"Mau sampai kapan kamu menjadikan tubuh saya sebagai kasur?" tanya Gibran dengan nada kesal pada Bayu.
"Sampai lebaran semut, Bos. Kok anget ya tidur di atas tubuhmu, Bos." Tangan Bayu bergerak nakal memeluk Gibran yang berada di bawahnya.
"Apa? Lebaran marmut? Kamu gila ya, Bay?" Gibran memukul lengan Bayu yang melingkar di tubuhnya.
"Semut woy bukan marmut!" Bayu yang merasa kesal langsung menggilitiki Gibran yang berada di bawahnya.
"Hahaha ... singkirkan tanganmu, geli Bay!" teriak Gibran sambil tertawa.
"Ah ... enak, Bos." Bayu malah semakin nekat, dia seperti seorang wanita yang sedang menggoda suaminya.
"Gila kamu, Bay! Bangun woy!" Gibran menoyor kepala Bayu dengan kesal, tapi yang ditoyor malah tersenyum manis sekali sampai Gibran ingin muntah dibuatnya.
"Iya saya tergila-gila padamu, Bos." Bayu memonyongkan mulutnya seperti akan mencium Gibran. Dengan cepat Gibran memukul bibir Bayu dengan tangan kanannya, hingga keluarlah saus dari mulut Bayu akibat bibirnya pecah sedikit.
"Maaf, Bos. Saya tidak sengaja." Bayu bangun dengan susah payah karena posisinya yang tengkurap jauh lebih menyulitkan dia untuk bangun. Bayu mengusap darah di sudut bibirnya akibat pukulan Gibran.
"Maaf, Bay. Saya tidak bermaksud untuk melukai kamu." Gibran terlihat serius meminta maaf pada sekretarisnya.
"Nggak apa-apa, Bos. Asal jangan diulangi lagi!" jawab Bayu menatap Gibran penuh peringatan.
"Oke, Bay." Gibran menepuk pundak Bayu perlahan.
"Ya. Bantu saya merapikan pakaian saya!" pinta Gibran setelah dia berhasil berdiri dibantu Bayu.
"Baik, Bos. Sekali lagi maafkan saya, Bos. Jangan kutuk saya jadi batu." Bayu mengatupkan kedua tangannya di depan dada.
"Saya kutuk kamu jadi kutu aja." Gibran menjulurkan lidahnya dan berlalu pergi meninggalkan Bayu seorang diri.
"Kowe lunga pas aku sayang-sayange
Tanpa pamit kowe ngadoh ngono wae.
Aku ra ngerti salahku dan kau campakkan diriku
Bersanding dengan kekasih barumu."
(Kamu pergi pas aku sayang-sayangnya, tanpa pamit aku kamu menjauh begitu saja. Aku tidak tahu salahku dan kamu campakan aku bersanding dengan kekasih barumu.)
"Bay, konsernya nanti malam aja, sekarang kamu temani saya ketemu dengan teman lama saya, saya ingin tahu hal apa yang akan dia katakan setelah sekian lama tidak bertemu dengan saya." Gibran mendahului Bayu berjalan meningggalkan kantornya.
"Ngasih surat undangan mungkin, Bos," tebak Bayu yang mungkin saja benar.
Deg, jantung Gibran rasanya mau berhenti berdetak saat mendengar kata surat undangan. Dia punya sedikit trauma dengan yang namanya surat undangan terutama undangan pernikahan. Gibran berhenti melangkah dan berbalik badan hingga sekarang dia berhadapan dengan Bayu yang sudah berhasil menyusulnya.
"Apa undangan pernikahan?" tanya Gibran lirih mencoba melupakan rasa trauma yang menganggu jiwanya.
"Entahlah, lebih baik kita segera menemui dia," jawab Bayu yang seakan bisa tahu apa yang Gibran pikirkan saat ini.
"Baiklah," ucap Gibran dengan menghembuskan napas berat seberat berat badan yang baca, maaf author hanya bercanda.
Gibran dan Bayu sudah masuk ke dalam mobil, seperti biasa Bayu yang menyetir dan Gibran tinggal duduk manis sambil bermain ponselnya.
"Bos kemarin waktu saya membelikan Anda celana, saya bertemu dengan mantan tunangan Anda." Bayu memberitahu Gibran apa yang dia tahu kemarin, dan berhasil membuat Gibran menoleh ke arahnya.
"Bay, kamu tahu sendiri kan? Kalau saya tidak pernah punya tunangan." Gibran bicara sambil tersenyum tipis.
"Tapi Anda pernah hampir melamarnya, Bos," jawab Bayu tidak mau mengalah.
"Baru hampir kan, Bay? Belum melamar beneran." Gibran lagi-lagi menjawab sambil tersenyum simpul.
