"Kau harus tahu. Sebelum perusahaan Ayah Elvan menjadi besar seperti sekarang, Beliau itu hanyalah pemilik bisnis kecil yang bahkan hampir bangkrut. Belum lagi ketika Elvan dulu punya masalah dengan jantungnya, sehingga harta kami hampir habis untuk pengobatannya saja. Ibu bahkan hampir putus asa karena itu."
Regina dengan tampang sedihnya mulai bercerita. Kalau Hartono dulunya memang pernah menjadi sahabat Wira saat SMA dan kuliah di luar negeri. Namun sempat berpisah beberapa tahun karena karir masing-masing.
Dan saat bertemu lagi. Hartono menawarkan bantuan untuk perawatan Elvan sampai sembuh. Tidak hanya itu, Beliau juga menginvestasikan sejumlah uang yang tak sedikit demi kembali memajukan usaha Pak Wira yang hampir gulung tikar.
Setelah nama dari brand usaha yang di bangun Wira masuk dalam naungan Hartono Grup, brand restoran siap saji itu pun berhasil menjebol pasar nasional bahkan sedikit-sedikit mulai go internasional walau hanya sebatas asia tenggara pun belum terlalu luas cangkupannya.
Pundi-pundi keuangan semakin banyak yang masuk hingga perusahaan Wira Hutama pun semakin maju.
Sementara itu dengan kondisi Elvan. Wira pernah bernazar. Jika Elvan bisa pulih seratus persen. Maka ia akan menyerahkan putranya itu sebagai menantu di keluarga Hartono.
Dan harapannya terbukti. Setelah operasi transplantasi jantung dilakukan. Kondisi Elvan semakin membaik, anak itu pun bisa tubuh sehat hingga sekarang.
Walau Hartono sempat menolak, karena ia tidak yakin akan ada laki-laki yang mau menerima putrinya dengan berat badan seperti itu. Beliau tetap bersikukuh untuk menikahkan Elvan dengan Erika. Sebagai tanda terima kasih karena beliau sudah hadir untuk membahagiakan keluarganya. Begitupun Elvan, juga harus mampu membahagiakan Erika.
Jadi benar, Elvan menikahiku karena nazar Ayahnya? Erika menunduk lesu.
"Tapi, apakah masih bisa untuk ku kembali, Bu?" Veni berharap. Dimana kepala Erika kembali terangkat, mengarah pada dua orang itu.
"Ibu tidak tahu, namun sepertinya Elvan memang sudah memiliki rencana untuk menceraikan Erika."
Hah? Kedua mata Erika mulai berkabut. Ia menggeleng pelan berharap itu tidak akan pernah terjadi.
"Tapi apakah ayahnya Elvan bisa terima itu."
"Entahlah, yang penting saat ini kalian bersabar dulu sebentar. Wanita gendut itu lama-lama juga akan tahu diri, bahwa dirinya tidaklah pantas untuk Elvan. Lagian ibu juga kurang setuju, anak ibu harus dijual pada keluarga kaya itu."
Kami tidak pernah merasa membeli Elvan, Bu. Buktinya aku sekarang sangat mencintai dia.
"Semoga saja. Habisnya dia tidak pernah sadar, bahwa tubuh gendutnya itu benar-benar memperburuk penampilan. Elvan saja sampai malu untuk mengajaknya ikut ke acara pernikahan teman-temannya. Selama ini yang diajak 'kan selalu aku."
Bu Regina terkekeh. "Memang benar, yang paling pas dan serasi dengannya ya kamu."
Tidak tahan dengan obrolan di dalam Erika pun meletakan kado untuk ibu mertuanya, kemudian memilih pergi meninggalkan rumah tersebut dengan hati yang hancur, serta perasaan bersalahnya pada suaminya itu.
***
Beberapa hari berikutnya sebuah pesan chat masuk ke Erika. Perempuan yang baru selesai meeting langsung membukanya.
Nanti malam aku ingin mengajakmu menghadiri acara pernikahan sahabatku. Bersiaplah dengan penampilan terbaikmu, dan langsung datang saja ke hotel Rich Town nanti malam pukul tujuh. Dress code untuk perempuan memakai busana malam, pakailah long dress yang press body dengan bahu terbuka.
"Astaga apakah aku bermimpi, ia mengajakku menghadiri pesta pernikahan temannya?"
Sungguh bahagianya bukan main, ketika melihat pesan chat pertama dari Elvan yang berisi ajakan untuk menghadiri suatu pesta.
Selama ini, sejak awal ia menyimpan nomor Elvan. Tak pernah sekalipun menerima pesan dari pria itu. Selebihnya kebanyakan dia yang mengirim pesan walau tak pernah dibuka sama sekali.
Terkesan tidak biasa, namun hal itu sangat tidak disadari akibat rasa bahagia yang menutupi sesuatu yang seharusnya mencurigakan ini.
—
Demi mempersiapkan acara malam ini, Erika pulang lebih awal. Ia langsung membersihkan tubuhnya dan mencari gaun yang pas.
