#2

Baik !" katanya ,kemudian melenggangkan kakinya meninggalkan ruangan itu dengan dingin.

Arini menyeret kaki nya menuju tempat tidur .Semua hal selama ini ia gantung pada diri sang suami ,tetapi sama sekali tak pernah memikirkan jika pijakan nya di atas bumi ini rapuh . Langit baginya terasa runtuh,dan ia tak pernah berpikir apa yang harus ia lakukan dengan semua ini .

Air matanya bergulir ,tak sama sekali bisa ia hentikan .Pandangannya nanar ,mencoba mencerna dan meresapi kata-kata Bian tadi.

"Jika mas Bian tak pernah mencintaiku ,kenapa dia harus berbuat baik terhadapku .Benci ? Tetapi mengapa selama ini dia tak pernah mempermasalahkan sikap manjaku , marah akan kekanak-kanakanku ,mengapa ?. Mengapa dia harus mencurahkan semua perhatian,melayabi sepenuh hati , merebut hati,lalu membuat hatiku berakhir hancur seperti ini ! "

"Apa katanya tadi? Karena Ibu? Betapa menyedihkan ,jika perhatian yang selama ini mas Bian lakukan kepadaku hanya karena ibu." Batinnya masih dengan pandangan nanar.

Pandangannya beralih,menperhatikan foto berbingkai besar yang menggantung di atas tempat tidur .Foto dia dan suaminya yang terlihat bahagia,sedikitpun tak pernah menggantung rasa curiga akan sebuah rasa terpaksa.

Selama delapan bulan ini ,bagaimana mantan suaminya bisa berpura-pura mencintai dia dengan begitu sempurna .Jika tak ada rasa cinta ,lantas mengapa harus membuat seluruh hati Arini tertuju kepadanya ,kemudian meluluh lantahkan sehingga membuat nya kacau seperti ini ? Apa gerangan alasan yang kemudian membuat Bian bisa Setega ini. Wanita ? Tetapi ,Arini begitu bodoh jika sampai delapan bulan ini tak pernah sedikitpun curiga akan sandiwara nya.

Ia wanita paling bodoh ,paling bodoh karena tak pernah curiga dan mempercayakan hati sepenuhnya kepada dia.

Ia merekatkan hati yang patah dengan sekuat tenaga. Dia mengemas air mata Serapi yang ia bisa .Berusaha mencoba tak mempedulikan hati yang memohon untuk diteriakan ,hendak protes karena keputusan nya amat sangat berat untuk ia terima.

"Mang Diman akan menjemputmu pekan depan untuk sidang pertama kita !" Suara bariton itu terdengar . Arini mendongak ,baru menyadari akan keberadaan Bian di kamar itu.

Sejenak ,ia menatap mata pria yang dengan sepenuh hati ia cintai ,berharap menemukan kilatan mata mendamba kala mereka melakukan malam indah ,tetapi ralat .Hanya kebekuan yang menyelimuti mata yang sangat ia kagumi itu.Lekat ,ia memandangi ,berharap matanya berhasil menghipnotis sehingga Bian mencabut perkataan nya tadi ,tetapi yang tak pernah ia duga kemudian kekejaman lah yang ia dengar.

"Ingat Arin ,jangan pernah mengganggu kehidupanku . Bersikaplah nanti seolah tak pernah mengenalku!" Tikaman suara itu begitu keras melukai ulu hati. Diam tak merespon ,Arini menundukan kepala sambil memperhatikan dua ujung jemari kakinya .

Ingat ,tentu saja. Ia akan selalu mengingat bahwa hidup mereka sebelumnya sangat bahagia .Pernikahan mereka adalah pernikahan paling romantis dan pernikahan mereka adalah impian bagi semua orang.

"Kau dengarkan ,Arin? .Kau mengerti ?"

"Ya" Dua huruf yang ia katakan berlomba dengan rasa sakit,nyaris serupa dengan cicit ayam yang kehilangan sang induk berhasil terlepas dari cengkeraman pita suaranya.

Otaknya masih lamban .Sedikit pun ,masih belum bisa mencerna akan kekejaman yang di lakukan Bian .Ini bukan Bian yang ia kenal ,sama sekali bukan .Karena , Bian begitu mencintai nya , Bian yang Arini kenal sangat bahagia memiliki istri sepertinya .Dia tak pernah absen membanggakan Arini di depan sang ibu hingga Arini seringkali mendapati dirinya tersipu . Lalu sekarang ,apa arti dari semua yang telah dia lakukan.

"Maafkan aku jika menyakitimu terlalu besar . Tetapi ,memaksakan diri untuk mencintai itu bagiku juga siksaan!"

Arini diam tak merespon .Setelah dia menghancurkan hatinya hingga berkeping-keping ,kemudian dengan begitu mudah berkataa maaf .Meminta maaf untuk sebuah kesalahan yang menyangkut hati sangat dalam .Kalau begitu,Arini berpikir mengapa Bian tak sekalian membunuhnya saja agar rasa sakit yang saat ini ia rasakan tak begitu terasa menyiksa.

"Kau wakilkan saja sidang itu pada pengacara .Aku tak akan datang !"

Bian menatap Arini sejenak .Kehancuran sangat jelas terlihat pada dirinya "Baik" Ucapnya sambil mengangguk ,menyetujui perkataan Arin barusan.

Terpopuler

Comments

Norma Koelima

Norma Koelima

br awal koq sdh nyesek saja

2024-02-21

2

Dessy Rinda

Dessy Rinda

klo bs siiihh jgn balik lgi ya,br awal baca aja udh kesel sm suami pembohong bgni

2024-02-21

4

Rita Riau

Rita Riau

kasihan Arin,,, sabar aja ntar ada balasan author yg bikin si Bian nyesel 🤔🤭😢

2024-02-17

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!