Ceo Somplak Jatuh Cinta
🥀 Karakter dalam novel ini memang sengaja dibuat berbeda dengan yang lain. Jika kurang sreg di hati kalian atau menurut kalian tidak masuk akal, boleh kok nggak dibaca karena ini bukan sebuah kewajiban yang harus dilakukan.🥀
Ok semua, happy reading and enjoy guys.
Mentari telah datang mengubah dunia yang gelap menjadi terang, suara ayam jago saling bersahut-sahutan membangunkan manusia yang masih berkelana di alam mimpi. Saat mentari mulai naik terlihat Gibran baru bangun dari tidurnya. Ya, tadi pagi Gibran sebenernya sudah bangun hanya sekedar untuk salat Subuh lalu tidur lagi.
"Hoam ... berisik amat itu ayam jago. Minta dijadiin opor kali, ya?" Gibran menutup mulutnya dengan tangan kiri sambil menggeliat seperti cacing kepanasan yang ditaburi deterjen. Bahkan dia mengumpat ayam jago yang memang sudah sewajarnya berkokok di waktu pagi.
Mata Gibran bergerak menjelajahi sudut kamarnya dengan tatapan bingung, kemudian dengan cepat dia melihat jam dinding di kamar yang jarumnya sudah menunjukkan pukul 06.00 WIB.
"Masih jam enam, masih pagi," gumamnya sambil merebahkan dirinya lagi di kasur yang empuk dan tidak mau ditinggalkan. Sesaat Gibran hanya terdiam sambil menatap langit-langit kamarnya dan setelah itu dia baru ingat kalau dia ada meeting pagi ini.
"Eh buset, gue ada meeting hari ini. Malah meetingnya jam 06.10 WIB lagi. Waduh! Kenapa gue jadi orang santui banget, ya?" Gibran langsung meloncat turun dari kasur dan berlari masuk ke kamar mandi dengan tergesa-gesa. Bahkan, dia sampai lupa kalau dia tidak membawa handuk yang memang selalu dia letakkan di luar kamar mandi.
"Bangun pagi, gosok gigi, cuci muka mandi nggak, ya?" Gibran yang pada dasarnya memang humoris dan somplak malah bernyanyi sambil berjoget di kamar mandi. Akhirnya Gibran memutuskan untuk mandi dengan kilat, bukan mandi main-main, ya. Tapi ini beneran mandi dengan kilat.
Selesai mandi saat mau memakai handuk, dia baru sadar kalau dia tidak membawa handuk ke kamar mandi, alhasil dia menutupi juniornya dengan bajunya yang kotor sambil mengumpat dirinya sendiri.
"Gue jadi orang kenapa ceroboh banget, sih! Kalau si Bunda tahu bisa di lempar ke kolam Piranha, gue," ucapnya. Gibran menyambar handuk yang terletak di dekat almari dan langsung melilitkannya di pinggang.
"La ... la ... la ... aku senang sekali, mandi pagi." Lagi-lagi dengan santainya dia bernyanyi dan tidak memikirkan meeting pagi ini. Karena dia adalah atasan dengan seenak udelnya sendiri dia bisa dengan mudah mengundur jam meetingnya.
Entahlah, dulu bundanya mengidam apa sampai punya anak somplaknya tidak ketulungan. Mungkin, bundanya ngidam durian sama kulit-kulitnya, atau ngidam landak sama duri-durinya.
Gibran masuk ke dalam walk in closet dan segera memakai pakaian kerjanya yang berupa kemeja berwarna navy yang kemudian dia balut dengan jas berwarna abu-abu. Tidak lupa dia memakai parfum dan juga minyak rambut agar rambutnya terlihat rapi.
"Biasanya tak pakai minyak rambut, biasanya tak suka begini, saya cemburu ... eh kok gue malah nyanyi sih, dasar aneh!" Gibran tertawa, dia melihat pantulan dirinya di cermin kemudian memuji dirinya sendiri dengan berkata. "Kalau pria tampan, mau diapa-apain tetap aja tampan," katanya sambil menaik turunkan alisnya dan tersenyum memperlihatkan giginya yang putih bersih seperti di cat pakai cat tembok.
Gibran segera menyambar tas kerjanya dan juga kunci mobil miliknya, dia keluar dari kamar dan sengaja tidak mengunci kamar karena biasanya si bunda akan masuk dan membersihkan serta membereskan kamarnya.
Gibran berjalan turun dari tangga dan menghampiri bundanya yang sedang sibuk berperang dengan alat-alat dapur dan mengeksekusi sayuran serta daging yang akan dia masak sebagai menu sarapan pagi ini.
