Bagian ke-2 TERSESAT

Jason bersembunyi di dalam drum kosong, tempat sampah dengan penutup, tanpa sadar tertidur disana, tempat yang sempit, beruntung dirinya kurus, mampu menyesakkan tubuhnya kedalam situ. Jason terbangun, karena mendengar seseorang berbicara, dia membuka penutup drum sedikit dan mengintipnya.

"Apa yang harus kita lakukan Pak,,, mama Pak, mama !" Isak seorang bocah lelaki, berdiri di belakang Bapaknya yang mengintip ke jalan raya, sepertinya hari sudah pagi.

"Ssstt,, nanti mereka dengar, kita belum tau apa itu, yang jelas mama udah gak bisa ikut kita lagi. Mereka memakan manusia" Penjelasan bapaknya membuat anak itu menangis histeris, bapaknya lalu berlutut dan membekap mulut anaknya dan memeluknya.

"Ssstt... mereka bisa mendengar mu, Bapak sudah tidak kuat lagi lari sambil menggendong mu, Iky... bertahanlah, sampai Kita menemukan tempat yang aman" Anak itu mulai berhenti menangis, mendengar kekhawatiran bapaknya, meski masih terdengar isakannya. Jason ingin keluar dari persembunyiannya, ingin menanyakan sesuatu tentang maksud bapak itu, mahkluk itu memakan manusia, apa maksudnya. Tapi tubuhnya kram, karena lama tertekuk didalam dan dirinya terjebak, memaksa keluar sehingga drum itu jatuh dan terguling-guling, membuat ayah dan anak itu terkejut dan melarikan diri, meninggalkan Jason yang celingak-celinguk mencari mereka.

"Hello,,,,heelloww?" Tak ada sahutan.

...💀💀💀💀💀...

Jason tidak mengenali lingkungan tempatnya berjalan sekarang, karena dia berlari melewati gang-gang kecil, yang tidak pernah dia lewati sebelumnya. Tubuhnya kucel karena menyusup di tempat persembunyiannya, rambutnya kusut, mencuat kemana-mana. Berjalan di perumahan yang sangat rapi, dan memiliki rumah-rumah yang bagus, tidak tampak kekacauan seperti di lingkungan tempat tinggalnya. penghuninya satu demi satu keluar, mengambil koran pagi, atau botol susu yang di antarkan kurir pagi. Bingung melihat Jason, gelandangan bule yang nyasar ke perumahan mereka. Jason berjalan dengan bimbang, tidak tahu harus menuju kemana, orang-orang mulai berkumpul, berbisik-bisik sambil menatapnya. Timbul perasaan galau, apakah dirinya bermimpi semalam, karena tidak ada pertanda mahkluk itu disini.

"Maaf... ini dimana?" Jason menghampiri seorang bapak, yang tidak jauh dari tempatnya berdiri.

"Excuse me, where is this?" Ulangnya, begitu melihat bapak itu kebingungan. Meski bahasa Indonesianya lancar, tapi dari pendengaran orang Indonesia malah terdengar aneh dan tidak dimengerti.

"Ini di Pandai, Kalian Asri" Jawab anak cewek, yang kira-kira berumur 10 tahun.

"Dimana itu, Aku di Rantau, apakah itu jauh?" Tanyanya lagi.

"Lumayan kalau jalan kaki, apa kamu tersesat" Ujar anak itu sambil memandang penampilan Jason dari atas kebawah, orang-orang mulai bubar dan melakukan aktivitas seperti biasanya.

"Benar"

"Tidak sedang mabuk, kan?" Tanya bapaknya, Jason menggeleng.

"Kamu cukup keluar dari perumahan ini, kemudian ambil kekiri, lurus saja dan Kamu akan mengarah ke Rantau kota. Pasar" Terang bapaknya, sambil menunjuk gerbang perumahan.

"Dan di depan gerbang, seberang jalan, ada sungai kalau mau mandi" Sambung cewek itu, berjalan melewati bapaknya, seperti ingin mengantar Jason tapi di larang bapaknya, tangannya di cekal beliau dan di tarik masuk ke dalam rumah. Jason mengerti, dirinya yang asing dan berpenampilan dekil, seperti pemabuk yang habis mengamuk, berjalan hati-hati meninggalkan perumahan itu. Kejadian tadi malam, masih membuatnya syok.

Selesai mandi, membuatnya segar. Walau airnya keruh, tapi tidak dalam, sebatas pinggang orang dewasa, membuatnya berlama-lama disana, sampai matahari terik di atasnya. Berjalan kearah yang ditunjuk bapak tadi, orang-orang beraktivitas seperti biasanya, benar-benar tidak terjadi apa-apa.

"Gempa, kemarin kan ada gempa" Ujarnya kepada seorang ibu-ibu yang mengajaknya berbicara, ketika dia duduk beristirahat di pinggir jalan, di depan rumah ibu itu, dan beliau sedang menyapu halaman.

"Oh iya,,,hari Jum'at itu, gempa kecil, mungkin tambang yang di gunung itu menyalakan dinamit" Ujar beliau, berbicara cepat, membuatnya berpikir lama, mencerna maksud beliau.

"Hari ini hari apa Bu" Tanyanya akhirnya.

"Selasa, kamu gak sekolah ya, atau kerja?" Tanya ibu itu, mempertanyakan Jason yang lupa Hari. Jason tidak menjawab, kalau hari ini hari selasa, berarti dia terjebak di terowongan itu selama Tiga hari.

"Padang Batung masih jauh gak Bu?" Akhirnya dia bertanya.

"Jauh kalau jalan kaki, ini Anakku akan ke kantor camat Padang Batung, kamu bisa numpang" Ujar ibu itu, ketika ada pemuda yang mengeluarkan motor meticnya, pemuda itu tersenyum.

Jason akhirnya ikut anak ibu itu ke Padang Batung, tempat kontrakannya, karena dia tidak mempunyai tempat tujuan selain tempat tinggalnya, sekaligus dia ingin mencari tahu apa yang sedang terjadi. Dia melirik kekiri dan kekanan, jalanan yang ramai, tidak tampak kekacauan sedikit pun. Sampai tiba di daerah Ambarai, 3 kilo sebelum Padang Batung, terlihat sedikit kekacauan. Darah di jalan aspal yang mereka lalui, seonggok pakaian yang robek, bahkan ada salah satu rumah warga yang hancur seperti bekas di gerebek.

"Sepertinya habis ada kecelakaan dan kerusuhan" Ujar pemuda itu, hati Jason kembali was-was, melihat kesana-kemari, menanti sesuatu yang mengejar mereka, tapi tidak terjadi apa-apa, lingkungan itu sepi, penghuninya raib entah kemana. Saat dia melewati toko tempat temannya bekerja, toko itu seperti bangunan terlantar, pintu kacanya terbuka dan etalasenya berhamburan.

"Amat..." Lirihnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!