"Gue emang selalu santai, kok. Tapi kayaknya ada yang lagi mikirin gue deh." Gibran mengatakan dengan percaya diri tingkat palung mariana.
"Yang ada ngumpat, Lo." Azril memukul lengan Gibran sambil tertawa meledek.
Sekarang mereka bertiga, yaitu Gibran, Azril dan juga Bayu berapa di salah satu kafe termewah di Jakarta. Karena Azril tadi membuat janji untuk bertemu dengan Gibran di sana.
"Ngumpat kalau gue ganteng, ya?" balas Gibran dengan santai.
"Narsis bangat sih, Lo." Azril menepuk dahinya, bukan karena tingkah Gibran tapi karena ada nyamuk yang dengan seenak udelnya main cium dahi Azril.
"Lo selama ini ke mana aja, Zril? Lo ngilang bagai di telan kingkong," tanya Gibran menatap Azril dengan penuh selidik.
"Iya itu makan singkong enak banget, apalagi kalau singkongnya di kasih madu, uh nikmatnya," balas Azril sambil membayangkan singkong madu.
"Lo ke mana aja selama ini, bambang?" tanya Bayu karena pertanyaan dari Gibran tidak di jawab.
"Brambang (bawang merah) di goreng enak itu buat makan pakai nasi hangat." Azril berkata dengan santai bak ular keket di pantai.
"Lo selama ini nggak tinggal di Indonesia, kan? Lo tinggal di mana?" tanya Gibran.
"Australi, gue ke sana buat bantu bisnis nenek gue yang hampir bangkrut karena pengkhianat di perusahaannya." Terlihat perubahan raut muka Azril saat mengatakan hal tersebut.
"Lo pulang karena udah berhasil mengembalikan perusahaan nenek Lo seperti semula?" tanya Bayu menyela, karena kebetulan Azril juga teman dekat Bayu.
"Yah begitulah, gue juga mau bilang sama kalian kalau gue sekarang udah putus sama Ana." Azril menatap dia pria yang duduk di depannya dengan tatapan sendu namun penuh dengan kelegaan dari mata Azril.
"Kenapa putus sama dia? Bosan atau karena masalah lain?" tanya Gibran yang sudah tahu bagaimana sikap asli Ana.
"Ternyata dia emang nggak sebaik yang gue kira. Gue nyesel dulu nggak dengerin nasihat, Lo." Azril tersenyum kecut penuh penyesalan.
"Gue emang nggak pandai milih wanita, karena gue sendiri pernah terluka gara-gara makhluk yang namanya wanita." Gibran tersenyum kecut mengingat masa lalunya.
"Gue mutusin buat menjauh dari yang namanya wanita, Bran. Tapi gue nggak sengaja ketemu sama calon istri gue di saat gue lagi patah hati karena ulah Ana," ucap Azril sedikit mencurahkan isi hatinya.
"Calon istri?" tanya Bayu dan Gibran bersamaan dengan nada yang tidak main-main terkejutnya.
"Widih, kalian kompak banget sih. Jangan-jangan kalian jodoh lagi, haha ...." Azril tertawa terbahak meledek Gibran dan juga Bayu yang saling menukar pandang lalu keduanya bergidik ngeri karena mereka masih normal.
"Amit-amit, pisang sama pisang." Bayu menepuk dahi dan meja secara bergantian sebanyak tiga kali.
"Jangan jual mahal, Bay. Nanti naksir beneran lho." Azril masih dengan senangnya meledek Bayu.
"Gila, Lo. Mungkin ini efek dari masa lalu, Lo." Bayu memukul Gibran karena dia tida mungkin memukul Azril yang duduk di seberangnya.
"Lelah gue ngomong sama, Lo. Lelah hati lelah pikiran berat di kepala, memang masa lalu itu bisa bikin kamu gila." Azril tersenyum simpul, senyumannya terlihat sangat tampan.
"Iya gue gila lihat kemesraan kalian." Azril terkekeh melihat Gibran dan Bayu melotot ke arahnya.
***
"Bun, usia Gibran nggak muda lagi, dia harus menikah dalam waktu yang dekat ini. Kalau dia menikah saat usia dia sudah tua, kasihan anaknya nanti yang saat bersama dengan ayahnya akan dikira dengan kakeknya." Satya sedang berbaring dan menjadikan paha Ranti sebagai bantalnya.
"Biarin aja, Yah. Kalau udah ketemu jodohnya nanti juga bakal nikah kok. Bunda nggak mau maksain dia buat nikah kalau terpaksa." Ranti memainkan rambut cepak Satya yang satu dua helai telah memutih namun tidak mengurangi ketampanan pria yang berumur lebih dari setengah abad itu.
