Menantu Selamanya Adalah Menantu
Hari itu pak de ku tak bisa mengantarku ke kost karena kerja pagi. Pak de bekerja sebagai satpam di salah satu rumah sakit ternama di kota ini. Begitupun kakak sepupuku Lia. Ia bilang sedang tidak enak badan. Aku bingung harus berangkat dengan siapa. Sedang aku masuk kerja shift 2 jam 2 siang. Jam menunjukan pukul 11. Tapi belum ada tanda-tanda ada yang mau mengantarku. Bisa saja aku naik ojek online, tapi aku takut dengan banyaknya kasus kriminal akhir-akhir ini. Apalagi jalan menuju tempat kerjaku adalah sawah dan perkebunan. Rawan begal. Selain itu aku juga bisa lebih menghemat uang jika diantar. Maklum, aku ini adalah anak rantau yang menumpang tinggal di rumah pak de ku. Tapi biar begitu mereka tetap memperlakukanku dengan sangat baik. Tidak membedakan aku dengan anggota keluarga yang lain.
"Minta antar Adit saja" kak Lia memberi saran.
"Tapi ga enak kak, masa iya gak ada angin ga ada hujan tiba-tiba minta antar. Takut dikira ada maunya" kataku.
Adit adalah teman sewaktu kita SMP dulu. Satu kelas, tapi tak akrab hanya sebatas kenal saja.
"Coba saja dulu, siapa tau dia mau".
"Baiklah, aku coba kirim pesan dulu".
Aku mencoba menghubunginya lewat pesan whatsapp. Untung kemarin habis reuni kita bikin grup chat. Jadi lebih mudah menemukan kontak mereka. Biarpun malu setengah mati, aku tetap mencoba mengirim pesan demi kelancaran kerjaku. Binggo dia mau mengantarku .
"Alhamdulillah".
"Bagaimana, apa Adit mau mengantarmu?"
"Iya mau kak, aku siap-siap dulu ya".
"Ya sudah sana".
"Tapi Adit bilang tak tahu rumah kita kak?"
"Masa, bohong itu. Dulu kan dia juga pernah kesini waktu kerja kelompok".
"Hhhhhmm entahlah..
Aku yang sudah beres bersiap duduk di teras. Menunggu kabar dari Adit. Karena chat terakhir dia bilang sudah on the way.
"Kak, Adit bilang sudah sampai di depan RS"..
"Lahh, kenapa di sana ngga ke rumah saja? ayok kakak antar, nanti kamu terlambat"
"Ngga tau tuhh.."
"Budhe, pamit yaa.. "
"Ehh, jadi berangkat sekarang? Sama siapa?"
"Jadi budhe, sama Adit"
"Adit siapa?"
"Itu, temen SMP dulu mah" sambung kak Lia.
"Temen apa temen" Nenek menyahut dari dalam.
"Temen nek, kami dulu satu kelas". Jawabku.
"Hati-hati Yanti, nanti kalau sudah sampai kabarin budhe yaa.."
"Siap budhe.."
Aku ganti salaman ke nenek Asih.
"Pamit ya nek, assalamu'alaikum.."
"Iya, waalaikum salam. Awas lho nanti jatuh cinta.."
"Iiiiihh apaan sih nenek..."
Mereka semua sontak menertawakan ku.
"Ada-ada saja nenek ini" ujarku dalam hati.
Nenek Asih adalah nenek kandung kak Lia dari budhe yang juga tinggal bersama kami satu atap.
Aku memanggilnya nenek karena mereka sekeluarga memang tidak membedakan antara aku dan kak Lia ataupun kak Sena. Apa yang kak Lia punya, aku pasti punya. Kak Lia beli sepatu, aku juga dibelikan. Kak Lia beli tas sekolah, aku pun sama. Begitu terus dari dulu hingga sekarang. Usia kita memang beda dua tahun, tapi kami satu angkatan karena dulu dikampung aku telat daftar sekolah saat SD.
Kak Sena adalah anak sulung dari pak de juga budhe ku. Sekarang dia sudah lulus kuliah. Sedang bekerja di salah satu Supermarket di kota ini. Menempati posisi Manager membuatnya lebih sibuk sekarang. Hingga kadang aku terombang-ambing begini kalau habis weekend. Tidak ada yang mengantar kembali ke kost. Hufftt..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments