🌹 VOTE 🌹
"Diperas langsung dari pabriknya?" Jasmine mengulangi perkataan Airin yang terkekeh karena telah membuat kesal temannya.
"Iya, punya Lo lumayan besar pasti isinya juga lumayan banyak." Airin menunjuk benda milik Jasmine dan menutup mulutnya sendiri agar tawanya tidak pecah. Pecah, dikira hati aku Rin? pecah (batin author).
"Apa Lo liat punya gue? Jangan di lihat kan Lo dah punya sendiri." Jasmine menoyor kepala Airin dan mencubit pipinya dengan gemas.
"Aw ... sakit, Mel." Airin merintih merasakan panas di pipinya.
"Sukurin, gue sepertinya nggak jadi ngelamar kerja aja deh, gue harus bawa Lo ke rumah sakit jiwa karena Lo udah gesrek banget." Jasmine berkacak pinggang memerhatikan Airin dengan tatapan prihatin.
"Enak aja kalau bicara, gue masih waras ya nggak gila kaya, Lo." Airin sudah mengeluarkan tanduknya siap untuk menyeruduk Jasmine sewaktu-waktu.
"Ya-ya, terserah Lo aja, gue masuk ke kantor sekarang." Jasmine melangkah masuk ke dalam perusahaan tersebut meninggalkan Airin seorang diri di parkiran umum perusahaan.
"Semoga sukses, teman," gumam Airin sebelum dia pergi meninggalkan Jasmine seorang diri dengan perasaan kesal karena pipinya terasa panas.
Setelah memastikan kalau Jasmine masuk ke dalam perusahan tersebut, Airin langsung melajukan motornya menuju ke perusahaan tempat di mana dia berkerja.
Jasmine melangkahkan kakinya dengan mantab tanpa ada keraguan di hatinya. Sesaat Jasmine terpukau dengan loby ruangan tersebut. Jasmine menuju meja resepsionis dan mulai mengutarakan maksud kedatangannya.
"Selamat siang, Mbak. Saya datang ke perusahaan ini karena ingin melamar pekerjaan," ucapnya dengan percaya diri.
"Baik, Mbak. Tinggalkan surat lamarannya di sini dan kembali lagi setelah saya mengabari, Anda," balas Siti dengan ramah.
"Memang seperti ini sistem melamar kerja di sini, Mbak?" tanya Jasmine karena merasa aneh.
"Benar, Mbak. Di sini tidak terlalu neko-neko." Siti masih tersenyum dan berbicara ramah.
"Butuh berapa lama kira-kira sampai pengumuman wawancara?" tanya Jasmine karena merasa nyaman bertanya dengan pegawai resepsionis tersebut.
"Secepatnya, jika nanti surat lamaran Anda tidak di terima, perusahan kami akan memberitahu Anda juga." Siti meyakinkan.
"Baik, Mbak. Emm, saya boleh menumpang ke toilet?" izin Jasmine karena ingin buang air kecil.
"Tentu saja, Anda tinggal berjalan ke kanan dan nanti ada belokan Anda ambil yang kiri, di sana letak toiletnya," Siti memberitahu agar gadis itu tidak tersesat.
"Terima kasih, Mbak. Mbak ramah sekali." Jasmine tersenyum dan menundukkan kepalanya lalu segera berjalan menuju ke toilet sesuai penjelasan Siti.
Siti hanya tersenyum melihat Jasmine yang sudah tidak terlihat dari pandangan matanya. "Gadis yang menarik," gumam Siti.
Setelah Jasmine buang air kecil, dia melihat pantul wajahnya di cermin. Jasmine melihat dirinya baik-baik saja dan tidak terlihat seperti orang yang menyimpan banyak masalah. Jasmine membasuh mukanya dengan air sebanyak tiga kali dan menarik napas panjang lalu menghembuskan secara kasar.
"Aku harus tetap semangat, jangan pantang menyerah Jasmine, kamu pasti bisa jadi bagian dari perusahaan ini." Jasmine menyemangati dirinya sendiri, karena selain Airin tidak ada lagi orang lain yang mendukungnya.
Jasmine keluar dari toilet dan berjalan keluar dari perusahaan, sampai dia melihat ada satpam yang beberapa hari lalu mengusirnya. Jasmine bukanlah orang yang pendendam tapi dia ingin mengerjai satpam tersebut sebentar dengan caranya sendiri.
Jasmine tahu alasan satpam tersebut kesal kepadanya gara-gara belalang. Jasmine ingat kalau Pak Adi takut dengan belalang, untung bukan hidung belang. Setelah menangkap belalang di rerumputan dekat parkiran, Jasmine menghampiri Pak Adi.
"Halo, Pak." Jasmine menyapa Pak Adi yang sedang duduk di dalam pos dengan santai bersama satu satpam yang Jasmine tidak tahu siapa dia.
Dua satpam nyang berada di dalam langsung menoleh untuk melihat siapa yang memanggil mereka. Padahal sebenarnya Jasmine hanya memanggil Pak Adi seorang.
