"Ini pintu kenapa kamu taruh di sini, Bayu?" tanya Gibran dengan kesal, dan pertanyaannya itu tidak perlu jawaban.
"Emang pintunya sudah dari zaman dulu di situ, Tuan." Bayu tetap menjawab walaupun dengan sedikit kesal. Begitulah Bayu, dia terkadang memanggil bapak, terkadang juga memanggil tuan terkadang juga bos. Tergantung situasi dan kondisi.
"Saya mau ke kamar mandi, kamu masuklah dulu ke ruangan saya!" perintah Gibran, dia segera pergi menuju kamar mandi dan dia ke kamar mandi karyawan bukan kamar mandi khusus untuknya.
Di dalam kamar mandi, Gibran membasuh wajahnya dengan air kemudian dia berdiri di depan kaca. "Tampan." Satu kata yang keluar dari mulutnya memuji diri sendiri.
Gibran keluar dari kamar mandi kemudian dia berjalan santai menuju ke lift untuk naik ke lantai paling atas, tempat di mana ruangannya berada. Tapi, niatnya dia urungkan saat dia melihat seorang gadis yang sedang ditahan oleh satpam kantornya.
"Lepasin saya, Pak. Saya mohon, saya ke sini mau melamar pekerjaan bukan mau mengemis," ucap gadis itu seraya meronta-ronta minta dilepaskan. Gibran bisa mendengar jelas ucapan gadis itu. Dia pun memutuskan untuk menghampirinya.
"Maaf, di sini tidak ada lowongan pekerjaan untuk orang sepertimu." Satpam itu menarik tangan sang gadis yang terus memberontak.
Karena di kantor miliknya banyak dinding dari kaca, saat Gibran berjalan cepat dia tidak tahu kalau di depannya adalah sebuah dinding kaca, karena dinding itu terlihat bukan seperti kaca.
Dug ... bunyi dahi yang terbentur kaca, otomatis Gibran langsung jatuh dan lucunya dia jatuh terlentang di lantai. "Cling, bersih bening seperti tanpa kaca." Gibran masih sempat untuk bicara sambil tertawa sial.
Semua karyawan yang melihatnya hanya bisa menepuk dahi dan menahan tawa melihat kejadian memalukan yang dialami bos mereka pagi ini.
Satpam yang melihat itu langsung berlari membantu Gibran untuk bangun, hal itu membuat mereka melepaskan sangat gadis yang tadi mereka tahan. Mendapat kesempatan, gadis itu berlari pergi dari kantor, tapi dia berjanji akan kembali lagi.
"Mari saya bantu berdiri, Tuan!" Satpam itu membantu Gibran dengan cara menarik tangannya.
Setelah berhasil berdiri, Gibran bersedekap dada dan menyuruh satpam itu untuk berlari sebagai hukuman karena tidak menghargai orang lain. "Pak Adi, kamu saya hukum berlari satu putaran mengelilingi perusahaan, karena kamu sudah mengusik orang lain," perintah Gibran dengan wajah yang datar dan suara baritonnya.
"Aduh, Tuan. Saya sudah tua, boleh dikurangi nggak, Tuan?" Satpam yang bernama Adi itu menawar.
"Sekali putaran," jawab Gibran datar, tapi malah terlihat lucu di mata Pak Adi karena ada benjolan di dahinya.
"Setengah putaran, ya, Tuan!" tawar Pak Adi sambil mengatupkan kedua tangannya di depan dada memohon pada Gibran.
"Bersihkan sel kulit mati dan kotoran." Gibran membalas dengan candaan. Gibran tidak benar-benar serius menyuruh Pak Adi berlari, dia tidak setega itu.
"Putar-putar di wajah." Pak Adi tidak mau kalah.
"Bilas." Gibran memperagakan gerakan membilas wajah.
"Multivitamin," jawab Pak Adi sambil mengacungkan dua jempol tangannya kepada Gibran. Semua karyawan yang melihat tingkah atasan serta satpam itu hanya bisa tertawa terbahak-bahak.
"Bapak kembali bekerja sana! Saya tidak mau melihat kejadian seperti tadi terulang lagi," ucap Gibran dengan serius.
"Baik, Tuan. Terima kasih." Pak Adi tersenyum dan bisa bernapas lega saat Gibran tidak kembali menyuruhnya untuk berlari.
"Gadis itu sudah kabur, sudahlah sebaiknya aku segera ke ruanganku." Gibran kembali berjalan menuju lift khusus dan kembali ke ruangannya.
***
Sesampainya di ruangan, Gibran langsung duduk di kursi kebesarannya. Dia bernyanyi sambil bersiul santai.
"Bayu, sini kamu!" Gibran menyuruh Bayu yang sedang duduk di tempat kerjanya untuk mendekat, ada hal tugas penting untuk Sekretaris Bayu sekarang juga.