"Bun, Gibran nggak sarapan, ya. Ada meeting hari ini. Gibran juga udah telat sepuluh menit nih, Bun." Gibran memeluk bundanya dari belakang dengan manja, kemudian melepaskannya.
"Apa kamu bilang, telat sepuluh menit? Cepat pergi sana, jangan malah santai kaya gini!" Bundanya menjewer dan memukuli pantat putranya itu dengan kesal.
"Aaa ... sakit, Bun. Lepas dong, Bun!" Gibran berteriak dengan keras sehingga suara bisingnya sampai di telinga ayahnya yang berada di lantai dua.
"Astaga ... apa yang dilakukan anak nakal itu pagi-pagi begini?" gumam ayahnya yang mendengar teriakan Gibran. Dia langsung turun untuk menghampiri anaknya.
"Ada apa ini ribut-ribut?" tanyanya menatap istri dan anaknya dengan tajam, setajam cakar Elang.
"Ayah Satya, tolong anakmu yang dianiaya Bunda Ranti, Ayah tolong!" Gibran memelaskan wajahnya dan masih berusaha melepaskan tangan Ranti sang bunda yang masih menjewernya.
"Ranti, lepaskan putramu! Biar dia segera berangkat bekerja, ini sudah jam 06.25 WIB, dan anakmu yang koplak ini sudah telat 10 menit dari jadwal meetingnya," ucap Satya dengan suaranya yang terdengar menggema di dapur rumahnya.
"Bunda dengar nggak kata, Ayah? Suruh ngelepasin!" ucap Gibran, dengan kesal Ranti melepaskan tangannya dari telinga Gibran sambil menendang kaki anaknya itu kesal.
"Aduh, dasar Bunda-ran Hotel Indonesia main tendang anak orang aja, nanti orangtuanya marah tahu rasa kamu, hahaha ...." Gibran berlari keluar rumah sambil tertawa terbahak-bahak.
Ranti menepuk jidatnya karena merasa lelah menghadapai anak alien itu, sedangkan Satya memerhatikan tingkah istrinya itu dengan tatapan aneh.
"Bunda kenapa tepuk jidat? Ada nyamuk?" tanya Satya dengan polosnya.
"Nyamuk dari Cina?" ucap Ranti sambil kembali mengerjakan pekerjaannya.
"Bun," panggil Satya melingkarkan tangannya di perut Ranti.
"Minta jatah? Masih pagi, Yah." Ranti menjawab dengan ngawur sehingga Satya menoyor kepala istrinya itu dengan gemas.
"Ngawur kalau ngomong, ayah nggak nafsu," ucap Satya.
"Terus kenapa meluk-meluk kaya cicak di dinding kaya gini?" tanya Ranti, dia berbalik dan berhadapan dengan Satya.
"Anak somplak kita tadi berangkat kerja cuma pakai celana boxer," ucap Satya sambil tertawa.
"Hahaha ... oh, iya, Yah. Tadi bunda mau bilang sama dia biar pakai celana kerja dulu, eh malah ada Ayah. Bunda jadi amnesia seketika." Ranti tertawa membayangkan apa yang akan terjadi di kantor putranya jika semua karyawannya melihat dia bekerja menggunakan celana boxer saja.
"Biarin, Bun. Biar malu dia," kata Satya dengan teganya membiarkan anaknya menjadi bahan lelucon nanti.
Karena terburu dan tidak memerhatikan lagi penampilannya. Gibran benar-benar tidak sadar kalau dirinya hanya menggunakan celana boxer dengan atasan yang sudah rapi. Sesampainya di parkiran khusus atasan, Gibran turun dari mobil dan berjalan dengan sangat percaya diri melewati loby kantornya.
Banyak karyawan yang melihat Gibran sambil menahan tawanya. Namun, mereka tidak berani memberitahu Gibran karena mereka takut jika nanti mereka akan dimarahi olehnya. Gibran yang merasa dirinya menjadi pusat perhatian langsung berhenti berjalan.
"Kalian kenapa melihat saya? Saya tahu saya ganteng, tapi maaf saya nggak suka dilihatin kaya gini," ucap Gibran tegas. Namun tidak membuat dia ditakuti oleh semua karyawannya.
Aku kasih visual biar ngebayanginnya makin dapat wkwkwk ... semoga cocok ya sayang.
Ricky Harun As Gibran
Ini Versi Indo
Ini Versi Oppa Korea, kenapa wajahnya bukan yang pas kalem? Jawabannya karena biar kelihatan kompaknya.
