggak suka dilihatin kaya gini," ucap Gibran tegas. Namun tidak membuat dia ditakuti oleh semua karyawannya.

Aku kasih visual biar ngebayanginnya makin dapat wkwkwk ... semoga cocok ya sayang.

Ricky Harun As Gibran

Ini Versi Indo

Ini Versi Oppa Korea, kenapa wajahnya bukan yang pas kalem? Jawabannya karena biar kelihatan kompaknya.

NB : Untuk lebih lengkapnya bisa kalian baca di aplikasi Fizzo (******) nama pena KARLINA SULAIMAN judul MUARA TAKDIR

"Saya terima nikah dan kawinnya Maira Moza binti Ryan Syah Abdullah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Farhan mengucapkan ijab kabulnya dalam satu tarikan napas.

Suaranya yang tegas dan merdu mampu menghipnotis beberapa wanita yang juga hadir di acara pernikahannya.

Sesaat, Maira menoleh ke sebelahnya di mana pria yang baru saja mengucap akad atas namanya sedang duduk tegak. Suara pria itu memang terdengar begitu merdu dan lembut di telinganya. Namun, sangat sulit dan tidak mampu menggetarkan hatinya untuk merasakan bahagia.

Kelopak mata mempelai wanita langsung terpejam ketika satu bulir air bening keluar dari sudut matanya.

'Ya Allah, pria ini sudah mengikatku dengan sebuah ikatan yang begitu suci,' batin Maira dengan perasaan tercabik-cabik setelah statusnya berganti menjadi seorang istri.

Saat matanya kembali terbuka, dari ujung matanya ia bisa melihat dengan samar jika tangan suaminya sedikit bergetar setelah pria itu melaksanakan akad. Maira tersenyum dengan eskpresi wajah yang begitu sedih, tanpa bertanya pun ia sudah tahu kenapa tangan pria itu bergetar.

'Apakah ia menyesal setelah menikahiku?' tanya Maira dalam hati. Tidak terasa air mata kembali menggenang dan hampir memenuhi pelupuk matanya.

Maira akhirnya hanya bisa terus menundukkan kepala karena kembali satu butir air mata sudah menetes pelan di pipinya. Ia meremas erat kebaya untuk menyalurkan rasa sakit yang menghujam hati yang tidak diketahui siapa pun di sana.

Di sisi lain, Farhan merasa lega setelah menjadikan Maira sebagai istrinya. Namun, ia tidak dapat menutupi perasaan sedih dan terluka yang hatinya rasakan ketika teringat jika wanita yang dinikahinya bukanlah wanita yang ia inginkan menjadi seorang istri.

'Sayangku, telah aku turuti permintaanmu untuk menikahi Maira. Namun, aku tidak tahu bagaimana sikapku padanya nanti.' Farhan memejamkan mata sejenak ketika wajah seorang wanita melintas dalam benaknya.

Entah mengapa ia ingin sekali segera meninggalkan tempat pernikahan itu untuk menemui si pemilik wajah yang menganggu pikirannya.

Orang lain mungkin mengira jika mereka bahagia dengan pernikahan itu. Namun, tanpa mereka ketahui kedua mempelai sama sekali tidak memiliki perasaan bahagia berlebih seperti kebanyakan pengantin pada umumnya karena pernikahan itu terjadi bukan karena keinginan keduanya.

"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya pak penghulu seraya menatap beberapa orang yang berada di tempat akad nikah. Pertanyaan itu langsung membuyarkan pikiran Farhan dan Maira.

"Sah," teriak semua saksi dengan senyuman mengembang sempurna.

Seketika ruangan itu menjadi riuh dengan suara teriakan kebahagiaan kedua keluarga mempelai dan para tamu undangan.

'Ya Allah, hamba tahu jika pernikahan ini terjadi karena izin-Mu. Engkau telah mengubah status hamba menjadi seorang istri. Surga hamba ada padanya sekarang, dialah tempat terbaik untukku berkeluh kesah dan harus dengan baik dan ikhlas hamba layani. Setiap sentuhan kami akan menjadi pahala, dia penyempurna separuh agama. Namun, sanggupkah aku menjadi istri yang layak untuknya?'

Air mata Maira mengalir semakin deras setelah kata sah terdengar jelas di telinganya. Mungkin orang lain berpikir jika ia menangis bahagia, padahal pada kenyatannya tidak seperti itu karena ia menangis untuk membalut luka di hatinya.

