Kepedulian El

" Masuklah! Maafkan aku rumahku ku desain dengan interior monokrom tak begitu banyak warna," ucap El. Alia hanya manggut - manggut saja. Toh, ini rumah El bukan jadi tak masalah jika dia mendesain sesuka hatinya.

" Bebas aja mas," jawab Alia sambil duduk di ranjang. Alia kagum pada El sesaat karena dia sesukses saat ini dalam perihal ekonomi . Semenjak kecil El adalah Pemuda dingin dengan sikap tenang dan sangat menghanyutkan.

" Neng ... Masukkan semua bajumu ke almari! Terserah kamu saja penataannya seperti apa. Kita akan memulainya dari awal," ujar El sambil membuka kembali laptopnya. Alia menatap suaminya dengan tajam.

" Kita sekamar? Boleh memang tidur satu ranjang denganmu," jawab Alia membuat El berhenti menekan tombol di laptopnya dan menatap Alia.

" Tentu saja boleh! Kenapa tidak? Kita akan tidur bersama," ucap el menimpali ucapan Alia dengan tegas. Alia nampak tersenyum mendengarnya sedangkan El menggelengkan kepalanya posesif.

" Takut khilaf saja mas jika tidur bareng! Kita kan gak tahu apa yang terjadi jika malam," jawab Alia entah berniat menggoda apa membujuk suaminya. El pun menimpali ucapan itu dengan asal bicara.

" Khilaf ya gak masalah namanya udah nikah. Kenapa gak? Biarkan saja ... Jangan terlalu di fikirkan Neng," jawab El sambil kembali bekerja. Alia terus merapikan bajunya tanpa mengatakan apapun pada suaminya lagi.

Setelah menyelesaikan Alia berjalan turun dan memperhatikan rumah suaminya ini. Rumah ini terlalu mewah jika hanya di huni berdua. Tinggal berbeda kamar pun bukan masalah pasti banyak sekali kamarnya.

" Loh ... Nona kok turun butuh sesuatu?" tanya Bibi Pada alia yang berjalan melintas. Alia tersenyum pada ART suaminya itu.

" Tidak bi ... Hanya berkeliling saja! Oh, iya bibi sudah lama ikut tuan El," tanya Alia dengan senyum ramah. Bibi pun ikut mengulas senyuman.

" Agak lama non. Rumah ini pun baru di rehab sama tuan sistem kebut non 3 minggu selesai heheh. Karena mau membawa non pulang kemari," goda bibi padanya. Alia jadi terkekeh mendengarnya. Kenapa bisa El se-perfect itu.? Bahkan cinta tak ada di antara mereka. Alia juga tahu pernikahan ini hanyalah sebuah kompensasi bagi dirinya dan El. Cintanya mungkin saat ini masih bersemayam untuk Saidah.

Saat Alia sedang asik dengan lamunannya. El tiba - tiba turun dan pergi ke bawah dan menemukan Alia sedang bercengkeramah dengan bibi yang menjaga rumah ini seperti rumahnya sendiri.

" Neng ... Mau pesan makan apa makan di luar!?" seru El mendekati wanita paruh baya itu dan Alia istrinya. Alia langsung menoleh ke arah sang suami.

" Mas ... Masih harus keluar lagi??? Makan di rumah seadanya saja! Gak masalah ...," jawabnya dengan manyun karena malas jika harus keluar lagi.

" Tapi non .... Di kulkas hanya ada telur. Tuan El tadi belum bolehin bibi belanja! Gimana non? Makan di luar saja tidak apa - apa," jawab sang bibi karena tahu kondisi dapur rumah ini. Alia menghela nafas.

" Kita jalan saja Neng! Dekat sini ada nasi goreng khas perum. Rasanya lumayan kita ke sana ya!" ajak El dan akhirnya di angguki oleh Alia.

Mereka berjalan berdampingan di jalan perumahan rumah merek. Alia nampak memeluk tubuhnya sendiri. Perumahan ini terhitung sejuk suasananya sehingga membuat Alia sedikit dingin. Tanpa basa basi El menarik istrinya ke dalam pelukannya.

Srreeetttt.

" Aaahhh!" teriakan kecil itu keluar begitu saja.

" Jangan diam saja jika dingin! Lain kali bawalah jaket supaya tak kedinginan," Bisik El. Alia mengangguk. Dia manfaatkan pelukan El supaya dingin tak menusuk kulitnya.

" Eh, ustadz Adam lama tak terlihat sering ke luar kota ya?!!!! Wah, akhirnya istrinya di boyong kemari juga. Selamat!!!!" seruan ibu- ibu kompleks membuat Alia malu namun mereka sangat ramah sekali sehingga tak membuat alia canggung.

" Ibu .... " sapa Alia.

" Iya bu ... Alhamdulillah bisa di boyong. Terima kasih," jawab el dengan tersenyum.

El yang berbincang di tukang nasgor kaki lima akhirnya memesankan Alia dan dirinya nasi goreng spesial. Alia dan El makan malam di pinggir jalan bersama warga kompleks perum ini.

El sedari tadi memegang tangan Alia yang dingin sedari tadi. Dia tak melepaskan walaupum ibu - ibu dan bapak - bapak senyum ke arah mereka berdua.

" Mari ustadz kami duluan!" serunya.

Terpopuler

Comments

Ayu FazRina Satiasari

Ayu FazRina Satiasari

sepertinya sudah mulai ada magnet2 cinta...😁😁😁

2024-01-19

0

Dian Isnawati

Dian Isnawati

lanjut kok lucu panggil neng gak enak didengar kak

2024-01-19

0

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

ya gitu pak ustadz blm mencintai istri setidaknya jgn menyakiti

2024-01-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!