LAPANGAN TUGU

Kian hari banyak orang yang berdatangan, kelompok demi kelompok. Ransum makanan mulai menipis, walau setiap hari mereka yang sehat mencari makanan di setiap rumah ataupun market, karena jumlah manusia yang datang dari luar pulau kian hari kian bertambah. Tenda-tenda di dirikan disana-sini sampai batas aman, walau demikian, jumlah Zombie juga semakin banyak, apalagi sekarang musim hujan, para pengungsi banyak yang sakit, sementara obat-obatan sangat kurang.

" Bagaimana kalau kita mencari pabrik yang lain Yah" Suatu hari ibu si kembar memberi usul kepada suaminya, yang sibuk mengutak-atik lampu yang sepertinya kabelnya putus.

"Iya kalau memang ada, pasti juga penuh pengungsi seperti ini" ujar pak Budi sambil mengambil plester dan memotongnya dengan gunting untuk direkatkan pada kabel yang sudah diperbaiki.

"Tidak perlu pabrik Yah, kolam seperti punya Haji Udin juga bisa. Ayah ingat tidak waktu kami sembunyi dekat kolam Haji" ujar ibu mengingatkan.

" Iya ayah ingat" ujar beliau menatap hasil kerjanya dengan puas. Kemudian menatap ibu.

" Tidak ada Zombie yang lewat Yah, mendekat pun tidak. Waktu itu kami bertanya-tanya tapi lupa membahasnya dengan ayah" ucap ibu.

" Terus Haji Udin juga pernah terlihat berjalan dekat sekali dengan Zombie, tapi beliau tetap aman, zombie itu seperti tidak tertarik" ujar ibu kemudian teringat waktu dulu mengintip di jendela rumah.

" Kalau di ingat-ingat pagi itu ibu melihat Haji Udin sedang membongkar getah yang ada di kolamnya, jadi sekujur tubuh beliau kan bau Yah" lanjut ibu sambil berpikir.

Surya yang ternyata ada di samping mobil ayah, sedang memodif motornya, menambahkan lampu sorot yang bisa di putar seperti punya ayahnya si kembar ikut mendengarkan pembicaraan suami istri itu.

" Kalau kolam yang ibu maksud, banyak di kota tempat Saya kerja" ujar Surya, ibu dan ayah si kembar menatapnya.

" Disana banyak kebun karet dan mereka suka merendam hasil panen kedalam kolam sebelum menjualnya" Lanjut Surya.

Pembicaraan tadi membuat ayah kepikiran, bukannya di pabrik tidak nyaman, tapi jumlah pengungsi yang kian bertambah setiap harinya yang mengkhawatirkan, orang-orang yang mulai jatuh sakit. Beruntung mereka punya mobil yang apabila hujan turun, mereka bisa berdesak-desakan di dalam supaya tidak kehujanan.

Setelah di rundingkan dengan yang lain, si kembar, Eno dan keluarga, Diky dan keluarga juga Lukman setuju ikut ayah. Sementara Erick, Bobi dan Udi tetap tinggal. Ingin membantu pengungsi di pabrik membasmi Zombie. Sekaligus mencari kenalan mereka kalau-kalau ada yang datang ke Banjarmasin.

Keluarga Surya juga ikut pergi dari pabrik, mereka punya tujuan sendiri yaitu Loksado. Tempat tinggal Surya di Loksado adalah MIS para pekerja tambang. Warga setempat suka menjemur hasil panen karet mereka di halaman atau samping rumah sebelum truk pembeli menimbang dan mengangkut tabungan mereka (sebutan warga untuk hasil panen mereka, ) dan MIS Surya bersebelahan dengan kolam yang sangat luas. Pemiliknya membeli dan menampung semua karet yang dibelinya ke kolam, sebelum dibawa dan di jual ke pabrik di Banjarmasin, alhasil baunya menyengat padahal kolamnya di tutupin terpal ( bau duit, warga menyebutnya). Sementara ayah sikembar belum punya tujuan, Surya memang mengajak ikut mereka dan ayah menyetujuinya .

Empat jam perjalanan ke Loksado kalau memang tidak ada halangan. Saat di perjalanan mereka melalui rumah-rumah yang ternyata banyak orang bertahan didalamnya dengan tambahan lampu di kiri dan di kanan rumahnya. Bahkan saat melewati rumah sakit di Martapura, rumah sakit itu beraktifitas seperti biasa dengan bangunan yang terang benderang.

Bahkan ada beberapa rumah besar yang berpagar tinggi, membuka tempatnya untuk pengungsi, banyak tenda-tenda didalam pagarnya. Masyarakat Kalimantan saling bantu membantu, tidak memandang status, penduduknya juga ramah. Mereka orang-orang yang religius dan musibah ini menjadikan mereka berlomba-lomba untuk saling bantu bagi yang membutuhkan.