NB : Untuk lebih lengkapnya bisa kalian baca di aplikasi Fizzo (******) nama pena KARLINA SULAIMAN judul MUARA TAKDIR
"Saya terima nikah dan kawinnya Maira Moza binti Ryan Syah Abdullah dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Farhan mengucapkan ijab kabulnya dalam satu tarikan napas.
Suaranya yang tegas dan merdu mampu menghipnotis beberapa wanita yang juga hadir di acara pernikahannya.
Sesaat, Maira menoleh ke sebelahnya di mana pria yang baru saja mengucap akad atas namanya sedang duduk tegak. Suara pria itu memang terdengar begitu merdu dan lembut di telinganya. Namun, sangat sulit dan tidak mampu menggetarkan hatinya untuk merasakan bahagia.
Kelopak mata mempelai wanita langsung terpejam ketika satu bulir air bening keluar dari sudut matanya.
'Ya Allah, pria ini sudah mengikatku dengan sebuah ikatan yang begitu suci,' batin Maira dengan perasaan tercabik-cabik setelah statusnya berganti menjadi seorang istri.
Saat matanya kembali terbuka, dari ujung matanya ia bisa melihat dengan samar jika tangan suaminya sedikit bergetar setelah pria itu melaksanakan akad. Maira tersenyum dengan eskpresi wajah yang begitu sedih, tanpa bertanya pun ia sudah tahu kenapa tangan pria itu bergetar.
'Apakah ia menyesal setelah menikahiku?' tanya Maira dalam hati. Tidak terasa air mata kembali menggenang dan hampir memenuhi pelupuk matanya.
Maira akhirnya hanya bisa terus menundukkan kepala karena kembali satu butir air mata sudah menetes pelan di pipinya. Ia meremas erat kebaya untuk menyalurkan rasa sakit yang menghujam hati yang tidak diketahui siapa pun di sana.
Di sisi lain, Farhan merasa lega setelah menjadikan Maira sebagai istrinya. Namun, ia tidak dapat menutupi perasaan sedih dan terluka yang hatinya rasakan ketika teringat jika wanita yang dinikahinya bukanlah wanita yang ia inginkan menjadi seorang istri.
'Sayangku, telah aku turuti permintaanmu untuk menikahi Maira. Namun, aku tidak tahu bagaimana sikapku padanya nanti.' Farhan memejamkan mata sejenak ketika wajah seorang wanita melintas dalam benaknya.
Entah mengapa ia ingin sekali segera meninggalkan tempat pernikahan itu untuk menemui si pemilik wajah yang menganggu pikirannya.
Orang lain mungkin mengira jika mereka bahagia dengan pernikahan itu. Namun, tanpa mereka ketahui kedua mempelai sama sekali tidak memiliki perasaan bahagia berlebih seperti kebanyakan pengantin pada umumnya karena pernikahan itu terjadi bukan karena keinginan keduanya.
"Bagaimana para saksi? Sah?" tanya pak penghulu seraya menatap beberapa orang yang berada di tempat akad nikah. Pertanyaan itu langsung membuyarkan pikiran Farhan dan Maira.
"Sah," teriak semua saksi dengan senyuman mengembang sempurna.
Seketika ruangan itu menjadi riuh dengan suara teriakan kebahagiaan kedua keluarga mempelai dan para tamu undangan.
'Ya Allah, hamba tahu jika pernikahan ini terjadi karena izin-Mu. Engkau telah mengubah status hamba menjadi seorang istri. Surga hamba ada padanya sekarang, dialah tempat terbaik untukku berkeluh kesah dan harus dengan baik dan ikhlas hamba layani. Setiap sentuhan kami akan menjadi pahala, dia penyempurna separuh agama. Namun, sanggupkah aku menjadi istri yang layak untuknya?'
Air mata Maira mengalir semakin deras setelah kata sah terdengar jelas di telinganya. Mungkin orang lain berpikir jika ia menangis bahagia, padahal pada kenyatannya tidak seperti itu karena ia menangis untuk membalut luka di hatinya.
"Alhamdulillah." Pak penghulu tersenyum kemudian memimpin doa.
"Allahumma inni as'aluka min khoirihaa wa khoirimaa jabaltahaa 'alaih. Wa a'udzubika min syarrihaa wa syarrimaa jabaltaha 'alaih."
Semua orang mengamini doa tersebut dan pandangan mereka tidak lepas tertuju kepada pasangan pengantin itu.