"Alhamdulillah." Pak penghulu tersenyum kemudian memimpin doa.

"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."

Semua orang mengamini doa tersebut dan pandangan mereka tidak lepas tertuju kepada pasangan pengantin itu.

Setelah doa selesai, Farhan menyematkan cincin di jari manis istrinya. Ketika tangan mereka bersentuhan untuk pertama kalinya, hati Farhan langsung merasa getir ketika ia ingat wanita di depannya bukanlah wanita yang ingin ia jadikan istri. Bahkan, ketika mengecup keningnya pun tidak ada perasaan lain selain sakit di hatinya.

Begitu juga dengan Maira. Hatinya terasa diremas ketika kecupan itu mendarat di dahinya. Seharusnya bukan ia yang berada di sini, seharusnya bukan lelaki ini yang menikahinya.

'Ya Allah, berdosakah aku karena masih menyimpan perasaan cinta untuk orang lain di statusku sekarang yang telah mempunyai kekasih halal?' batin keduanya seraya menjauh perlahan.

"Selamat atas pernikahan kalian, semoga langgeng dan selalu dalam ridho Allah." Ryan tersenyum lembut. Ia menarik putrinya dalam pelukan dan memberikan kecupan di puncak kepalanya.

"Aamiin, terima kasih karena selama ini telah merawat dan mendidik aku dengan baik, Ayah." Tangisan Maira semakin kencang, ia pun semakin erat memeluk seorang pria yang sangat berjasa dalam hidupnya.

"Ayah juga sangat berterima kasih kepadamu karena selama ini kamu sudah dengan ikhlas merawat dan menemani ayah, Nak. Sekarang, ayah serahkan tanggungjawab ayah kepada suamimu." Ryan tersenyum tulus dengan perasaan sedih bercampur bahagia.

"Farhan, putriku sekarang sudah menjadi tanggungjawab dirimu. Tolong jaga dan bimbing ia agar terus berada di jalan yang diridhoi Allah dan jangan pernah sakiti ia karena Maira adalah harta paling berharga yang ayah punya."

Pesan itu disampaikan Ryan ketika memeluk menantunya setelah Maira. Bagi seorang ayah, sangat berat rasanya ketika menyerahkan putrinya kepada pria lain. Apalagi, selama ini hanya putrinyalah yang selalu menemani dirinya.

Farhan hanya mengangguk tanpa berkata apa pun. Sungguh, pesan Ryan sangat berat untuknya. Walau demikian, Farhan tetap akan berusaha menjalankan pesan Ryan dengan baik. Bukan hanya karena mertuanya, tetapi juga karena Allah yang mengizinkan Maira menjadi miliknya.

"Kamu sekarang istriku dan aku suamimu, tetapi aku tidak yakin pernikahan ini akan menghadirkan kebahagiaan untuk kita," bisik Farhan ketika mereka telah berpindah duduk di kursi pelaminan.

"Pantaskah kamu berbicara seperti itu di hari pernikahan kita, Mas?" Maira merasa jika sang suami sangat tidak menghargai pernikahan mereka.

Farhan diam karena tidak tahu harus menjawab apa. Ia sadar jika telah salah bicara di waktu yang tidak tepat.

"Aku sangat sadar jika seharusnya kita tidak menikah, seharusnya kamu bahagia dengannya dan aku bahagia dengan kekasihku." Setelah mengatakannya, Maira langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan saat ia tidak tahan lagi untuk menangis.

Mendengar ucapan sang istri membuat Farhan merasa bersalah. Dirinya seakan lupa jika di sini ialah penyebab pernikahan itu terjadi.

"Maaf karena aku telah membuatmu terjebak dalam pernikahan ini." Farhan dengan ragu menarik Maira ke dalam pelukannya.

"A-aku ...." Maira ingin menolak pelukan itu, tetapi ia tidak kuasa melakukannya.

Maira balas memeluk suaminya, ia mencengkeram baju bagian belakang Farhan ketika tangisannya semakin tidak terkendali. Maira tidak peduli jika riasannya akan rusak dan mengotori baju sang suami karena saat ini ia hanya sedang ingin membalut luka dengan air matanya.

Farhan sadar mereka sama-sama terluka, tetapi ia tahu jika perasaan istrinya jauh lebih sakit daripada perasaannya. Entah mengapa, melihat istrinya terisak kencang dalam pelukannya membuat hati Farhan semakin hancur. Entah hancur karena ia peduli dengan Maira, atau hancur karena telah membuat Maira yang sangat disayangi kekasihnya terluka.