"Bun, ayah punya cerita."
"Apa yah?" tanya Ranti penasaran.
"Judulnya sebelum menikah, Bun. Jadi ceritanya begini. Ada sepasang suami istri yang lagi duduk di ranjang kamar mereka. Ayah ambil cerita dari mbah google ya, Bun." Satya segera membaca cerita yang dia baca di google.
(Pria: “Akhirnya! Aku sudah menunggu saat ini untuk tiba. Setelah sekian lama.”
Wanita: “Apakah kau rela kalau aku pergi meninggalkanmu?”
Pria: “Tentu tidak! Jangan pernah kau berpikiran seperti itu.”
Wanita: “Apakah kamu mencintaiku?”
Pria: “Tentu! Selamanya akan tetap begitu. Ini tidak akan berubah."
Wanita: “Apakah kau pernah selingkuh?”
Pria: “Tidak! Aku tak akan pernah melakukan hal buruk itu."
Wanita: “Maukah kau menciumku?”
Pria: “Ya."
Wanita: “Sayangku….”
Setelah 10 tahun menikah, silahkan dibaca dari bawah ke atas.)
"Itu sih gila, Yah. Ayah jangan coba-coba kaya gitu! Awas aja kalau Ayah diam-diam main perempuan lain di belakang bunda, bunda." Ranti mengomentari cerita Satya tentang sepasang suami istri tersebut.
"Ayah nggak akan main di belakang, Bunda. Ayah main lewat depan aja, Bun, lebih enak!" Tangan Satya bergerak nakal memainkan buah surganya.
"Ayah!" teriak Ranti saat tangan nakal suaminya sudah bermain dengan buah surganya.
"Bunda tahu nggak kenapa surga Gibran itu ada di telapak kaki, Bunda?" tanya Satya tidak menghiraukan teriakan Ranti yang kesal karena tangannya sudah bergerak liar memainkan mainan kesayangannya.
"Ya memang begitu dari sananya, kan, Yah." Ranti menjawab dengan sebisanya.
"Salah, Bun. Kurang tepat jawaban Bunda."
"Lha terus apa dong, Yah?" tanya Ranti kesal namun juga penasaran.
"Karena kalau di antara kedua kaki, Bunda. Itu surganya ayah haha ...." Satya tertawa terbahak-bahak, dan saat Ranti paham dengan maksud sang suami, Ranti langsung mencubit perut Satya dengan keras hingga suaminya itu merintih kesakitan.
"Aduh, Bun. Sakit!" teriak Satya yang menggema di penjuru kamarnya.
***
"Lo serius mau ngelamar di perusahaan GS Group setelah kejadian beberapa hari yang lalu di sana?" tanya Airin pada Jasmine yang duduk di jok belakang motornya.
"Serius, tapi kalau gue di tolak gimana, ya?" tanya Jasmine sedikit ragu.
"Tikung aja, selagi janur kuning belum melengkung." Airin menjawab nyeleneh.
"Maksudnya?" tanya Jasmine bingung.
"Kurang kemenyan kayaknya nih, Lo. Masa gitu aja nggak tahu." Airin terlihat kesal namun juga ingin tertawa saat melihat wajah bodoh temannya.
"Gue bukan tahu, gue manusia." Jasmine membalas dengan perkataan polosnya.
"Siapa yang bilang kalau Lo singa?" ucap Airin kesal.
"Lo barusan."
"Astagadargon ball, gue punya teman kenapa bodoh banget sih." Ingin rasanya Airin membedah otak Jasmine dan melihat isinya, kenapa juga temannya itu selalu tidak nyambung dengannya.
"Pikachu?" tanya Jasmine semakin tidak nyambung.
"Pitik pake gincu." (Ayam pakai lipstik) kata Airin sangat kesal.
"Apa? Kamu pengen cucu?" Jasmine sengaja menjawab dengan perkataan yang lain, dia senang melihat Airin kesal.
"Iya, tapi langsung diperas dari pabriknya," jawab Airin yang langsung mendapat toyoran di kepala. Namun, itu tidak terasa karena terhalang helm yang dia pakai.
Bersambung ...
LIKE & VOTE
Selamat tahun baru 1442 H, semoga semakin baik dari tahun sebelumnya, dan doa kita diijabah oleh Allah Tuhan semesta alam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Ida Lailamajenun
ini sptnya city somplak deh warga negara author nih🤣🤣🤣🤣
2021-08-20
2
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Karya mu sungguh somplak ee puooollllll🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣 tapi aku syukaaaa
2021-08-11
2
Gabrielle
🤣🤣🤣🤣
2021-07-21
1