El sudah tidak bisa menerima perjodohan ini. Dua bulan berlalu perjodohannya dengan Alia masih belum menguar ke publik. Hari ini kembali ada pertemuan keluarga. Meskipun takdir sering mempertemukan El dan Alia karena perihal yang urgent. Alia menghindar itulah yang El tangkap tapi itu bagus bagi El daripada mereka harus menikah lebih baik seperti ini.
Kediaman keluarga besar Ghazalah. Sore ini Zein dan keluarganya kembali menginjakkan kakinya di sana. Zein memegang pundak putranya.
" Papa percaya padamu El! Kau adalah seorang ustadz dan pemuda dewasa. Pilihanmu tentulah bijak. Kau menyampaikan hal kebenaran pada Ummat maka memutuskan hal ini tentu sangatlah mudah bagimu," ucap sang papa. El hanya menganggukkan kepalanya. Dia tak di paksa oleh papanya. Tapi batinnya sungguh bergejolak.
" Silahkan masuk Zein , Hannah!" Suara Hafla nampak sangat tak asing di telinga El. Paman Hafla adalah kebanggaannya. Dia adalah panutan El. " El ... Masuklah! Paman sudah menunggu putra kebanggaan paman ini," ujar paman Hafla lagi. El menyalami paman dengan takdim.
" Assalamualaikum ... " sapa El pada paman kebanggaannya. Hafla yang tak muda lagi itu mengulas senyum pada El.
" Waalaikumsalam El!" seru paman dengan teduhnya sambil mengulas senyum.
" Haf ... Umma dimana?" tanya Zein pada Hafla.
" Di kamar Zein! Masuklah ... ," ucap Hafla pada papa El.
El menatap papanya dengan penuh tanda tanya. Kenapa menanyakan Umma. Apakah terjadi sesuatu pada Umma makanya dia sekeluarga datang. Namun dia kembali mengulas senyum pada paman Hafla. Dia tak menemukan Alia di mana pun itu bagus. El kemudian pamit ke belakang sebentar. Sementara yang lain bercengkeramah satu sama lain.
El kemudian berjalan menuju kamar mandi dapur. Namun pendengarannya terusik karena Umma menangis dan kondisinya sedang sakit. El yang mendengar sedikit tidak enak hati.
" Alia menolak menikah dengan El Zein! Impian Umma melihatnya menikah seakan kandas Zein," tangis Umma yang terbaring.
" Umma ... " lirih Zein sambil mencium punggung tangan mertuanya itu. Dia dan ibu Hannah begitu dekat sekali.
" Zein ... Apakah El juga menolak perjodohan ini? Dia pemuda baik apakah dia tidak mau menikah dengan Alia. Alia ... gadis itu selalu menolak untuk menikah. Kami pusing di buatnya," curhat Umma pada Zein. Papa El itu tersenyum sangat ramah sekali. Zein memeluk ibu mertuanya penuh kasih sayang.
" Umma ... Zein yakin El tidak akan menolak perjodohan ini. Selama ini dia tak pernah menunjukkan penolakan. Semoga saja El bisa membujuk Alia untuk menikah. Zein dan El bahagia sampai saat ini karena Umma dan Hannah. Pasti El juga ingin membahagiakan Umma jadi jangan khawatirkan apapun. Umma harus sembuh," jawab Zein dengan menyemangati Wanita lanjut usia itu yang masih nampak ayu.
Nak, papa harap kamu tak menolak perjodohan ini. Papa belum sempat menanyakan padamu tapi papa yakin Alia akan membahagiakanmu kelak. Didikan keluarga Ghazalah tak pernah salah. Batin Zein sambil tersenyum pada Umma.
El yang mendengarkan pembicaraan itu terkejut dan mundur ke belakang. Dia bingung bagaimana menyikapi ini semua. Umma sakit karena terlalu memikirkan Alia yang tak mau menikah. El paham bahwa Alia mengatakan itu karena dirinya yang menolak Alia.
" Eh ... El kok di sini? Sudah ke kamar mandinya," tanya Hagla yang baru saja datang dinas. Dia masih saja dapat tugas di hari kedatangan tamu pemuda yang akan melamar putrinya. Ya, Hagla yang tadi baru datang menanyakan keberadaan El. Semua orang mengatakan ke kamar mandi.
" Sudah paman ... " jawabnya bohong. Dia sungguh tak nyaman saat ini. Semuanya sudah serba salah. " Oh ya paman ... Di mana Alia aku tak melihatnya semenjak tadi?" tanyanya dengan serius.
" Dia ... Tadi paman lihat ada di klinik pontren El. Coba lihatlah dan ajaklah dia kemari. Paman mau bersih - bersih dulu," ucap Hagla. El mengangguk iya dan pergi ke arah pontren.
Sesampainya di sana dia melihat Alia sedang mengobati salah satu santri yang terluka. Dia menatap Alia dari luar melewati kaca jendela. Alia nampak mengatakan sesuatu yang membuat pasiennya itu terhibur atau lebih tepatnya teralihkan. 10 menit El menunggu sehingga pasiennya itu keluar dan mengangguk sebagai rasa hormat pada El. Tanpa menunggu lagi El masuk dan menemui Alia.
" Aku ingin bicara Al!" serunya agak dingin.
" Aku tahu kamu akan menolaknya. Kita sudah membahasnya sekitar 2 bulan lalu. Jadi, jangan di ulangi lagi. Umma juga tahu hal itu," jawab Alia enteng sambil mencuci kedua tangannya. El rasanya tidak tahu mau memulainya darimana. Ini dia merasa seperti buah simalakama.
" Menikahlah denganku!" serunya dengan tiba - tiba. Alia yang mendengar jadi menatap El dengan tajam.
" Kamu lupa dengan kata-katamu pernikahan bukanlah hal yang main - main dan aku sedang tidak ingin bermain. Biarkan saja semuanya kecewa padaku setidaknya aku tidak mempermainkan hidup seseorang yang sangat perfect di hadapan umum," ujarnya panjang lebar untuk menanggapi ucapan El.
" Apapun yang kamu katakan itulah jawabanku hari ini. Setelah menikah aku tidak akan menyentuhmu kecuali jika kita saling cinta dan menginginkannya. Satu lagi gunakanlah Cadar setelah menikah denganku jangan biarkan aku menikmati wajah itu saat aku tidak mencintaimu," cerocos Ustadz El Kautsar membuat hati Alia terbakar dan kesal bahkan saat ini meradang.
" Apa??!!!! Kamu pikir aku patung selamat datang??? kamu pikir aku mainanmu hmmm??? Egois kamu El!!!" serunya untuk pertama kali dia memanggil nama El. Pemuda itu menyorot calon istrinya itu.
" Lalu? Maumu bagaimana? Apakah setelah kita halal, aku menjamahmu tanpa cinta?! Apakah begitu? Katakan! Aku akan memenuhinya jika itu keinginanmu," jawaban yang mengejutkan dari El. Entah bisa di sebut apakah itu? mengejek ataukah sebuah Hinaan bagi Alia. Rasanya sakit bagi Alia.
" Kita tidak perlu menikah!" jawab Alia seketika tanpa berfikir panjang. El tersenyum sinis.
" Harusnya kamu melihat bagaimana Umma sangat Sakit atas ucapanmu itu!" serunya membuat Alia menatap tak suka ke arah El.
" Dan itu karena El! Kamu yang menolakku," protesnya dengan sebal sekali.
" Maka dari itu! Menikahlah denganku sebelum aku berubah pikiran lagi. Aku tunggu di ruang pertemuan keluarga kita hari ini!" serunya dengan nada mengesalkan sekali. Alia tak suka gayanya yang sok iya itu.
Pria gila! Kemarin menolak sekarang mengajak menikah. Omelnya.
Maaf Alia aku terpaksa menikahimu. Aku tidak bisa membuat Umma sedih. Umma adalah alasan kebahagiaan papaku dan diriku dulu hingga sekarang.
El dan Alia pun berjalan menuju ndalem. Mereka berdua di sorot para santri. Dia begitu kacau kala mendapati keputusan El. Pemuda itu sudah membuat hidupnya dalam ombang - ombing. Harusnya tak begini bukan? Kemarin Alia di tolak kini dia merasa di permainkan dengan keputusan sepihak dari El.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 43 Episodes
Comments
Dia Amalia
sok iya kau El kata alia😂🤣😂
2024-03-31
0
Rita Riau
aneh ya katanya El ustadz tapi kok rese,,,, ok Thor izin diri ku mampir 🙏🏼
2024-03-23
1
Elizabeth Zulfa
alia tuh sbnernya ank hanya / hafla sih??
🙏🙏 msih blm ngeh 😁😁
2024-01-06
0