Demi memenuhi keinginan seseorang yang sama-sama Farhan dan Maira cintai. Mereka harus menikah dan melupakan cintanya pada masing-masing pemilik hati.

"Kumohon jangan menangis karena setetes air mata yang jatuh ke pipimu membuat rasa bersalahku semakin besar." Farhan mengecup puncak kepala Maira dengan penuh kasih sayang.

Beberapa tamu yang melihat pemandangan itu tersenyum dengan perasaan yang ikut terharu. Mereka berpikir cinta kedua pengantin begitu besar dan dalam hingga tidak mampu mengendalikan diri menangis bahagia. Namun, dugaan mereka salah besar.

Setelah cukup lama menangis, Maira merasa sangat lelah. Jujur, ia mengakui pelukan Farhan adalah pelukan ternyaman setelah mama dan ayahnya.

"Ma-maaf karena membuat bajumu kotor, Mas!" Maira menjauhkan tubuhnya, wajahnya merona karena ia sangat malu setelah tidak bisa mengendalikan perasaannya.

"Berhentilah meminta maaf padaku karena di sini akulah yang lebih pantas meminta maaf padamu." Farhan mengusap sisa air mata yang masih mengalir di pipi Maira.

"Aku tinggal dulu, ya." Farhan meninggalkan Maira sebentar ketika ia diajak Ryan untuk menyapa para tamu.

Melihat suami dan tamunya sibuk. Maira diam-diam langsung bergegas pergi dari tempat resepsi. Saking ramainya tamu yang hadir, mereka sampai tidak menyadari jika Maira sudah tidak ada di pelaminan.

Setelah menyapa beberapa tamu pentingnya, Ryan bertanya kepada Farhan di mana keberadaan Maira karena ia tidak melihat putrinya di pelaminan.

"Farhan, ada di mana istrimu?" Mata Ryan menatap ke segala penjuru ruangan.

"Maira? Bukankah ia ada di pelaminan?" Farhan menunjuk ke arah pelaminan dan ia terkejut ketika tidak mendapati sang istri di sana.

"Saya yakin tadi Maira masih duduk di sana. Namun, kenapa sekarang ia sudah tidak ada di sana?" Farhan kebingungan.

"Lalu di mana putriku sekarang?" Kecemasan terlihat jelas dari raut wajah pria paruh baya itu.

"Ayah, saya akan mencarinya." Farhan langsung pergi meninggalkan mertuanya. Pertama-tama ia mencari Maira ke kamar mandi dan tidak menemukannya sama sekali.

Farhan pun akhirnya mencari sang istri ke segala penjuru ruangan. Bahkan ia juga mencari sampai keluar gedung pernikahan. Namun, sosok istrinya tidak kunjung ditemukan.

Perasaan cemas mulai menyelimuti hatinya. Ia takut jika wanita itu kabur dari tempat resepsi.

"Maira, kamu di mana?" Farhan mengacak rambutnya dengan perasaan frustasi. Ia takut jika istrinya akan melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya.

Pikiran Farhan sangat negatif karena ia tahu istrinya sekarang sedang tidak baik-baik saja. Kesedihan Maira saat dalam pelukannya tadi membuat Farhan tidak bisa berpikir jernih.

Sekarang Farhan ingat jika sehari sebelum acara pernikahan, Maira menemuinya kemudian mengajaknya membatalkan pernikahan mereka. Mengingat hal itu membuat Farhan tiba-tiba tersenyum putus asa karena dirinya merasa menjadi seorang laki-laki yang sangat bodoh.

Farhan sekarang yakin jika sang istri saat ini sedang menenangkan diri dan tidak ingin diganggu oleh siapa pun.

"Fatimah, puaskah kamu sekarang melihat bagaimana sikapku dan sikapnya setelah menjadi pasangan suami istri?" Farhan terkekeh dengan perasaan getir.

"Seharusnya kamu yang ada di sini dan menikah denganku, bukan Maira." Farhan terkekeh sedih seraya mengusap sedikit air matanya yang berhasil menetes di pipinya.

NB : Untuk lebih lengkapnya bisa kalian baca di aplikasi Fizzo (******) nama pena KARLINA SULAIMAN judul MUARA TAKDIR

Bersambung ...

Semoga kalian suka dengan karya ini, jangan lupa like, komen, rate bintang lima, favorit dan VOTE yang banyak ya.

