🌹LIKE, KOMEN, VOTE🌹
Gibran menutup matanya karena dia tidak mau kalau sampai dituduh mengambil kesempatan lagi. Padahal jika dia melihat, itu bukan salahnya. Karena kejadian itu seakan pertanda sesuatu dari Tuhan untuk dirinya.
"Apa kamu selalu mencari kesempitan dalam kesempatan saat melihat laki-laki tampan, baik hati, dan selalu mendapat rejeki yang sangat tidak terbayang seperti hari ini?" tanya Gibran dengan cepat nada malas dan kesal.
"Bukan kesempitan dalam kesempatan, Tuan. Tapi, kesempatan dalam kesempitan." Jasmine meralat kata-kata Gibran yang terbalik.
"Ya. Sempit, seperti milik kamu mungkin." Gibran tersenyum dalam pejamannya.
"A-apa yang kamu pikirkan, Tuan? Kenapa pikiranmu sangat masam." Jasmine memelototkan matanya ke arah Gibran yang masih memejamkan matanya.
"Bukan masam tapi mesum." Gibran meralat.
"Nah, itu kamu mengaku kalau kamu mesum, Tuan," celoteh Jasmine melupakan posisi dirinya yang masih berada di pelukannya.
"Cepat jauhkan diri kamu dari tubuh saya! Saya tidak mau kalau sampai dituduh melecehkan kamu," pinta Gibran masih dengan mata tertutup.
Tcih, dia lebih cocok jadi si buta dari gua hantu daripada jadi atasan di perusahan ini.
Jasmine mengumpat kesal dalam hati.
Jasmine merasa sangat takut saat melihat Gibran yang berusaha menahan emosinya. Jasmine menjauhkan tumbuhnya perlahan dari tubuh Gibran dengan hati yang terus mengumpat kesal. Namun, lagi-lagi takdir mempermainkan dia saat dengan tidak sengaja tangannya menumpu pada harta karun milik Gibran yang masih terpendam di dalam sana.
Oh tidak! Aku menyentuh pisang dengan ukuran besar milik dia. Aaaa ... kenapa besar sekali si?
"Astaga, apa yang kamu lalukan?" teriak Gibran langsung bangun dan membiarkan Jasmine terjatuh karena tubuhnya yang kuat saat bangun dari duduknya tidak sengaja mendorong tubuh kecil Jasmine hingga gadis itu terjatuh dengan indahnya.
"Aaakkkh ...." rintih Jasmine saat tidak sengaja sikunya terpentuk sudut meja dan berdarah akibat lukanya.
Gibran menatap langit-langit ruangannya, dia melepaskan jas yang membalut tubuhnya kemudian memberikan pada gadis itu. "Pakailah ini untuk menutupi bagian tubuh kamu yang terbuka!" perintah Gibran.
Dengan perasaan ragu Jasmine menerima jas tersebut dan memakainya, jas itu terlihat kedodoran di tubuhnya yang jauh lebih kecil dari Gibran.
Mata Jasmine menatap tonjolan di peti kotak harta karun milik Gibran. "T-tuan, pisang itu pisang milik kamu bangun." Jasmine menunjuk bagian itu yang membuat Gibran malu juga kesal dengan Jasmine.
"Diam!" teriak Gibran sudah jengah meladeni gadis yang membuat dirinya stres hari ini.
"Tapi, Tuan. Pisa-"
"Diam! Atau saya akan memakan kamu sekarang juga.
"Tapi pisangmu bangun, Tuan." Jasmine terlihat nyolot saat bicara dengan Gibran.
"Lalu kenapa kalau bangun, kamu mau apa hm?" Gibran menatap kesal pada Jasmine.
"Akan saya bantu untuk menurunkan itu, Tuan." Jasmine berkata tanpa berpikir saking gugupnya.
Aaa ... kenapa mulutku lepas gas terus si? Ini kan memalukan. Aku akan bersembunyi di bawah cobek jika pulang nanti.
Rasanya tubuh Gibran sangat panas dan seperti hendak terbakar. Dia butuh pelepasan sekarang. Dan cara satu-satunya adalah ke kamar mandi. "Gadis tengil, kamu membuatku dalam masalah besar," gumam Gibran sebelum meninggalkan Jasmine seorang diri.
"Siapa yang tuyul? Aku bukan tuyul, Tuan. Tuaaan ...." Jasmine berteriak tapi diabaikan oleh Gibran.
Karena merasa terabaikan, Jasmine menakut-nakuti Gibran yang masih berjalan ke kamar mandi. "Awas saja kamu, Tuan. Kamu akan bertemu dengan hantu nenek goyang di dalam sana," teriak Jasmine memekakkan terminal, maaf maksud author memekakkan telinga.
"Itu bagus, saya akan mengajak dia bergoyang nanti di dalam," balas Gibran dengan santai.
