Diam seribu bahasa dia biarkan sang suami merawat dirinya meskipun menggunakan metode skin to skin. El adalah suami yang baik salahnya dimana dia memberi ijin untuk menyentuh dirinya.
Namun saat Alia melamun dan El sudah mau beranjak tiba - tiba kakinya terpeleset air yang tadi sempet jatuh sedikit di samping ranjang. Pada akhirnya insiden itu menyebabkan tragedi menegangkan di atas ranjang. Tak ada salah seorang pun yang mampu berbicara. Lidah keduanya seakan keluh untuk sekedar protes.
Aaaaahhhhhh!
Teriakan Alia karena El menindihnya saat akan membenarkan posisi tidur. Seolah di sengaja keduanya kicep karena Alia dan El sudah saling berciuman. Alia malu sekali saat tubuh El sedang menindihnya seperti ini. Pasti dia merasakan tonjolan - tonjolan ini. Alia rasanya ingin bersembunyi di bawah ranjang ini.
Sedangkan El dia saat ini karena malu sekalian saja dia mengajak Alia berciuman. Halal kan? Sudah lanjutkan saja. Malu sekalian malu saja sudah. Pake acara terpeleset segala. Jadinya kan gini malah gak sopan. Tak berselang lama El turun dari tubuh Alia yang nampak tegang akibat ulah El.
" Eekhmmmmmm! Terima kasih untuk malam ini. Istirahatlah," ucapnya membuat Alia membeo. El sudah melesat begitu saja sebab jantungnya tak aman begitu pun Alia.
Deg.
Deg.
Deg.
" Apa ini? Kenapa jantungku berlompat - lompat?! Apakah aku semakin tidak sehat setelah adegan dewasa baru saja," gumamnya dengan memegang dadanya. Namun Alia langsung memasukkan kepalanya ke dalam selimut.
Ah! Tidak - tidak .... Aku malu sekali jika El tahu jantungku berdegup kencang sekali! Batinnya.
Sedangkan El di dapur mondar mandir merutuki kebodohannya karena lupa ada genangan air kecil akibat tumpahan air tadi. El nampak tak percaya akan sikapnya sendiri. Dengan beraninya dia mencumbu Alia dengan posisi intim. Bahkan hasratnya mulai naik namun dengan cerdasnya dia menyelesaikan adegan erotisnya sendiri.
" Den ... Kok di dapur?! Mau makan atau bagaimana biar bibi siapin," ujar bibi menyapa El. El nampak teryum kecut pada bibinya.
" Ah, tidak bibi! Saya sudah selesai baru mengembalikan ini. Saya baru akan kembali ke kamar bi. Oh, iya bi titip Alia beberapa hari ke depan saya akan ada kajian di luar kota!" ucap El. Bibi nampak tersenyum melihat itu. Ternyata Den El sedang memikirkan istrinya yang akan di tinggal kajian di luar kota.
El nampak berjalan ke kamar di mana Dia dan Alia sudah melakukan hal yang membuat keadaan keduanya canggung meskipun status mereka adalah suami - istri. Mungkin ini bukan ciuman pertama mereka karena tadi pagi sudah. Tapi posisi tadi sungguh menggelikan sekali.
Tok.
Tok.
Tok.
" Neng .. Sudah tidur?!" tanya El mengetuk pintu. Alia langsung keluar dari persembunyiannya.
" Belum mas. Masuklah tidak Alia kunci," jawabnya dengan sedikit keras karena suaranya tak begitu tinggi sehingga harus mengeraskan suara. El membuka pintunya bak slomotion bagi Alia.
Ceklek.
Nampaklah wajah suaminya yang tampan itu. Alia tidak tahu mau apa dia gugup. Sehingga dia memilih menunduk saja. Sedangkan El otak nya traveling kemana - mana. Gundukan itu sangat berasa tadi saat dia menindihnya.
Ya Allah .... Halal kan ya? Dia istri El bukan? Kenapa berasa malu sekali tapi kenapa tiba - tiba ingin. Astaghfirullah tidak El tidak boleh mesum. Tidak . Tidak! Batin El berkecamuk.
Dia duduk di samping Alia naik di posisi tidurnya. Dia pun sebagai suami ikut dag dig dug juga. Hubungan mereka bukanlah semudah yang orang lihat. Tapi tak ada hal yang tak mungkin.
" Neng ... Jika aku tiba - tiba menginginkan dirimu bagaimana???" mulutnya itu memang suka ngasal dan jujur. Sontak saja jantung alia makin tak aman. Tapi inilah tujuan Alia membuat pernikahan makin maju tidak diam di tempat. Suaminya tertarik padanya itu bagus.