Yang mau baca novel aku.. ada juga di YouTube ya sayangku.

Cek aja YouTube LINAUTHOR.. dan jangan lupa subscribe.

Terpopuler

Comments

Qeisha A.F Ladyjane

Qeisha A.F Ladyjane

ngakak sumpahh

2022-05-17

0

Wawan Alure Akhmad

Wawan Alure Akhmad

nice

2022-04-02

0

wifekth

wifekth

Rekomendasi Novel yang sangat bagus untukmu, Mencairkan Hati Sang Ice Boy,

2021-11-18

1

lihat semua
Episodes
1 CSJC : Chapter 1
2 CSJC : Chapter 2
3 CSJC : Chapter 3
4 CSJC : Chapter 4
5 CSJC : Chapter 5
6 CSJC : Chapter 6
7 CSJC : Chapter 7
8 CSJC : Chapter 8
9 CSJC : Chapter 9
10 CSJC : Chapter 10
11 CSJC : Chapter 11
12 CSJC : Chapter 12
13 CSJC : Chapter 13
14 CSJC : Chapter 14
15 CSJC : Chapter 15
16 CSJC : Chapter 16
17 CSJC : Chapter 17
18 CSJC : Chapter 18
19 CSJC : Chapter 19
20 CSJC : Chapter 20
21 CSJC : Chapter 21
22 CSJC : Chapter 22
23 CSJC : Chapter 23
24 CSJC : Chapter 24
25 CSJC : Chapter 25
26 SCJC : Chapter 26
27 CSJC : Chapter 27
28 CSJC : Chapter 28
29 CSCJ : Chapter 29
30 CSJC : Chapter 30
31 CSJC : Chapter 31
32 CSJC : Chapter 32
33 CSJC : Chapter 33
34 CSJC : Chapter 34
35 CSJC : Chapter 35
36 CSJC : Chapter 36
37 CSJC : Chapter 37
38 CSJC : Chapter 38
39 CSJC : Chapter 39
40 CSJC : Chapter 40
41 CSJC : Chapter 41
42 CSJC : Chapter 42
43 CSJC : Chapter 43
44 CSJC : Chapter 44
45 CSJC : Chapter 45
46 CSJC : Chapter 46
47 CSJC : Chapter 47
48 CSJC : Chapter 48
49 CSJC : Chapter 49
50 CSJC : Chapter 50
51 CSJC : Chapter 51
52 CSJC : Chapter 52
53 CSJC : Chapter 53
54 CSJC : Chapter 54
55 CSJC : Chapter 55
56 CSJC : Chapter 56
57 CSJC : Chapter 57
58 CSJC : Chapter 58
59 CSJC : Chapter 59
60 CSJC : Chapter 60
61 CSJC : Chapter 61
62 CSJC : Chapter 62
63 CSJC : Chapter 63 Mengandung 18+
64 CSJC : Chapter 64
65 CSJC : Chapter 65 18 & 21+
66 CSJC : Chapter 66
67 CSJC : Chapter 67
68 CSJC : Chapter 68
69 CSJC : Chapter 69
70 CSJC : Chapter 70
71 CSJC : Chapter 71
72 CSJC : Chapter 72
73 CSJC : Chapter 73
74 CSJC : Chapter 74
75 CSJC : Chapter 75
76 CSJC : Chapter 76
77 CSJC : Chapter 77
78 CSJC : Chapter 78
79 CSJC : Chapter 79
80 CSJC : Chapter 80