Setelah doa selesai, Farhan menyematkan cincin di jari manis istrinya. Ketika tangan mereka bersentuhan untuk pertama kalinya, hati Farhan langsung merasa getir ketika ia ingat wanita di depannya bukanlah wanita yang ingin ia jadikan istri. Bahkan, ketika mengecup keningnya pun tidak ada perasaan lain selain sakit di hatinya.
Begitu juga dengan Maira. Hatinya terasa diremas ketika kecupan itu mendarat di dahinya. Seharusnya bukan ia yang berada di sini, seharusnya bukan lelaki ini yang menikahinya.
'Ya Allah, berdosakah aku karena masih menyimpan perasaan cinta untuk orang lain di statusku sekarang yang telah mempunyai kekasih halal?' batin keduanya seraya menjauh perlahan.
"Selamat atas pernikahan kalian, semoga langgeng dan selalu dalam ridho Allah." Ryan tersenyum lembut. Ia menarik putrinya dalam pelukan dan memberikan kecupan di puncak kepalanya.
"Aamiin, terima kasih karena selama ini telah merawat dan mendidik aku dengan baik, Ayah." Tangisan Maira semakin kencang, ia pun semakin erat memeluk seorang pria yang sangat berjasa dalam hidupnya.
"Ayah juga sangat berterima kasih kepadamu karena selama ini kamu sudah dengan ikhlas merawat dan menemani ayah, Nak. Sekarang, ayah serahkan tanggungjawab ayah kepada suamimu." Ryan tersenyum tulus dengan perasaan sedih bercampur bahagia.
"Farhan, putriku sekarang sudah menjadi tanggungjawab dirimu. Tolong jaga dan bimbing ia agar terus berada di jalan yang diridhoi Allah dan jangan pernah sakiti ia karena Maira adalah harta paling berharga yang ayah punya."
Pesan itu disampaikan Ryan ketika memeluk menantunya setelah Maira. Bagi seorang ayah, sangat berat rasanya ketika menyerahkan putrinya kepada pria lain. Apalagi, selama ini hanya putrinyalah yang selalu menemani dirinya.
Farhan hanya mengangguk tanpa berkata apa pun. Sungguh, pesan Ryan sangat berat untuknya. Walau demikian, Farhan tetap akan berusaha menjalankan pesan Ryan dengan baik. Bukan hanya karena mertuanya, tetapi juga karena Allah yang mengizinkan Maira menjadi miliknya.
"Kamu sekarang istriku dan aku suamimu, tetapi aku tidak yakin pernikahan ini akan menghadirkan kebahagiaan untuk kita," bisik Farhan ketika mereka telah berpindah duduk di kursi pelaminan.
"Pantaskah kamu berbicara seperti itu di hari pernikahan kita, Mas?" Maira merasa jika sang suami sangat tidak menghargai pernikahan mereka.
Farhan diam karena tidak tahu harus menjawab apa. Ia sadar jika telah salah bicara di waktu yang tidak tepat.
"Aku sangat sadar jika seharusnya kita tidak menikah, seharusnya kamu bahagia dengannya dan aku bahagia dengan kekasihku." Setelah mengatakannya, Maira langsung menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan saat ia tidak tahan lagi untuk menangis.
Mendengar ucapan sang istri membuat Farhan merasa bersalah. Dirinya seakan lupa jika di sini ialah penyebab pernikahan itu terjadi.
"Maaf karena aku telah membuatmu terjebak dalam pernikahan ini." Farhan dengan ragu menarik Maira ke dalam pelukannya.
"A-aku ...." Maira ingin menolak pelukan itu, tetapi ia tidak kuasa melakukannya.
Maira balas memeluk suaminya, ia mencengkeram baju bagian belakang Farhan ketika tangisannya semakin tidak terkendali. Maira tidak peduli jika riasannya akan rusak dan mengotori baju sang suami karena saat ini ia hanya sedang ingin membalut luka dengan air matanya.
Farhan sadar mereka sama-sama terluka, tetapi ia tahu jika perasaan istrinya jauh lebih sakit daripada perasaannya. Entah mengapa, melihat istrinya terisak kencang dalam pelukannya membuat hati Farhan semakin hancur. Entah hancur karena ia peduli dengan Maira, atau hancur karena telah membuat Maira yang sangat disayangi kekasihnya terluka.
Demi memenuhi keinginan seseorang yang sama-sama Farhan dan Maira cintai. Mereka harus menikah dan melupakan cintanya pada masing-masing pemilik hati.
"Kumohon jangan menangis karena setetes air mata yang jatuh ke pipimu membuat rasa bersalahku semakin besar." Farhan mengecup puncak kepala Maira dengan penuh kasih sayang.
