Bagian ke-2 KELOMPOK PEMUDA

Ada yang tidak beres, rumah Azelia gelap dan sunyi, semua lampu mati dan pintu terbuka lebar. Mereka memarkirkan mobil di halaman rumah dan tanpa mematikan lampunya, alhasil sekitarnya terang benderang. Mobil mereka di pasangi lampu tambahan di samping kiri dan kanannya, juga dibelakangnya, Rahman mendapatkan lampu-lampu itu di market yang baru saja mereka tinggalkan. Mereka menuruni mobil dengan waspada, kemudian memasuki rumah, dengan senter di tangan masing-masing. Ruang tamu terlihat porak poranda, Jason menaiki lantai atas, tidak ada seorang pun di dalam rumah itu, semuanya berantakan. Tidak salah lagi, mahkluk itu pasti berhasil masuk dan mengacaukan semuanya.

Mereka berkumpul di ruang tengah ketika kamar mandi terbuka, ibu Yani keluar dengan gontai. Semuanya memandang dengan waspada, senter di kepala masing-masing menyorot bu Yani yang tidak bereaksi sedikitpun dengan cahayanya.

"Pemuda itu mengacaukan semuanya, dia berubah, di lengannya ada bekas gigitan" Ujar beliau, kemudian pingsan. Suaminya langsung menghampiri dan menggendongnya ke sofa terdekat, kelihatannya beliau hanya kelelahan dan syok. Jason berpikir, apakah maksud ibu itu pemuda, adalah Fikri yang datang bersamanya. Kemungkinannya Fikri mendapat gigitan itu, ketika dia mencoba menghindari bapak tambun dikantor camat. Kemudian pintu lemari di belakang Jason bergerak dan terbuka, dia terkejut mendapati Azel yang meringkuk di dalamnya, lalu membantunya keluar dan terhuyung, karena kelamaan berada disana, kram kaki dan tangannya.

Gadis itu kehilangan tenaga dan seluruh badannya gemetar, Rahman menyodorkan air mineral kemulutnya, dan meminumnya dengan rakus.

"Apa yang terjadi" Tanya Rahman kepada Azel.

"Teman Kamu ( mengedikkkan kepalanya ke arah Jason), dia berubah. Setelah kalian berangkat, Aku terus mengawasinya yang mengurung diri di kamar mandi. Sikapnya sangat mencurigakan, sampai akhirnya dia menggeram mengerikan, saat itulah Aku tau dia sudah berubah" Jawab Azel.

"Terus, dimana yang lainnya" Tanya Diman.

"Entahlah, sebagian kabur keluar karena panik dan Aku di suruh bu Yani ngumpet disitu"

Tiba-tiba lampu di rumah itu menyala, dan Rolling Door ditutup.

"Ada yang mematikan listrik, sepertinya sengaja" Ujar suami bu Yani.

Mereka merapikan rumah yang sedikit berantakan, memasang sedikit lampu tambahan di jalan. Sebelum subuh, Jason pun tertidur, sedangkan yang lain bersiap shalat subuh berjamaah.

Siang saat matahari terik, Jason baru membuka matanya. Amat masih tidur di sampingnya, saat itu baru dia mengerti mengapa temannya itu tidak memilih keluar dari tempat persembunyiannya, karena malam hari yang di habiskan untuk bergadang dan ketika siangnya di habiskan untuk tidur. Dia membangunkan temannya itu, karena tidak enak dengan penghuni yang lain, bu Yani dan Azel sibuk menyiapkan makanan sedangkan para lelaki mencari ibu-ibu yang entah pergi kemana. Karena matahari sedang bersinar terik, setelah makan siang, Jason dan Amat memilih pergi ke hulu, ke tempat kontrakannya. Disana lebih banyak rumah warga, di banding daerah rumah Azel yang di kelilingi pohon singon di kiri dan kanan jalan raya, bahkan belakang rumahnya pun kebun singon warga.

"Hey Jey, apakah itu Ipul, mengintip di jendela" Bisik Amat, sambil dadah-dadah ke arah rumah Ipul.

"Jangan berani mendekatinya, kita tidak tahu apakah dia sudah berubah atau tidak" Gerutu Jason.

"Iya, tau. Aku kan penakut" Omel Amat, berjalan di belakang Jason.

Mereka sampai di kontrakan mereka, yang telah hancur pintu dan jendelanya. Terlihat sesuatu bergerak di dalamnya, Jason menahan Amat yang akan masuk ke dalam, dan menunjuk ujung baju seseorang yang terlihat di tempat persembunyiannya. Amat menggelengkan kepalanya sambil mencibirkan bibirnya, seakan bilang 'siapa juga yang mau masuk'.

Mereka terus berjalan sampai ke tempat pom mini terdekat, terlihat banyak orang yang bermalam disitu. Fasilitas yang cukup besar dan mempunyai wc umum, juga lampu yang terang saat malam hari. Rahman terlihat disana bersama seorang anak kecil, yang mereka kenali sebagai Duan, adiknya Rahman.

"Senang melihat Kamu Wan" Sapa Amat, terlihat adik kakak itu masih terharu, karena sudah dipertemukan.

"Iya, Aku berhari-hari sembunyi di rumah. Mengurung diri di kamar, untung kakak melongok di jendela tadi, kalau tidak Aku bisa mati kelaparan" Ujar anak cowok berusia sekitar 10 tahun itu.

"Kita harus segera kembali ke hilir, ke rumah Azel, kalau tidak waktunya tidak akan cukup walaupun Kita berlari" Ujar Rahman kemudian.

"Ayo!" Ujar Jason dan Amat bersamaan.

Dengan tergesa, mereka kembali ke hilir. Beberapa orang memperhatikan mereka, tempat itu memang terlihat penuh. Sangat rentan apabila ada Zombie, akan susah menyelamatkan diri atau bersembunyi, apalagi tempat itu tidak aman seperti rumah Azel yang di tambahkan pengaman disana sini dan lampu tambahan, supaya mahkluk itu tidak mendekat. Ada beberapa orang yang nekat mengikuti mereka, Jason tidak terlalu peduli asal mereka orang baik. Hari semakin sore, di tambah lagi awan di depan mereka terlihat tebal. Jason melambatkan larinya, karena tempat yang mereka tuju sedikit gelap karena tertutup awan. Rahman, Duan dan Amat pun menyadarinya lalu menghentikan larinya. Beberapa pemuda yang mengikuti mereka, akhirnya berhenti di dekat mereka.

"Ada apa" Tanya salah satunya. Jason menatap orang itu, pemuda yang tampan dan putih, terlihat pintar dan baik.

"Mereka suka kegelapan" Ujar Jason akhirnya.

"Hey Jey, itu beneran ipul" Celetuk Amat, Jason melihatnya. Seorang anak yang melambaikan tangannya, menyuruh mereka datang. Tanpa ragu mereka menghampiri rumah Ipul yang kecil itu, memasukinya, karena kegelapan segera mendatangi tempat mereka berdiri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!