"Anda memanggil kami, Neng?" tanya Pak Adi yang pangling dengan Jasmine.
"Panggil tukang becak," jawab Jasmine sambil tersenyum smirk.
"Pak, bisa tinggalkan saya dengan bapak yang sudah tua ini?" pinta Jasmine pada satpam yang satunya.
"Tentu saja, Neng." Satpam tersebut meninggalkan Pak Adi dan Jasmine dan memutuskan untuk keliling.
Pak Adi cukup heran dengan gadis muda yang berada di depannya. Dia berpikir kenapa gadis itu menyuruh temannya untuk meninggalkan mereka berdua.
"Neng, ada perlu apa dengan saya, saya ini sudah tua lho. Dan saya juga sudah mempunyai istri juga anak, tapi kalau Neng mau, saya siap jadi kekasihmu." Pak Adi berkata ngawur namun percaya diri, dia mengira kalau Jasmine menyukainya.
Jasmine menepuk jidatnya sambil membatin amit-amit kalau dia sampai suka dengan kakek tua yang sudah bau tanah itu. Mit-amit aku sama opa-opa, kalau oppa korea masih mending, lha ini opa tua bangka yang bau tanah. Batin Jasmine sambil bergidik ngeri.
"Maaf, Kek, saya tidak tertarik dengan yang tua, sudah alot dagingnya nggak enak," ucap Jasmine tidak bermaksud untuk menyinggung Pak Adi.
"Dasar gadis tengil, usia saya memang tua tapi jiwa saya masih muda." Pak Adi menyombongkan dirinya.
Sumpah demi apa pun, Jasmine merasa mual sekarang. "Apa Kakek ingat dengan saya?" tanya Jasmine.
"Tidak," jawab Pak Adi singkat, padat dan jelas.
"Saya ini gadis yang kakek usir beberapa hari yang lalu, ingat?" Jasmine mencoba mengingatkan Pak Adi.
"Sontoloyo, gadis gila yang kemarin itu? Ingat sekarang saya, kenapa datang ke sini lagi anak tengil?" tanya Pak Adi dengan kesal pada Jasmine.
"Mau beli nasi padang, ya jelas mau melamar kerja lah, Pak." Jasmine menjawab dengan jutek, tapi aslinya dia baik kok.
"Tengil seperti kamu mau kerja di sini? Tidak salah, Neng?" tanya Pak Adi seperti ledekan.
"Kakek tengik kurang asam." Jasmine melotot pada Pak Adi.
"Sayur asam enak." Pak Adi salah tangkap.
Sepertinya semua pemeran dalam novel harus pergi ke dokter THT. Biar yang mengobati author saja karena author adalah dokter (dokter halu).
"Kek, saya punya hadiah buat, Kakek." Jasmine meletakkan belalang yang tadi dia tangkap ke tangan Pak Adi. Saat Pak Adi melihat belalang di tangannya reflek dia berteriak dan mengibaskan tangannya.
"Ya Allah, lontong ...." Pak Adi berteriak sambil menangis. Pak Adi berlari ke sana ke mari seperti orang yang mencari alamat tapi sayang alamatnya palsu.
Karena tangan Pak Adi yang terus dikibaskan dan berteriak, Jasmine tertawa terbahak-bahak namun sesaat tawanya diam saat dia merasakan ada sesuatu yang bergerak di dalam bajunya, dan kebetulan tepat di dadanya. Sungguh Jasmine tidak mengira kalau kejadiannya akan seperti ini, dia merasa sangat bersalah pada Pak Adi.
"Akhh ... sakit, hiks ... hiks ...." Jasmine menangis karena merasa dadanya di gigit sesuatu yang Jasmine yakini kalau itu adalah belalang yang tadi.
Karena panik, Jasmine berlari dan dia tidak sengaja menabrak seseorang yang terlihat sangat rapi dengan pakaian resminya. Jasmine menarik tangan orang itu dan menyuruhnya membantu mengambil belalang yang ada di dalam bajunya.
Gibran merasakan menyentuh benda kenyal yang lumayan besar dengan perasaan tidak karuan, ini bukan keinginan dia. Namun, gadis tersebut yang melakukannya. Pikiran Gibran seketika kosong, dia tidak menarik tangannya karena masih syok dengan kejadian ini.
"Ini kenyal sekali, sangat enak di mainkan." Di bawah alam sadarnya, Gibran mere*** dada Jasmine dengan pelan sampai dia merasakan rasa panas di pipinya akibat sebuah tamparan keras.
Bersambung ...
Hayo hayo hayo, Gibran akan mendapat masalah besar atas dasar tuduhan pelecehan seksual, apa yang akan terjadi dengan Gibran selanjutnya? Mari kita tunggu bab yang akan datang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Unyil_unyu
wah rezeki tu
2022-12-30
0
fifia
waduhhhh
2022-05-09
1
Afri Yosman Coyok
😂😂😂😂enak diremas.... kenyal... pletaaak...
2021-10-04
2