"Bergoyang? Hantu nenek bergoyang? Oh astaga ... aku tadi bilang hantu nenek goyang bukan hantu nenek gayung." Jasmine merasa merinding sendiri saat mengatakan nama hantu yang sempat salah dia ucapkan.
Di dalam kamar mandi Gibran segera melakukan aksinya untuk membuat pisangnya tidur. "Aaakhh ... akh ... gadis tengil, suka ngupil, kecil." Gibran terus berucap seperti itu sambil melakukan aksinya.
Setelah berhasil, tubuh Gibran yang basah dengan keringat menjadi lengket dan bau. Sehingga, Gibran memutuskan untuk mandi sekalian sebelum dia pulang.
"Aku belum mandi tak tun tuang tak tun tuang, tapi masih tampan juga tak tun tuang tak tuk tuang." Kembali dalam mode somplak dia menyanyi riang di kamar mandi dan melupakan Jasmine.
Di ruangan Gibran, Jasmine masih sibuk mengobati sikunya yang terluka. Sebelum Gibran masuk ke dalam kamar mandi, Gibran sempat memberikan dia kotak P3K.
"Aaakh ... ini perih." Jasmine merintih.
Sebaiknya aku segera pergi dari sini. Atau kudanil itu akan memakan diriku. Jasmine merapikan pakaiannya yang berantakan dan segera keluar dari ruangan Gibran dengan tubuh yang dibalut jas mahal milik Gibran.
Saat keluar dari kamar mandi, Gibran sudah tidak mendapati gadis itu di dalam ruangannya. Ada rasa senang namun juga ada rasa khawatir dengan gadis yang belum dia ketahui namanya. Bukan tanpa alasan dia khawatir pada Jasmine. Namun, ada sesuatu yang berharga di dalam saku jasnya yang membuat Gibran was-was jika Jasmine tau apa isinya.
Gibran mengambil ponsel miliknya dan segera menghubungi Bayu.
"Datang ke ruangan saya sekarang juga, saya beri kamu waktu dua menit!"
Gila, dasar Gibran gila, ngasih aku waktu dua menit, dia kira aku dora tumon (dora emon) kah yang punya kantung ajaib. Bayu merasa kesal dengan Gibran yang memerintah tanpa berpikir dulu.
Bayu yang berada di lantai bawah segera berlari masuk ke dalam lift, dia segera keluar dan berlari saat pintu lift terbuka. Peluh terlihat bercucuran di dahinya karena terlalu bersemangat.
"Saya ada, Bos," ucap Bayu mendobrak kasar pintu ruangan Gibran dan langsung terkapar dengan posisi terlentang di lantai ruangan itu.
"Kamu kenapa?" tanya Gibran yang melihat Bayu tidur di lantai.
"Tidak apa-apa," jawab Bayu dengan napas terengah-engah.
Gibran merasa kasian dengan Bayu, Gibran berjalan menuju ke kulkas di kamar pribadi di ruangannya dan mengambil susu sultan dari dalam sana.
"Minum ini!" Gibran memberikan minuman sultan tersebut kepada Bayu.
"Terima kasih." Bayu duduk sambil selonjoran, tangannya terulur menerima susu sultan dari Gibran.
"Susu sultan memang paling enak," komentar Bayu setelah menghabiskan satu kaleng susu tersebut.
"Kenapa dia kita juluki susu sultan, Bay?" tanya Gibran agar ada topik untuk berbincang.
"Karena punya banyak uang. Lihat saja gambar di kaleng ini, ini sudah menunjukkan ber uang (beruang)!" jawab Bayu menunjuk gambar di kaleng.
"Yang jadi pahlawan susu sultan siapa?" tanya Gibran lagi.
"Naga, Tuan." Bayu menjawab dengan sangat tepat.
"Naga punya susu?" Gibran bertanya lagi, sambil menatap Bayu.
"Tidak. Naga kan bertelur," jawab Bayu lagi.
"Siapa yang punya susu, Bay?"
"Sapi, Tuan."
"Jadi itu susu apa?" Gibran menunjuk kaleng yang masih di genggam Gibran.
"Susu beruang," jawab Bayu.
"Aneh ya, Bay? Yang punya susu itu sapi, yang jadi pahlawan itu naga dan nama susunya beruang." Gibran merasa sangat kagum dengan pembuat susu tersebut yang bisa berpikir liar hingga tidak masuk akal.
Ada yang tahu susu sultan apa yang dimaksud oleh Bayu dan Gibran?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Alejandra
Mau ngasih saran boleh nggak Thor...?
Ceritanya jangan terlalu banyak nyelenehnya, lebih baik diselang seling biar dapat feelnya. Kalau diterima ya, kalau nggak juga nggak pa"...🤭🤭🤭
2023-07-23
0
Bunda silvia
Susu seruang eh maksud reader susus beruang thor 🤣🤣🤣
2023-04-18
0
Titislia
asataga... etularan somplak lama-lama Thor.. mampir di karyaku juga yaa👍
2021-11-09
2