Bersiap menuju lantai empat, lampu di sana kelap kelip. Walaupun di luar sudah hampir pagi, tapi di dalam gedung rumah sakit tetap terlihat gelap. Mereka menuruni tangga dengan cepat, sesekali terlihat mahkluk yang bersembunyi di kegelapan, ayah menyorotkan senternya kemudian mahkluk itu berlari ke dalam kegelapan.
Satu persatu kamar di lantai empat di periksa dan tirai jendela di buka. Kadang secara tiba-tiba mengagetkan, menabrak mereka yang memeriksa ruangan karena terkena cahaya,membuat mahkluk itu gelagapan seakan tidak peduli dan buta dengan kehadiran manusia. Awalnya mereka merasa takut, melihat mahkluk itu menerjang. Diky sampai teriak-teriak sendiri di tubruk salah satunya, takut di gigit dan di makan, tapi ternyata mereka cuma lewat.
Semua lantai empat sudah di jelajahi, tidak ada satu pun yang hidup, akhirnya mereka memutuskan kembali Ke lantai lima menemui Bobi dan kembali pulang ke rumah si kembar.
Mereka akan meninggalkan rumah sakit, suster dan perawat juga akan ikut mereka. Setelah keluar dari gedung itu, ternyata sudah pagi dan matahari mulai menampakkan sinarnya, kemudian terlihat banyak orang yang berdatangan. Banyak orang yang membawa pasien, entah itu orang yang kena gigit maupun luka yang lain.
"Sepertinya banyak yang membutuhkan kita di sini" ucap Susi.
"Sepertinya.." balas Lana.
"Baiklah, kalau begitu kami akan pulang ke rumah" ujar ayah.
"Saya sebaiknya tinggal pak" ucap Diky.
" Saya masih harus menemukan ibu"
Ayah mengangguk sambil tersenyum.
" Kamu tau apa yang harus Kamu lakukan, bantu mereka yang membutuhkan" kata ayah menepuk bahu Diky.
Mereka berjalan menuju mobil, Bobi tidak perlu di papah lagi karena dia sudah bisa berjalan sendiri. Kemudian mobil mereka melaju, pulang.
Sesampai di komplek perumahan, terlihat halaman rumah si kembar hancur berantakan. Tanaman ibu semuanya habis di porak poranda. Pintu depan terbuka, lampu teras juga pecah.
Ayah bergegas turun dari mobil, memanggil anak dan istrinya. Tidak ada siapa-siapa, ayah memeriksa semua ruangan di rumah. Ruang depan berantakan dan terlihat darah dimana-mana, ayah terjatuh berlutut, syok.
Udi dan Bobi ikut masuk ke rumah, menyentuh bahu ayah menenangkan. Lukman masuk belakangan.
"Sepertinya ada yang sengaja menghancurkan tanaman bunga, entah manusia atau si pintar" ujarnya.
Ayah mencoba menghubungi Dina, terdengar suara ponsel berdering, rupanya ponselnya tertinggal di sofa, ayah mengambil dan mengantonginya. Ayah kembali menghubungi Dini, di luar jangkauan.
"Sepertinya ini Sari" ucap Udi, berjongkok di salah satu gumpalan darah dan kain sisa baju wanita itu.
" Di makan habis,,?" tanya Bobi. Udi mengangguk.
"Yang lainnya sepertinya berhasil melarikan diri" ujar Lukman, ayah mengangguk.
" Saya melihat jejaknya di belakang, mengarah ke kebun karet" lanjut Lukman.
Tanpa komentar lagi ayah langsung menuju kebun belakang, di iringi Lukman. Bobi dan Udi tinggal di rumah, mencoba memalang jendela dan pintu. Antisipasi buat nanti malam, dan memperbaiki lampu. Udi juga menemukan generator listrik di gudang belakang yang masih berfungsi dan terisi penuh, jaga-jaga kalau nanti listrik padam.
Di halaman rumah haji Udin banyak orang, keluarga beliau sedang berkumpul.
" Assalamualaikum Ji" sapa ayah
" Wa alaikum salam pak Budi" jawab Haji Udin.
" Apa bapak lihat anak-anak dan istri Saya" tanya Ayah.
"Apa mereka baik-baik saja " tanya Haji Udin balik.
" Iya, mereka baik kalau maksud Haji tidak berubah seperti mahkluk kanibal" kata ayah ramah.
"Tidak ada yang lewat selain mahluk kanibal" balas haji.
" Baiklah Ji, kalau begitu Saya mau lanjut lagi mencari" kata ayah.
"Hati-hati Pak " balas Haji.
Ayah dan Lukman terus berjalan dan melewati kolam getah Haji Udin, kolam yang digunakan untuk merendam hasil karet warga, warga yang menjual hasil sadapannya kepada haji Udin, yang bau busuknya minta ampun. Mereka tidak tahu kalau di samping kolam itu ada si kembar dan ibu yang bersembunyi di sumur tua yang kering, sedang tertidur.
Erick kembali ke rumah dan bertemu dengan Udi dan Bobi, dia kembali karena ingin mengambil ponsel Dina yang tertinggal.
"Kapan kalian balik" tanya Erick senang.
" lho, anak dan istri pak Budi mana" tanya Bobi bingung.
" Di rumah Haji Udin" jawab Erick.
"Terus bapak Budinya mana" tanya Erick balik.
" Mencari kalian ke arah rumah Haji Udin " Udi ikutan nimbrung.
"Kalau begitu aku akan menyusul" seru Erick langsung berlari kembali ke belakang.
" hey Erick!! tidak usah nanti juga mereka balik" teriak Udi.
Tapi Erick tidak mau mendengar, dia terus berlari ke tempat persembunyian Si kembar. Sesampainya di sana, dia tidak melihat pak Budi dan Lukman. Dia melongokkan kepalanya melihat ke dalam sumur kering tempat persembunyian si kembar. Si kembar dan ibu terlihat sudah bangun dan tersenyum saat melihat Erick kembali.
Ibu merasa gelisah saat tahu suaminya tadi mencari mereka, yang kemungkinan melewati persembunyian mereka tadi.
" Kita tunggu di rumah aja Bu" kata Dini.
" Nanti juga ayah balik lagi Bu" ujar Dina.
Mereka kemudian berjalan pulang bergandengan menuju rumah, ibu dan si kembar langsung membersihkan halaman. Ibu merapikan tanamannya yang bunganya sudah hancur berserakan, tidak ada wangi semerbak lagi, tidak lagi asri.
Erick dan Udi mencoba memperbaiki beberapa lampu, dan menambah bohlam di berbagai sudut rumah agar terang benderang nanti malam. Tetangga sebelah rumah juga terlihat melakukan kesibukan yang sama. Di rumah om Sofiyan tidak terlihat siapa pun, tercium bau tidak sedap saat angin berhembus dari rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Fina Novita
bukannya tadi haji udin udah jadi zombie kok masih hidup
2020-12-09
0