Bagian ke-2 MISI PENYELAMATAN II

Mereka sampai ke tempat tujuan mereka, market Huda. Tempat itu gelap dan sunyi, hanya di terangi oleh lampu mobil mereka, yang di parkir di depan bangunan itu. Bangunan tunggal berlantai Satu, dengan berdinding kaca di bagian depannya. Tanpa ragu Jason menuruni mobil, di susul yang lain. Dengan hati-hati memasuki market yang terlihat masih utuh, pintu kacanya yang tidak terkunci, dengan mudah di dorong oleh Jason, kemudian buru-buru di palang dengan sebilah linggis oleh Diman.

Suasana di dalam market gelap gulita, karena penerangan lampu mobil di matikan untuk menghemat akinya. Jason menemukan senter di bagian depan, dan memasukkan semuanya kedalam keranjang belanjaan. Senter khusus kepala di pasangkan ke kepalanya, di ikuti oleh yang lain, juga meniru yang di lakukan oleh Jason.

"Diman dan Rahman, kumpulkan beberapa makanan dan minuman, jangan semuanya, siapa tau ada orang lain nanti yang akan membutuhkan" Ujar suami ibu Yani.

"Dan yang lain, kumpulkan barang yang mungkin kita perlukan, sambil mencari Arul" Lanjutnya.

SRAAAAKK!

Tiba-tiba terdengar bunyi barang jatuh dan berhamburan, seperti biji jagung popcorn yang terserak. Semuanya menatap kaget ke asal suara, dan terlihat bayangan seseorang yang mengendap-endap, karena terkena sorotan cahaya senter.

Rahman yang seperti mengenali sosok itu, lalu bergegas menghampiri, membuat mahkluk itu kelabakan karena di kepung cahaya. Akhirnya mahkluk itu menerjangnya, mencari jalan keluar, tapi tidak bisa karena jalan keluar sudah di tutup dan sayangnya kemampuannya untuk membuka pintu tidak ada.

"Sepertinya itu Nisa, cewek yang di taksir Arul, kemungkinan dia mengikuti cewek itu sampai kesini" Ujar Rahman.

Ayahnya Arul langsung menelpon nomor anaknya, terdengar nada dering hpnya Arul, bunyinya berasal dari sebuah ruangan kecil bertuliskan operasional. Dengan pelan, Jason membukanya, tapi tidak terlihat siapapun kecuali baju dan celana yang berlumuran darah, di dalam kantong celana itu terlihat hp Arul yang menyala, bertuliskan Bapak memanggil.

Bayangan brutal berkelebat di kepala Ayahnya Arul, beliau langsung bergegas mendatangi mahkluk yang mencari jalan untuk keluar itu, merasa terganggu dengan cahaya senter yang menyorot ke arahnya. Ayahnya Arul mengambil linggis yang memalang pintu, dan memukulkannya ke kepala mahkluk itu. Mahkluk itu terjatuh, dan Ayahnya Arul langsung merobek-robek perut mahkluk itu.

"ARRRRGGHH! kembalikan anakku, putra semata wayangku" Makinya sambil mencincang mahkluk yang diam tak bergerak. Tiba-tiba ada yang menarik di bawah ketiaknya, beliau mengibaskan tubuhnya mencoba melepaskan pegangan itu, tapi tangan itu semakin banyak dan mulai menindihnya. Beliau mengira teman-temannya yang mencoba menghentikan perbuatannya, tenyata banyak Zombie yang masuk ke tempat itu, karena pintu itu ternyata pecah akibat terkena linggis yang tidak sengaja terhantam ke pintu. Tidak dapat di hindari, tubuh beliau yang di gerogoti puluhan Zombie, tidak mampu berteriak saking syoknya, di lihatnya teman seperjuangannya yang terkejut mendapati dirinya yang tidak berdaya, dan berusaha lari saat beberapa mahkluk itu mendekati mereka.