"Apa Anda masih mencintai dia?"
"Bay, kira-kira apa yang akan dibicarakan teman lamaku setelah sekian lama tidak bertemu?" tanya Gibran pada Bayu, dan Bayu tahu betul itu hanya untuk mengalihkan perbincangan mereka yang tadi.
"Entahlah, tadi Anda sudah bertanya pada saya," jawab Bayu santai.
"Maaf saya lupa."
"Begitulah kalau sudah tua, biar tahu rasa." Bayu terkekeh saat melihat wajah Gibran terlihat kesal saat dia mengatakan kalau Gibran tua.
"Hinggap di jendela." Gibran membalas dengan lagu.
"Bayu sudah tua," jawab Bayu mengatai dirinya sendiri tua.
"Suka amnesia." Gibran tertawa sambil menoyor kepala Bayu.
"Eh, kok jadi aku?" Bayu menyadari kebodohannya.
"Haha ...." Gibran tertawa senang penuh kemenangan.
***
"Apa kamu sudah mendapatkan pekerjaan?" tanya seorang teman pada temannya.
"Belum, Rin. Gue udah nyari ke mana-mana tapi belum dapat juga, capek hayati gue," jawab seorang gadis yang bernama Jasmine.
"Bukannya waktu itu Lo ngelamar kerja di salah satu perusaan real estate terbesar di Asia?" tanya Airin lagi.
"Belum ngelamar udah di tolak, gara-gara satpam ngeselin itu." Wajah Jasmine terlihat ditekuk saat mengingat dia diusir oleh satpam perusahaan tempat dia akan melamar beberapa hari lalu.
"Jangan nyerah, dong!" Airin menyemangati Jasmine dengan mengepalkan jari-jari tangannya.
"Nggak mungkin gue menyerah gitu aja, Rin. Kita harus mencotoh pahlawan kemerdekaan kita yang rela berkorban harta dan nyawa hanya untuk mencapai tujuan yang sama, yaitu memerdekakan bangsa kita." Jasmine tersenyum penuh semangat, air mata lolos begitu saja saat dia mengatakan perjuangan pahlawan kemerdekaan bangsanya.
"Nah gitu dong, semangat ... semangat dan terus semangat, teruskan perjuangan mereka dengan caramu sendiri." Airin memeluk Jasmine dengan penuh kasih sayang.
"Besok gue akan melamar pekerjaan di perusahan GS group." Jasmine tersenyum cantik secantik bunga rafflesia tapi sayang bau karena belum mandi.
"Oke, mau gue anterin nggak besok?" Airin memberikan tawaran.
"Enggak deh. Gue mau berjuang sendiri dulu." Jasmine tersenyum menolak secara halus tawaran temannya.
"Oke deh," jawab Airin.
"Gue mandi dulu, ya. Dah bau banget nih tubuh gue yang seksi bak gitar Australi."
"Iya, Mandi sana, biar makin cantik!" perintah Airin sambil melambaikan tangannya seperti mengusir.
"Baik Baginda Ratu Airin, putri akan melaksanakan titah Bagian Ratu dengan senang hati, kiranya ada hal yang ingin disampaikan, sampaikan nanti saja karena perut putri sudah sangat mules." Jasmine yang tadi berperan sebagai seorang putri yang anggun langsung merusak citranya sendiri saat kabur ke kamar mandi dengan terburu-buru.
"Bubrah istana kalau putrinya seperti itu." Airin menepuk jidatnya sendiri lumayan keras hingga dia mengaduh kesakitan.
"Aduh, sakit."
"Waktu itu gue lihat sekilas pangeran tampan di perusahan itu, duh kira-kira dia siapa, ya? Ganteng banget." Jasmine tersenyum membayangkan wajah pria yang dia juluki sebagai pangeran itu.
"Hachim ...." Gibran bersin saat sedang mengobrol dengan Azril temannya.
"Kenapa kamu, Bran?" tanya Azril saat melihat Gibran bersin.
"Nggak tahu nih, tiba-tiba," jawab Gibran. "Maaf, ya jadi nggak sopan." Gibran meminta maaf.
"Santai aja kali," jawab Azril tenang.
Bersambung ...
DIRGAHAYU REPUBLIK INDONESIAKU
75 TAHUN MERDEKA BARU SEPERLIMA LAMANYA DARI MASA PENJAJAHAN KITA.
MERDEKA 🇲🇨🇲🇨🇲🇨
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Bunda silvia
Hahaha bisa aja author
2023-04-18
0
Nitha Nya Oedin
saya baru nemu novel bnyk komedi ni, saya sangat suka tor 💃
2022-01-06
0
Dhina ♑
Seru banget, enak ceritanya, sangat menghibur, Ya Allah maafkan diriku yang tak tuntas mendukung ya
2021-09-09
0