Sesampainya di rumah sakit, tempat itu gelap gulita, kecuali di lantai lima. Ayah membagikan senter ke semua orang, kemudian mengajak turun dari mobil, menuju lantai lima rumah sakit itu, kemungkinan orang berkumpul disana.
Ayah memimpin jalan, Udi memapah Bobi yang masih terlihat pucat, sesekali memakan coklat yang tadi sempat mereka dapatkan di kios yang di tinggal pemiliknya. Semua Zombie menghindari mereka, Diky menyorotkan senter kesemua wajah itu, mencari ibunya.
Di depan ada ruang security, Lukman mencari tombol listrik yang ternyata sudah rusak, mungkin salah satu Zombie merusaknya.
Di ruang depan rumah sakit kacau balau, meja daftar tamu berhamburan, kasir amburadul, darah dimana-mana. Mereka terus berjalan menuju tangga, karena lift nya tidak berfungsi. Banyak Zombie berkeliaran, tapi langsung menghindar saat terkena sorotan cahaya. Lukman terus menekan sakelar lampu yg di jumpainya, saat sakelar lampu yang berada di depan pintu yang menuju tangga di tekan,ternyata lampu mengarah ke tangga menyala. Ayah menoleh ke arah Lukman dan mengacungkan jempol nya, yang lainnya bernafas lega.
Mereka mematikan senter guna menghemat baterai, menaiki tangga lantai demi lantai. Beberapa Zombie yang ada di tangga melarikan diri mencari kegelapan. Di lantai tiga terdengar pintu terbuka, entah Zombie atau manusia. Mereka berhenti mendengar langkah kaki menuruni tangga.
Seorang suster kemudian muncul di ujung belokan tangga, suster itu kaget saat melihat rombongan Ayah. Diky melambaikan tangannya, suster itu mencoba tersenyum kaku.
"Apa anda sendirian " tanya Ayah, suster itu mengangguk.
" Yang lain kemana" tanya Ayah lagi, suster itu mulai menangis dan terduduk. Lukman cepat menghampiri karena wanita itu nyaris terpeleset.
" Mahkluk itu buta karena cahaya, kami lihat lantai lima terang. kami akan menuju kesana, apa anda mau ikut" ujar ayah, suster itu mengangguk.
Mereka melanjutkan naik tangga, dua lantai lagi. Lampu yang menuju ke lantai empat mati, terlihat banyak Zombie berdesakan. Ayah menyalakan senter dan menyorotkannya, Zombie-Zombie itu gelisah dan mulai menggeram dan mendesis. Yang lainnya ikut menyorotkan senter dan membuat gerombolan itu makin gelisah. Salah satunya membuka pintu lantai empat dan berdesakan memasuki koridor ruangan itu. Mereka berlima saling tukar pandang, si perawat gemetaran.
" Bisa buka pintu" kata Diky kagum.
"Salah satunya" ralat Udi.
Ayah melanjutkan langkahnya di iringi yang lainnya, Lukman mengarahkan senternya di lantai empat yang terbuka. Dia menemukan sakelar lampu dan menekannya, koridor lantai empat menyala. Zombie-Zombie langsung berlarian dengan berisik.
" Nanti saja kita periksa, kita lanjut ke atas" ujar Ayah.
Sesampainya di antai lima, tempat itu terang benderang, koridornya terlihat kosong dan berantakan. Lukman mengunci pintu lantai lima, antisipasi ada Zombie yang pintar membuka.
Mereka mulai mencari ruangan demi ruangan, tidak ada orang, benar-benar kosong. Saat membuka kamar tunggu perawat, ruangan itu bersih. Bobi di baringkan di situ di temani suster, dan yang lainnya kembali ikut mencari. Udi dan Diky menemukan banyak makanan dan minuman yang tertinggal di kamar-kamar pasien. Di kumpulkannya kemeja perawat.