"Jey" Terdengar seruan berbisik, Jason celingak-celinguk mencari asal suara. Hanya ada seorang yang memanggilnya demikian, teman serumahnya. Bingung melihat mereka sudah terkepung, merasa pikiran sudah buntu, akal yang tidak jalan. Hanya ruangan tempat pakaian Arul berada lah tempat yang aman saat ini, Diman dan Rahman pun menggamitnya untuk cepat memasuki ruangan itu, sambil menunggu suami ibu Yani yang di kejar mahkluk itu, yang tadinya beliau ingin melihat keadaan ayahnya Arul. Saat detik terakhir, dia melihat kepala menyembul di langit-langit dekat pintu keluar. Amat, teman serumahnya, ternyata masih hidup, dia melambai ke arahnya, menyuruhnya mendatanginya. Jarak yang jauh untuk sampai kesitu, tapi di gang ujung, tempat barang-barang sabun, lengang dari mahkluk itu, tanpa pikir panjang, Jason langsung berlari kesitu, berbeda jalan dengan suami bu Yani yang bingung melihatnya. Tanpa banyak tanya, langsung menutup pintu dan menguncinya. Jason merasa situasi berpihak padanya, mahkluk itu tidak sadar dengan kehadirannya, dengan mudah dia mendaki meja kasir dan menyambut uluran tangan temannya.

"Halo" Sapa Amat santai. "Soda?" Tawarnya, Jason menerima soda yang di tawarkan Amat kepadanya, dengan ngos-ngosan menghabiskan setengah botol. Langit-langit itu terlihat luas, tapi rapuh. Banyak makanan yang di bawa temannya itu ke atas.

"Ternyata betah disini?" Tanya Jason.

"Terlalu takut untuk turun" Jawabnya tersenyum.

"Apakah kita bisa menjemput yang lain kesini" Tanya Jason, mengintip kearah Zombie yang terus menggedor ruangan di bawah.

"Kalau membawa mereka ke atas, sepertinya tidak bisa. Kau lihat, langit-langit ini bisa runtuh" Ujar Amat, masuk akal.

"Hey, mahkluk itu takut dengan cahaya" Ujar Jason tiba-tiba.

"Benarkah? Berarti kalau siang, kita bisa keluar"

"Tidak bisa menunggu selama itu, pintu itu akan sudah hancur di dobrak mereka" Ujar Jason berpikir

"Kalau begitu, kenapa kamu tidak keluar ketika siang"

"Tidur,hehe. Kan malam begadang" Lanjut Amat, melihat tatapan mencela dari Jason.

"Kau lihat makanan ini, ini tempat yang bagus untuk sembunyi, sebelum pak Lilik menghancurkan pintunya" Lanjut Amat.

"Oke, Aku ada ide. Arahkan Aku ke ruangan itu, apakah di sana juga ada pintu ventilasi udara?" Amat mengangguk, dan memiringkan kepalanya seakan bertanya 'mau ngapain'.

"Aku akan mengambil kunci mobil, lalu turun dan menyalakan lampunya. Jadi mereka akan menyingkir, dan kita bisa kabur dari sini" Amat manggut-manggut mendengar penuturan Jason, brilian.

Tidak butuh waktu lama, Jason sudah menemukan pintu itu dan membukanya. Terlihat 3 orang yang mencoba menahan pintu, yang mulai lepas dari engselnya, akibat dorongan puluhan mahkluk Zombie.

"Ku kira Kau kabur, melihat celah dan meninggalkan kami" Ujar Rahman lega, ketika melihat Jason membuka ventilasi di langit-langit .

"Saya mau pinjam kunci mobil Bapak" Ujar Jason to the point kepada suami bu Yani, membuat Rahman bengong tak percaya.

" Saya akan menyalakn lampu mobil, untuk mengusir mahkluk itu" Lanjutnya, nyengir jahil ke arah Rahman. Suami bu Yani melemparkan kuncinya yang di sambut Jason dengan sempurna.

Tanpa kendala Jason menuju ke mobil, dengan lancar menyalakan mesin mobil dan menyorotkan lampu atas. Keadaan jadi benderang, mahkluk itu menyebar, terganggu dengan cahayanya. Pelan-pelan mereka yang di dalam ruangan keluar, Amat yang berada di atas segera turun dan bergabung dengan Jason. Pergi meninggalkan market, setelah memenuhi isi mobil dengan bahan makanan dan keperluan yang lainnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!