Ternyata perjalanan mereka cukup padat, karena matahari yang terik banyak orang yang beraktifitas. Petani memperbaiki tanaman yang rusak akibat terinjak-injak Zombie, ketika mereka melalui ladang perkebunan warga.

Beberapa daerah sudah mempunyai tenaga matahari untuk lampu jalan, cukup bagi mereka yang rumahnya berdekatan untuk terkena cahayanya, apalagi ketika listrik padam. Seperti saat ini, kegelapan menghampiri. Si kembar dan rekan belum sampai tujuan, padahal dari tadi siang mereka berangkat karena jalanan yang mereka lalui ternyata cukup ramai.

Tiba mereka di kota dodol, kota Kandangan, di pusat kota banyak relawan membagikan makanan. Di bawah lampu jalanan yang terang benderang, Surya dan ayah sikembar juga yang lain beristirahat disana sambil menyantap makanan yang mereka sajikan. Di belakang alun-alun terlihat para pemuda membakar sesuatu dan baunya sangat menyengat. Ternyata selain membagikan makanan, mereka membasmi Zombie yang berkeliaran dan yang bersembunyi ketika siang hari. Ayah memutuskan menetap disini untuk sementara, sedangkan Surya akan meneruskan perjalanannya ke Loksado. Satu jam perjalanan lagi dan menurut salah satu warga, perjalanannya aman saat siang hari jadi Surya akan melanjutkannya besok siang. Warga berkomunikasi dengan radio, talkie-walkie, semuanya sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Tidak ada yang terlihat memegang ponsel untuk main game ataupun browsing.

Di Lapangan Tugu, tenda-tenda didirikan. Ayah sikembar beserta yang lain tidur disitu, tempat yang warga sediakan. Tidak ada istilah bayar-membayar, yang penting saling tolong-menolong. Lapangan itu di dekat sungai Amandit, sungainya dalam dan jernih berwarna hijau kecoklatan. Tidak ada istilah ngebos disini, semua tentang kesadaran masing-masing. Para wanita ada yang mencuci dan memasak, para pria mendirikan beberapa tenda, sebagian memburu Zombie, sebagian ada yang mencari ransum makanan. Kadang ada truk yang datang membawa sayur-mayur. Anak-anak laki menyelam di sungai dengan bekal 'ketikan' seperti pistol tapi pelurunya seperti busur panah untuk menombak ikan, sedangkan anak perempuan juga menyelam di sungai untuk mencari kijing (kerang sungai).

Si kembar dan yang lain tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membaur dengan yang lain, beradaptasi di lingkungan itu karena warganya yang asik dan saling menjaga. Ternyata penduduk yang mengungsi disitu kebanyakan warga tetangga, semuanya ramah, membuat mereka betah, canda dan tawa mereka seakan tidak ada yang terjadi. Polisi dan tentara dibantu warga, menjaga area itu agar terhindar dari Zombie, karena lapangan itu juga berseberangan dengan kantor sekaligus rumah bupati.

Dunia sedikit kacau, tidak ada yang tau penyebabnya, berita dunia hanya menampilkan kekacauan di seluruh kota. Kalaupun ada yang tahu penyebabnya, pasti ada yang menutupi kebenarannya.

Mereka semua tidak ambil pusing dengan berita itu, yang mereka pikirkan adalah bagaimana cara bertahan hidup. Seluruh kota di Kalimantan melakukan perburuan besar-besaran, yang terkena gigitan akan langsung ditangani. Seperti Bobi yang lengannya di potong buntung.

Si kembar dan rekan-rekan tidak lagi tidur di tenda, tapi mereka semua di tempatkan di pasar lantai 2, penginapan los batu.

Mungkin Kalimantan menjadi pulau teraman di Indonesia, tempat tinggal si kembar dulu sudah di penuhi dengan Zombie, mereka baru melihatnya kemaren di televisi. Entah bagaimana nasib haji Udin dan pak Johan, tidak ada bantuan dari negara lain di karenakan semua negara juga mempunyai kekacauan yang sama.

Inilah dunia akhir zaman, pergaulan bebas, hubungan sesama jenis, virus melanda, azab diturunkan Allah. Sadarkah manusia??

Berangsur-angsur kehidupan di Kalimantan kembali normal, kecuali petani kebun karet yang belum berani masuk kehutan yang gelap, karena kadang-kadang masih ada Zombie yang terperangkap.

Pemuda Kalimantan ada yang menyeberang pulau memberikan bantuan tenaga, sebagian orang yang masih memiliki kekayaan mengirimkan bantuan berupa ransum makanan. Pelan-pelan kehidupan menjadi normal.

Terpopuler

Comments

Diana Sujito

Diana Sujito

ah..akhir selesai jg..seru ceritany thor

2021-09-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!