Kemudian mereka berkumpul di kamar tunggu parawat, Udi di bantu oleh suster memeriksa luka Bobi. luka di tangan Bobi terlihat menjalar dan semakin parah, Bobi ketakutan melihat tangannya.
" Kita harus memotongnya " ujar Udi, Bobi menggeleng-geleng heboh, keringat membasahi tubuhnya, terlihat benar-benar sakit.
" Tidak separah itu kok" ujar Diky menunjukkan jempol nya yang buntung.
" Sepertinya memang itu yang harus di lakukan" ujar ayah menghampiri.
" Aku akan melakukannya dengan cepat" kata Lukman.
" Aku akan membantu" ujar suster sambil mengambil peralatan p3k di ruang peralatan perawat.
Lukman memeriksa tangan Bobi, dagingnya sudah lembek hampir busuk hingga lengan. Bobi memperhatikan dengan ngeri karena dia tidak merasakan tangannya sampai ketiak yang berarti tangannya harus di potong sampai bahu.
" Kasih bius dulu" pinta Bobi tidak jelas, ngeri melihat alat-alat bedah di atas meja, terlebih lagi saat di lihatnya kapak bertengger disitu.
'' Kita tidak punya di sini, harus ke apotik di lantai satu" ujar suster.
"Kita tidak punya waktu, sebelum lukanya merambat lebih jauh" ujar ayah menunjuk luka Bobi.
Lukman menaruh gumpalan handuk ke mulut Bobi, Diky dan Udi memalingkan wajah saat Lukman mulai mengiriskan pisau bedah yang sudah di bersihkan. Teriakan Bobi yang teredam handuk membahana di ruangan itu, kemudian berhenti di gantikan suara tangis tersengal- sengal. Udi dan Diky mengintip, tangan Bobi sudah buntung dan di perban dengan rapi, berangsur-angsur wajahnya sudah mulai berwarna, tidak pucat lagi padahal banyak darah yang keluar. darah beku, darah mati.
Suster dengan cepat membersihkan sisa-sisa darah yang mengotori lantai dengan seprai dan membuangnya ke tempat sampah.
Bobi tertidur kelelahan dan yang lainnya melanjutkan mencari sesuatu yang di perlukan di ruang pasien. Lukman menemukan beberapa senter di lemari dan juga seorang perawat yang sembunyi ketakutan.
"Halo, ada yang bisa Saya bantu" tanya nya linglung.
" Lana,,!" sapa suster, penampilannya sudah berganti dengan baju santai yang dia temukan di kamar perawat.
" Susi" sapa perawat itu yang bernama Lana, terlihat gugup.
"Kemana semua orang" tanya Susi menghampiri Lana.
" Entahlah, semuanya kacau" ucapnya.
" Aku terkurung di lemari, ada banyak orang gila yang memangsa dan memakan manusia " lanjutnya sambil berusaha keluar.
" Bukan orang gila Lan, tapi mayat hidup" ujar Susi.
Lana si perawat bengong antara percaya dan tidak percaya, syok tidak bisa berkata-kata. Kemudian tersungkur jatuh karena kram akibat terlalu lama menekuk tubuhnya.
Ayah mengirim pesan kepada anaknya, menanyakan kabar di rumah.
" di rumah aman Yah" balas Dina.
"Sebaiknya kita periksa lantai empat" ujar ayah memecah kesunyian.
" Ide bagus" sahut Lukman.
"hayuk " ujar Diky kemudian menjenguk Bobi yang tertidur.
" Kayaknya udah mulai baikan" lapor Diky kepada ayah, beliau mengangguk.
Diky menemukan lakban di gudang, kemudian di bagi-bagikan kesemua orang. mereka mulai membalut tangan dan kaki dengan benda tersebut, Diky juga membalut lehernya.
Suster dan perawat menjaga Bobi diruangan, sedangkan yang lainnya akan turun ke lantai empat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments