Gibran menyibakkan rambutnya ke belakang agar terlihat keren di mata semua karyawannya terutama karyawan wanita. Dia begitu bukan karena ada maksud apa-apa, tetapi begitulah memang sifatnya yang punya tingkat percaya diri level dewa. Dewa apa ya kira-kira, jelas saja dewa tidak tahu malu.
"Bapak mau kerja apa mau tarung tinju, Pak?" tanya Siti resepsionis kantor. Dia bertanya tanpa ada rasa sungkan dan malu sedikit pun. Namun, tetap sopan.
"Mau mendaki gunung, sudah tahu ini kantor masih saja bertanya. Kantor kan tempat orang kerja, jadi jelas saya mau kerja, masa iya saya mau ngelamar kamu," jawab Gibran dengan santai, dan semua karyawannya yang memang sudah mengenal sifat bos mereka dengan baik hanya bisa tertawa terbahak saat mendengar perkataan sang bos.
"Bapak tadi bangun tidur langsung berangkat kerja, ya? Nggak ngaca dulu gitu?" tanya Tutik karyawan bagian pemasaran.
"Tadi saya berangkat ke sini masih tidur, jadi gak sempat ngaca." Lagi-lagi Gibran menjawab pertanyaan bawahannya dengan candaan.
"Hahaha ...." Semua karyawan kembali tertawa saat mendengar jawaban bos mereka.
"Hari ini kalian boleh pulang awal." Gibran mengatakan itu dengan nada yang serius.
"Serius, Pak? Ya Allah ... terima kasih, Pak. Akhirnya kita bisa pulang awal juga," ucap salah satu karyawannya.
"Tentu saja saya hanya bohong." Gibran terkekeh melihat wajah karyawannya yang tadi bersinar terang menjadi redup karena ulahnya.
Semua karyawan yang ada di sana langsung bungkam seketika, bukan karena mereka takut. Tapi, karena mereka tidak mau meladeni CEO mereka lagi. Karena itu hanya akan percuma mengingat CEO mereka yang somplak itu sangat pandai dalam bicara.
"Kenapa diam? Mulut kalian ditinggal di rumah biar istirahat, iya?" ucap Gibran lagi dengan menatap satu per satu karyawannya.
"Bapak masih waras? Mana bisa mulut di tinggal di rumah, kami sudah senang bisa pulang awal tapi malah Bapak membohongi kami," jawab salah satu karyawan wanita yang terlihat asing untuknya.
"Kamu kira saya gila?" Gibran berjalan mendekati karyawan wanita itu dengan langkah pelan, dan membuat wanita itu berjalan mundur seperti undur-undur.
"Enggak, Pak. Tapi, Anda bisa lihat penampilan Anda yang tidak seperti orang mau bekerja, masa iya bekerja atasannya tapi bawahnya pakai celana boxer, Pak," kata wanita itu tersenyum mengejek. Dan semua karyawan yang tadi diam kembali tertawa terbahak-bahak.
"Maksud kamu?" tanya Gibran. Dia melihat semua karyawannya menunjuk bagian bawah tubuhnya, bukan itu lho, ya, tetapi bagian kaki. Jangan pada ngeres pikirannya, ya! Hehe.
"Lihat aja sendiri, Pak!" perintah wanita itu, Gibran pun langsung melihat ke bawah dan dia tertawa terbahak-bahak saat dia tahu kalau dia belum memakai celana kerjanya.
"Hahaha ... ini style terbaru tahu dan saya memang sengaja berpakaian seperti ini." Begitulah Gibran, dia selalu menghadapi masalahnya dan menutupi rasa malunya dengan tingkahnya yang sulit dicerna otak manusia normal.
"Terserah Bapak saja. Orang waras mah selalu ngalah sama ora-" ucapan wanita itu terpotong oleh ucapan Gibran.
"Orang gila? Kamu mau bilang saya gila, iya? Sekali lagi kamu bilang kaya gitu, saya gantung kamu di pohon taoge." Gibran memberikan ancaman yang sama sekali tidak mengerikan bagi wanita itu.
"Di pohon taoge mah apa, Pak? Nggak mempan," ucap karyawan wanita itu sambil menutup mulutnya menahan tawa.
Ingin sekali Gibran membalas perkataan karyawan itu, tapi suara seseorang yang tidak asing baginya dan membuat telinganya sakit terdengar menggema bagai di dalam gua, padahal mah di sini bukan gua ya, emang zaman prasejarah hidup di gua.
"Pak ... Pak Gibran cepat ke ruang meeting, semua rekan bisnis Bapak sudah berkumpul di sana dan Bapak sudah telat tiga puluh menit," teriak Bayu —sekretaris pribadi Gibran.
"Ini bukan gunung, jangan teriak kenapa? Kamu pikir saya gak bisa dengar?" ucap Gibran dengan menutup telinganya yang merasa sangat sakit.
"Maaf, Pak. Tapi, kalau saya nggak teriak Bapak juga gak akan dengar, kan, Pak?" ucap Bayu dengan santai.
"Bukannya tadi saya sudah bilang sama kamu, ya? Kalau saya mengundur waktu meeting pagi ini." Gibran menatap sekretarisnya dengan tajam.
"Emmm ... i-itu, Pak. Ta-tadi saya sudah bilang sama mereka. Tapi, mereka gak mau kalau waktu meetingnya diundur." Sekretaris Bayu mengatakan yang sebenarnya.
"Baiklah, saya yang salah karena saya telat, ayo kita segera ke sana!" Gibran mendahului Bayu berjalan menuju ruang meeting.
Di ruang meeting.
"Selamat pagi, maaf saya telat." Gibran meminta maaf kepada semua rekan bisnisnya.
"Tidak apa-apa, Pak. Maklum anak muda." Salah satu rekan bisnisnya menimpali.
"Terima kasih, apa kita bisa memulai rapatnya?" tanya Gibran sebagai bentuk sopan santun pada rekannya.
"Apa Anda akan memakai celana itu untuk rapat, Pak?" tanya salah satu rekan bisnisnya juga.
"Apa saya harus melepaskan celana saya? tanya Gibran dengan nada serius, dia sudah memegang bagian atas celana tangannya seakan sudah siap untung melepaskan celana yang dia pakai. Dan hal itu malah mengundang gelak tawa di antara mereka.
"Apa Anda tidak takut burung Anda akan terbang dari sarangnya, Pak?" Bayu berkata sambil tersenyum lebar.
"Kalau terbang nanti ada kok yang menangkap." Gibran menjawab dengan santai, wajahnya terlihat begitu menyebalkan di mata semua rekan bisnisnya.
"Sesuka hati Anda saja, Pak. Bisakah kita memulai rapatnya pagi ini?" tanya Pak Bram rekan bisnisnya yang terlihat seumuran dengan ayah Gibran.
"Baik, kita akan memulai rapat pagi ini dari sekarang, tolong catat poin penting dan juga hal-hal yang sekiranya akan kalian tanyakan nanti, saya mau rapat ini berjalan satu kali dan langsung selesai." Gibran berkata dengan tegas dan berwibawa, hanya saja kewibawaan yang terpancar dari dirinya harus sedikit rusak karena celana yang dia pakai.
"Baik, Pak." Semua yang ada di dalam ruangan itu menjawab dengan serentak.
Gibran memulai presentasinya sedangkan Bayu bertugas sebagai moderator. Gibran menjelaskan apa yang ada di layar dengan sangat detail, dia juga menambahkan sendiri ide-idenya karena yang di dalam file hanya pokok dari pembahasannya.
Tiga puluh menit berjalan dia sudah menyelesaikan presentasinya. Dia pun segera memberikan kesempatan kepada rekan bisnisnya untuk bertanya atau mengusulkan ide mereka.
"Jika ada yang mau bertanya atau menambahkan ide silakan!" Gibran duduk manis di kursinya dan menunggu pertanyaan atau usulan ide dari yang lain.
"Apa yang Anda presentasikan sangat detail dan isinya juga sudah menyeluruh, bahkan bagian paling sederhana pun Anda bahas di dalam presentasi Anda, dari saya pribadi tidak ada pertanyaan," ucap Pak Bram tersenyum bangga kepada anak dari sahabatnya.
"Bagaimana dengan yang lain?" tanya Bayu tersenyum ramah.
"Tidak ada pertanyaan dari saya." Kalimat itu keluar dari semua mulut orang yang ada di sana.
"Jika tidak ada pertanyaan, rapat pagi ini akan saya akhiri, selamat pagi." Gibran berdiri dan berjabat tangan dengan semua rekannya.
Setelah semua rekannya keluar dari ruang meeting, Gibran juga hendak berjalan keluar tapi sialnya kaki Gibran tidak sengaja terjegal kursi dan membuatnya jatuh tengkurap di lantai.
"Kursi sialan, sejak kapan kamu berada di situ, hah?" Gibran membentak-bentak benda mati itu dengan kesal. Dia mengusap bibirnya yang terasa sakit akibat mencium lantai.
"Anda yang salah, kenapa Anda malah marah-marah dengan benda mati, Pak? Hahaha ...." Bayu menutup mulutnya dengan satu tangan untuk menahan tawanya.
"Ciuman pertamaku." Gibran menendang kursi itu dengan kesal tapi malah kakinya yang merasa berdenyut-denyut sakit.
"Aduh! Dasar kursi kurang ajar." Gibran dengan kesalnya berjalan cepat untuk keluar ruangan tapi saat dia mau keluar dahinya malah dicium pintu ruangan yang sudah tertutup.
"Dug, ah ...." Gibran mengusap dahinya yang terasa benjol. Dia menatap pintu itu dengan kesal. Terlihat pintu itu seperti sedang mengejek dirinya.
"Bwahahaha ... Bos, Anda harus lebih berhati-hati ke depannya." Bayu tertawa terpingkal-pingkal sampai matanya berair.
Bersambung ...
Tidak ada karya yang selalu kocak terus ya sayang, pasti nanti ada bab yang serius juga. Ok, like, komen, rating bintang lima dan VOTE yang kenceng ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
baru nemu karya mu thor,, ettt dahh baru chapter 1,gigi ku kering karena tertawa terus thorrr🤣🤣🤣
2023-07-12
0
Aksal hasbi Ramadhan
ada yah CEO somplak kaya gibran,,, ga ada wibawa nya dong sebagai seorang CEO,, tpi aqu suka cerita nya tetap semangat ya kak 💪💪
2023-05-24
0
Bunda silvia
Asisten lucknut bos di tertawakan untung bos somplak 🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-04-16
0