Beberapa tamu yang melihat pemandangan itu tersenyum dengan perasaan yang ikut terharu. Mereka berpikir cinta kedua pengantin begitu besar dan dalam hingga tidak mampu mengendalikan diri menangis bahagia. Namun, dugaan mereka salah besar.
Setelah cukup lama menangis, Maira merasa sangat lelah. Jujur, ia mengakui pelukan Farhan adalah pelukan ternyaman setelah mama dan ayahnya.
"Ma-maaf karena membuat bajumu kotor, Mas!" Maira menjauhkan tubuhnya, wajahnya merona karena ia sangat malu setelah tidak bisa mengendalikan perasaannya.
"Berhentilah meminta maaf padaku karena di sini akulah yang lebih pantas meminta maaf padamu." Farhan mengusap sisa air mata yang masih mengalir di pipi Maira.
"Aku tinggal dulu, ya." Farhan meninggalkan Maira sebentar ketika ia diajak Ryan untuk menyapa para tamu.
Melihat suami dan tamunya sibuk. Maira diam-diam langsung bergegas pergi dari tempat resepsi. Saking ramainya tamu yang hadir, mereka sampai tidak menyadari jika Maira sudah tidak ada di pelaminan.
Setelah menyapa beberapa tamu pentingnya, Ryan bertanya kepada Farhan di mana keberadaan Maira karena ia tidak melihat putrinya di pelaminan.
"Farhan, ada di mana istrimu?" Mata Ryan menatap ke segala penjuru ruangan.
"Maira? Bukankah ia ada di pelaminan?" Farhan menunjuk ke arah pelaminan dan ia terkejut ketika tidak mendapati sang istri di sana.
"Saya yakin tadi Maira masih duduk di sana. Namun, kenapa sekarang ia sudah tidak ada di sana?" Farhan kebingungan.
"Lalu di mana putriku sekarang?" Kecemasan terlihat jelas dari raut wajah pria paruh baya itu.
"Ayah, saya akan mencarinya." Farhan langsung pergi meninggalkan mertuanya. Pertama-tama ia mencari Maira ke kamar mandi dan tidak menemukannya sama sekali.
Farhan pun akhirnya mencari sang istri ke segala penjuru ruangan. Bahkan ia juga mencari sampai keluar gedung pernikahan. Namun, sosok istrinya tidak kunjung ditemukan.
Perasaan cemas mulai menyelimuti hatinya. Ia takut jika wanita itu kabur dari tempat resepsi.
"Maira, kamu di mana?" Farhan mengacak rambutnya dengan perasaan frustasi. Ia takut jika istrinya akan melakukan sesuatu yang membahayakan nyawanya.
Pikiran Farhan sangat negatif karena ia tahu istrinya sekarang sedang tidak baik-baik saja. Kesedihan Maira saat dalam pelukannya tadi membuat Farhan tidak bisa berpikir jernih.
Sekarang Farhan ingat jika sehari sebelum acara pernikahan, Maira menemuinya kemudian mengajaknya membatalkan pernikahan mereka. Mengingat hal itu membuat Farhan tiba-tiba tersenyum putus asa karena dirinya merasa menjadi seorang laki-laki yang sangat bodoh.
Farhan sekarang yakin jika sang istri saat ini sedang menenangkan diri dan tidak ingin diganggu oleh siapa pun.
"Fatimah, puaskah kamu sekarang melihat bagaimana sikapku dan sikapnya setelah menjadi pasangan suami istri?" Farhan terkekeh dengan perasaan getir.
"Seharusnya kamu yang ada di sini dan menikah denganku, bukan Maira." Farhan terkekeh sedih seraya mengusap sedikit air matanya yang berhasil menetes di pipinya.
NB : Untuk lebih lengkapnya bisa kalian baca di aplikasi Fizzo (******) nama pena KARLINA SULAIMAN judul MUARA TAKDIR
Bersambung ...
Semoga kalian suka dengan karya ini, jangan lupa like, komen, rate bintang lima, favorit dan VOTE yang banyak ya.
Yang mau baca novel aku.. ada juga di YouTube ya sayangku.
Cek aja YouTube LINAUTHOR.. dan jangan lupa subscribe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Qeisha A.F Ladyjane
ngakak sumpahh
2022-05-17
0
Wawan Alure Akhmad
nice
2022-04-02
0
wifekth
Rekomendasi Novel yang sangat bagus untukmu, Mencairkan Hati Sang Ice Boy,
2021-11-18
1