"Ada apa, Tuan?" tanya Bayu berdiri di dekat Gibran.
"Belikan saya celana kerja, saya malu memakai ini!" Gibran menunjuk celana boxer yang dia pakai.
"Ternyata Tuan Gibran masih punya urat malu, ya?" Bayu tersenyum polos.
"Diam kamu, cepat pergi sana jangan banyak tanya lagi!" Gibran mengusir Bayu dengan mengibaskan tangannya.
Bukannya segera pergi, Bayu malah menengadahkan tangannya, Gibran tidak paham dengan maksud Bayu.
"Kamu mau ngapain?" tanya Gibran menatap Bayu dengan penuh selidik.
"Minta-"
"Oh, iya saya lupa hehe, maafkan saya Pak Sekretaris." Bayu tersenyum mengira dia akan diberi uang oleh Gibran. Namun, Gibran dengan santainya memasukkan jari telunjuknya ke hidung kemudian menaruh upil di tangan Bayu.
"Apa-apaan nih, Bran? Bayu merasa jijik dan mengusap-usap tangannya dan menjadikan baju Gibran sebagai lap.
"Upilku harganya mahal Bay, kamu beruntung dapat secara gratis haha ...." Gibran tertawa penuh kemenangan saat melihat raut wajah Bayu yang kesal. Kakinya menjejak-jejak lantai dan karena tumpuan kakinya saat menjejak lantai terlalu keras, kursi yang dia duduki terbalik sehingga jatuhlah dia ke lantai.
"Eeeh ...." Gubrak ... rasa nyeri di pinggangnya terasa sangat nikmat saat lagi-lagi dirinya kena sial hari ini. "Gila, sakit banget pinggangku, Bay bantuin berdiri!" Gibran meminta tolong pada Bayu namun Bayu malah menertawakannya.
"Bwahahaha, sukurin! Dasar Bos gila!" Bayu berlari keluar dari ruangan Gibran masih tertawa terbahak dan segera pergi untuk membelikan celana kerja Gibran. Dia terpaksa memakai uangnya terlebih dahulu karena nanti pasti akan diganti. Karyawan yang melihatnya tertawa terbahak hanya bisa membatin dalam hati.
Nggak bos, nggak sekertaris gila semua. Tutik bergidik ngeri melihat Bayu.
Gibran yang ditinggal Bayu keluar hanya bisa mengumpat sekretaris sekaligus sahabatnya itu dengan kesal. "Sekretaris sialan, bukannya bantuin malah kabur." Dengan susah payah Gibran berdiri dan menendang kursinya dengan mulut yang komat-kamit.
***
Sementara itu, di tempat lain seorang gadis terlihat berjalan tanpa semangat. Dia sudah lelah ke sana ke sini mencari pekerjaan tapi selalu saja ditolak dan terus ditolak.
Sebenarnya dia itu cerdas hanya saja setiap perusahaan tempat dia melamar pasti selalu tidak membuka lowongan.
"Ke sana kemari mencari alamat, namun yang kutemui bukan dirimu, sayang yang kuterima alamat palsu." Gadis itu malah bernyanyi tidak jelas.
"Aaa ... kesel gue sama diri gue sendiri, dua tahun gue lulus dan nggak dapat pekerjaan, sial! Padahal dulu gue udah enak kerja jadi dokter di rumah sakit ternama di negara ini, tetapi gara-gara kabur dari rumah jadi berhenti bekerja sebagai dokter juga." Gadis itu menendang batu yang berada tepat di depannya dan melayang indah mengenai kepala anjing galak yang lepas dari kandangnya.
Guk ... guk ... anjing itu berlari ke arah sama gadis yang berdiri mematung dengan tubuh yang bergetar hebat karena takut. "Anjing yang cakep dan mganteng baik hati dan tidak sombong, jangan ke sini dong!" Gadis itu memuji si anjing berharap anjing itu senang dan tidak mengejarnya.
"Aaa ... kabur." Gadis itu lari terbirit-birit saat anjing yang kepalanya kena batu dengan semangat empat lima mengejarnya.
"Anjing kurang ajar! Kenapa gue malah dikejar sama Lo padahal gue kan masih jomblo, dikejar cowok kek gitu masa di kejar Lo sih!" Gadis itu meracau tidak jelas dengan napas ngos-ngosan karena masih terus berlari.
Bersambung ...
Hay readers yang entah baca atau tidak hehe ... jangan lupa like, komen, favorit bila suka dan yang pasti VOTE jangan lupa ya! 10 poin pun dah bikin author senang kok.
Oh iya, kalau misal mau ngasih RATE di bawah lima, mending jangan ngasih ya. Karena itu bikin author sedih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 179 Episodes
Comments
Gina
🤣🤣🤣🤣 bos sama satpam peak
2024-03-21
0
ngakak 🤣🤣🤣
2023-07-12
0
NO NAME
.
2023-02-01
0