" Lakukan saja mas! Alia ikhlas," jawabnya dengan menunduk tanpa menatap El di sampingnya. Padahal mata Elang El sudah menatapnya tajam.
Semudah itukah Alia memberikan sesuatu yang berharga dalam dirinya padaku?!?
" Neng ... Tidak akan menyesal! Tidak ingatkah bahwa kita musuh bebuyutan bertahun - tahun??!" tanyanya menatap Alia. Namun gadis itu menunduk dan menitikkan air mata. Dia ingat bagaimana jika dia mengatakan hal buruk pada El. El mengangkat dagu alia.
" Maafkan .... Untuk permusuhan kita," lirihnya. El nampak tersenyum mengingat gadis di depannya dulu begitu bringas padanya. Tak ada hal baik dalam dirinya untuk dia puji.
" Apakah itu artinya kebencian itu sudah menjadi cinta?" tanya El sambil tersenyum kecil. Alia mengangkat pundaknya dalam arti dia tak tahu.
" Tidak tahu. Yang Alia tahu Mas adalah suami Alia. Alia harus bisa menjadi istri seutuhnya. Sebenarnya Alia tidak begitu ingin menikah karena Alia takut tak bisa membahagiakan pasangan Alia. Tapi kamu datang menawarkan sebuah pernikahan padahal kamu sendiri sudah menolakku waktu itu," kenangnya. El mengangguk setuju dengan ucapan Alia.
" Tidak ingi tanya kenapa aku menyetujui pernikahan ini?" tanya El padanya.
" Memangnya apa? Kan pasti karena Umi Nyai toh. Jadi , alia tidak akan bertanya lagi," jawabnya sendu. Alia nampak menghela nafas.
" Aku mau menerima tawaran ini lagi! Karena Alia musuhku itu sudah membentengi dirinya dengan sangat kuat. Bahkan laki - laki manapun tak bisa mengajaknya menikah. Apakah setidak tertarik itukah kamu pada kau adam Alia????!" tanya sang suami padanya. Alia mengangguk membenarkan.
" Alia ... Tidak tertarik pada siapapun!" serunya membenarkan.
" Bahkan pada Gus Muiz?! Lamarannya begitu dahsyat Alia. Dia orang alim dan putra Kyai Pandaan dan kamu menolaknya," jawab El mengingat dirinya hanya seorant ustadz biasa dan pengusaha kecil - kecilan.
" Tidak! Gus Muiz terlalu baik jika harus bersanding denganku mas. Aku bukanlah gadis pendiam yan seperti keluarganya inginkan. Aku tidak bisa menerimanya," jawab Alia dengan mengenang bagaimana dia menolak putra Kyai itu.
" Pantas saja Umi Nyai menangis di hadapanku! Kamu menolak putra Kyai besar dan membuat keluargamu was was Neng. Bagaimana jika nasabmu terputus hanya karena menikahi laki - laki biasa sepertiku???!" tanya El mengingatkannya. Alia menatap suaminya dengan intens.
" Biarkan saja! Jika gelar Ning yang aku dapatkan di pesantren harus di lepas akan aku lepas mas! Mas El sudah jadi suamiku kan maka kewajibanku adalah kepadamu dulu. Seorang istri surga-Nya ada pada suami. Selagi suamiku baik agamanya kenapa harus ragu. Gelar Ning hanyalah di dunia mas. Jadi, tak perlu terlalu di pikirkan!" jawaban Alia membuat hati El menghangat. Tak di sangka Alia begitu hamble dan menerimanya sebagai suami.
" Harus aku akui Neng sikapmu berubah drastis. Kamu begitu manis saat ini daripada saat kita bertemu pertama kali. Terlihat jelas kebencian di wajahmu kala itu!" seru El sambil tersenyum. Alia tersenyum kecut.
" Maafkan aku kala itu mas. Aku masih anak - anak emosiku sangat labil entahlah," jawabnya tersenyum getir. Namun El malah menjawab ucapan Alia dengan hal lain sehingga membuat ruangan ini memanas di suasana AC yang hidup.
" Setelah aku pulang kajian ... Jadilah istriku seutuhnya neng!" seru El membuat aliran darah alia terhenti. Namun el terlihat tenang dan santai tanpa beban.
Ranjang yang sama ini menjadi saksi bisu akan hubungannya yang membaik dengan Alia mulai malam ini.
Nah loh?????? Sudah kasih lampu kuning ya sama si Ustadz Adam El. Hehehhe. Happy weekand All.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Dia Amalia
semangat thor💪💪💪💪
2024-03-31
0
Eva Karmita
lanjut thoooorr 🔥💪🥰
2024-01-28
0
Mika Saja
iya iya lah pak ustadz,,kan Alia msh plng merah misi mau ditabrak tunggu pulng kajian ya
2024-01-28
1