81 CSJC : Chapter 81
82 CSJC : Chapter 82
83 SCJC : Chapter 83
84 CSJC : Chapter 84
85 CSJC : Chapter 85
86 CSJC : Chapter 86
87 CSJC : Chapter 87
88 CSJC : Chapter 88
89 CSJC : Chapter 89
90 CSJC : Chapter 90
91 CSJC : Chapter 91
92 CSJC : Chapter 92
93 CSJC : Chapter 93
94 CSJC : Chapter 94
95 CSJC : Chapter 95
96 CSJC : Chapter 96
97 CSJC : Chapter 97
98 CSJC : Chapter 98
99 CSJC : Chapter 99
100 CSJC : Chapter 100
101 CSJC : Chapter 101
102 CSJC : Chapter 102
103 CSJC : Chapter 103
104 CSJC : Chapter 104
105 CSJC : Chapter 105
106 CSJC : Chapter 106
107 CSJC : Chapter 107
108 CSJC : Chapter 108
109 CSJC : Chapter 109
110 CSJC : Chapter 110
111 CSJC : Chapter 111
112 CSJC : Chapter 112
113 CSJC : Chapter 113
114 S2 : Di Tinggal
115 S2 : Kacamata
116 Pengumuman
117 S2 : Guru Gaje
118 S2 : Mama Jangan Nakal
119 S2 : Alasan Bunda
120 S2 : Munafik
121 S2 : Pengakuan
122 S2 : Putus Asa
123 S2 : Mengabaikan
124 S2 : Bukan Iron Man
125 S2 : Pulang
126 S2 : Adik
127 S2 : Baik-Baik Saja
128 S2 : Üzgünüm ve teşekkür ederim
129 S2 : Pengacau
130 S2 : Syala
131 S2 : Kecewa
132 S2 : Hadir
133 S2 : Gia Pulang
134 S2 : Mancing
135 S2 : Oke!
136 S2 : Perpisahan
137 S2 : Mrs & Mr Rusuh
138 S2 : Ikhlas
139 S2 : Pergi
140 S2 : Maaf Maaf Maaf!
141 Cepat Berlalu
142 S2 : Laki-laki Asing
143 S2 : Kesialan
144 S2 : Iblis Tampan
145 S2 : Tawa dan Tangis
146 S2 : Buatkan Saya Cucu!
147 S2 : Mencari Gilang
148 S2 : Mencari Gilang 2
149 S2 : Pesimis-nya Syala
150 S2 : Taruhan
151 S2 : Terpaksa Menyuapi
152 S2 : Menantu
153 S2 : Luka
154 S2 : Ambruk
155 S2 : Duka Kehilangan
156 S2 : Pemakaman
157 S2 : Tanda Merah
158 S2 : Selingkuhan
159 S2 : Em
160 S2 : Sidang
161 S2 : Mengawasi Gia
162 S2 : Lamaran
163 S2 : Tidak Setuju
164 S2 : Akhir Kisah Gia
165 S2 : Kisah 4 Tahun
166 S2 : Pernikahan?
167 S2 : Kenyataan Pahit
168 S2 : Akhir
169 Ekstra 1
170 Ekstra 2
171 Ekstra 3
172 Ekstra 4
173 Jeng Jeng Jeng
174 PENGUMUMAN
175 PROMOSI
176 MUARA TAKDIR
177 Novel Hamil Tanpa Suami
178 promo : Jadi Istri Iparku
179 Terjebak Permainan Gairah Pamanku (Novel baru)
Episodes

Updated 179 Episodes

1
CSJC : Chapter 1
2
CSJC : Chapter 2
3
CSJC : Chapter 3
4
CSJC : Chapter 4
5
CSJC : Chapter 5
6
CSJC : Chapter 6
7
CSJC : Chapter 7
8
CSJC : Chapter 8
9
CSJC : Chapter 9
10
CSJC : Chapter 10
11
CSJC : Chapter 11
12
CSJC : Chapter 12
13
CSJC : Chapter 13
14
CSJC : Chapter 14
15
CSJC : Chapter 15
16
CSJC : Chapter 16
17
CSJC : Chapter 17
18
CSJC : Chapter 18
19
CSJC : Chapter 19
20
CSJC : Chapter 20
21
CSJC : Chapter 21
22
CSJC : Chapter 22
23
CSJC : Chapter 23
24
CSJC : Chapter 24
25
CSJC : Chapter 25
26
SCJC : Chapter 26
27
CSJC : Chapter 27
28
CSJC : Chapter 28
29
CSCJ : Chapter 29
30
CSJC : Chapter 30
31
CSJC : Chapter 31
32
CSJC : Chapter 32
33
CSJC : Chapter 33
34
CSJC : Chapter 34
35
CSJC : Chapter 35
36
CSJC : Chapter 36
37
CSJC : Chapter 37
38
CSJC : Chapter 38
39
CSJC : Chapter 39
40
CSJC : Chapter 40
41
CSJC : Chapter 41
42
CSJC : Chapter 42
43
CSJC : Chapter 43
44
CSJC : Chapter 44
45
CSJC : Chapter 45
46
CSJC : Chapter 46
47
CSJC : Chapter 47
48
CSJC : Chapter 48
49
CSJC : Chapter 49
50
CSJC : Chapter 50
51
CSJC : Chapter 51
52
CSJC : Chapter 52
53
CSJC : Chapter 53
54
CSJC : Chapter 54
55
CSJC : Chapter 55
56
CSJC : Chapter 56
57
CSJC : Chapter 57
58
CSJC : Chapter 58
59
CSJC : Chapter 59
60
CSJC : Chapter 60
61
CSJC : Chapter 61
62
CSJC : Chapter 62
63
CSJC : Chapter 63 Mengandung 18+
64
CSJC : Chapter 64
65
CSJC : Chapter 65 18 & 21+
66
CSJC : Chapter 66
67
CSJC : Chapter 67
68
CSJC : Chapter 68
69
CSJC : Chapter 69
70
CSJC : Chapter 70
71
CSJC : Chapter 71
72
CSJC : Chapter 72
73
CSJC : Chapter 73
74
CSJC : Chapter 74
75
CSJC : Chapter 75
76
CSJC : Chapter 76
77
CSJC : Chapter 77
78
CSJC : Chapter 78
79
CSJC : Chapter 79
80
CSJC : Chapter 80
81
CSJC : Chapter 81
82
CSJC : Chapter 82
83
SCJC : Chapter 83
84
CSJC : Chapter 84
85
CSJC : Chapter 85
86
CSJC : Chapter 86
87
CSJC : Chapter 87
88
CSJC : Chapter 88
89
CSJC : Chapter 89
90
CSJC : Chapter 90
91
CSJC : Chapter 91
92
CSJC : Chapter 92
93
CSJC : Chapter 93
94
CSJC : Chapter 94
95
CSJC : Chapter 95
96
CSJC : Chapter 96
97
CSJC : Chapter 97
98
CSJC : Chapter 98
99
CSJC : Chapter 99
100
CSJC : Chapter 100
101
CSJC : Chapter 101
102
CSJC : Chapter 102
103
CSJC : Chapter 103
104
CSJC : Chapter 104
105
CSJC : Chapter 105
106
CSJC : Chapter 106
107
CSJC : Chapter 107
108
CSJC : Chapter 108
109
CSJC : Chapter 109
110
CSJC : Chapter 110
111
CSJC : Chapter 111
112
CSJC : Chapter 112
113
CSJC : Chapter 113
114
S2 : Di Tinggal
115
S2 : Kacamata
116
Pengumuman
117
S2 : Guru Gaje
118
S2 : Mama Jangan Nakal
119
S2 : Alasan Bunda
120
S2 : Munafik
121
S2 : Pengakuan
122
S2 : Putus Asa
123
S2 : Mengabaikan
124
S2 : Bukan Iron Man
125
S2 : Pulang
126
S2 : Adik
127
S2 : Baik-Baik Saja
128
S2 : Üzgünüm ve teşekkür ederim
129
S2 : Pengacau
130
S2 : Syala
131
S2 : Kecewa
132
S2 : Hadir
133
S2 : Gia Pulang
134
S2 : Mancing
135
S2 : Oke!
136
S2 : Perpisahan
137
S2 : Mrs & Mr Rusuh
138
S2 : Ikhlas
139
S2 : Pergi
140
S2 : Maaf Maaf Maaf!
141
Cepat Berlalu
142
S2 : Laki-laki Asing
143
S2 : Kesialan
144
S2 : Iblis Tampan
145
S2 : Tawa dan Tangis
146
S2 : Buatkan Saya Cucu!
147
S2 : Mencari Gilang
148
S2 : Mencari Gilang 2
149
S2 : Pesimis-nya Syala
150
S2 : Taruhan
151
S2 : Terpaksa Menyuapi
152
S2 : Menantu
153
S2 : Luka
154
S2 : Ambruk
155
S2 : Duka Kehilangan
156
S2 : Pemakaman
157
S2 : Tanda Merah
158
S2 : Selingkuhan
159
S2 : Em
160
S2 : Sidang
161
S2 : Mengawasi Gia
162
S2 : Lamaran
163
S2 : Tidak Setuju
164
S2 : Akhir Kisah Gia
165
S2 : Kisah 4 Tahun
166
S2 : Pernikahan?
167
S2 : Kenyataan Pahit
168
S2 : Akhir
169
Ekstra 1
170
Ekstra 2
171
Ekstra 3
172
Ekstra 4
173
Jeng Jeng Jeng
174
PENGUMUMAN
175
PROMOSI
176
MUARA TAKDIR
177
Novel Hamil Tanpa Suami
178
promo : Jadi Istri Iparku
179
Terjebak Permainan Gairah Pamanku (Novel baru)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!