"Selama ini aku jarang ikut pesta jadi tidak ada baju baru. Terlebih acaranya mendadak sekali. Jadi tidak sempat untuk beli gaun baru."
Di cari-cari lagi pakaian yang sesuai dengan tema acara. Erika terus mengembangkan senyum saking semangatnya. Hingga sebuah long dress warna hitam yang ia beli hampir satu tahun yang lalu ia dapatkan.
"Masih muat tidak, ya?" Erika menempelkan baju itu di tubuhnya. "Apa salahnya mencoba."
Langsung saja ia memakainya. Ya, tubuh Erika memang cepat bertambah lebar. Sehingga baju yang awalnya pas justru nampak sempit di badannya.
"Ya ampun— aku tidak tahu jika tubuhku cepat sekali membengkak. Sungguh, ini engap sekali. Tapi tidak ada waktu untuk beli gaun baru."
Ia mencoba memutar tubuhnya, dan ya… keputusan telah diambil. Ia tetap menggunakan gaun tersebut walau sangat sempit di tubuhnya yang sekarang.
Erika langsung merias wajah dan rambutnya karena waktu sudah sangat mepet ia tidak bisa membuat Elvan menunggu lama di sana.
…
Saat tiba di depan pintu aula pernikahan. Erika sempat dihentikan seorang security yang menanyakan kartu undangan yang seharusnya ia bawa.
Awalnya agak dipersulit karena hanya menggunakan alasan kalau kartunya dibawa Elvan. Namun saat menunjukan kartu nama, mereka pun langsung membolehkan. Karena pemegang saham terbesar di perusahaan properti yang mendirikan hotel ini adalah ayahnya.
Erika pun dengan mudahnya masuk ke dalam ruangan pesta.
Disana orang-orang bersuka ria. Perempuan bertubuh gendut itu langsung mencari sosoknya yang menjadi pujaan hati.
Disisi lain, Veni yang melihat sasarannya telah datang, tersenyum jahat secara diam-diam. Karena memang, yang sengaja mengirim pesan itu adalah Veni di luar sepengetahuan Elvan.
"Sayang, aku mau ambil makanan duluan, ya."
"Okay–" Elvan masih asik mengobrol dengan teman-temannya tidak menyadari kehadiran Erika.
Veni pun mendekati meja prasmanan. Ia mengambil banyak sekali lauk-pauk berkuah kental dan nasi sambil sesekali melirik ke arah Erika.
Umpan ku sudah dimakan saatnya menarik kail ke permukaan.
Perempuan itu melangkah maju mendekat kearah Erika, dimana sosoknya yang gemuk itu perlahan mulai menyadari wajah familiar yang sedang mendekatinya, saat jarak sudah hanya sebatas satu meter.
Ia tak mampu lagi menghindari piring berisi penuh makanan yang terlihat diarahkan kepadanya.
Praaaaaaaaang…
"Kyaaaaaaaaaaa!"
Erika menjerit sebelum akhirnya jatuh terlentang dengan wajah dan sebagian dadanya penuh dengan tumpahan makanan.
Semua orang pun memusatkan perhatian pada Erika. Sementara Veni menutup mulutnya sendiri.
"Haduh, ya ampun!" Ia pura-pura panik dengan keadaan Erika yang kotor dan berlemak.
"Waaaass weeess woosss…" orang-orang mulai berbisik. Dan tak ada satupun dari mereka yang mau membantu Erika untuk bangkit.
"Ya ampun, maaf ya? Maafkan aku!" Veni berkata seolah amat menyesali perbuatannya itu.
Sambil menahan malu dan sakit, Erika memutar tubuhnya ke samping agar makanan yang memenuhi wajahnya bisa tersingkirkan.
Braaaaaaattzzz…
Kedua mata Erika membulat sebagian bajunya robek akibat tekanan.
"Pffffft…." Veni menahan tawa. Tak hanya itu, orang-orang pun terlihat menertawakan.
Pelan-pelan ia berusaha bangkit. Namun kesulitan karena lantai yang menjadi licin. Sementara itu matanya menangkap sosok Elvan yang menerobos kerumunan.
Ia pun mulai bisa tersenyum berharap suaminya akan membantunya dan membawa dia pergi dari sini. Namun apa yang terjadi, saat tangan terulur pria itu justru balik badan.
Elvan, dia— mengabaikanku?
Erika tertegun dengan mata yang mulai menganak sungai, tatkala melihat punggung Elvan yang semakin menghilang ditelan kerumunan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Bunda dinna
Dunia memang kejam,,masih banyak yg berpikir penampilan sangat penting.
Dunia hanya untuk yg goodloking,,buat Erika berjuanglah untuk jadi wanita yg ideal
2024-01-25
1
Bunda Aish
Erika.... Erika ga habis pikir kenapa masih saja bermimpi dicintai Elvan, kapan kamu akan sadar 🤦🤦😬
2024-01-14
1
Eneng Elsy
moga kejadian ini jd titik balik Erika buat buka mata&hati nya.
2024-01-10
1