Bab 2. Mengagumi dalam hati

Canggung itu yang aku rasakan saat aku berhadapan kembali dengan nya.

"Katanya sakit, ko bisa antar sampai sini?" Adit berujar setelah mematikan mesin motor nya. Kak Lia hanya nyengir cengengesan.

"Kasihan Yanti kepanasan".

"Aku pamit ya kak, "

"Iya, hati-hati dijalan. Jangan ngebut ya Dit, titip Yanti."

"In sya Allah selamat sampai tujuan."

Adit menyalakan mesin motor kembali. Melaju membelah jalanan. Motor antik yang jarang anak muda jaman sekarang mau menaiki nya. Aku yang takut jatuh memilih berpegangan pada jaket nya. Aku terus membuang muka ketika mata kami saling bertubrukan dikaca spion.

Setelah sampai, aku langsung ke kamarku untuk berganti pakaian. Sedang Adit duduk menunggu diteras depan. Saat aku keluar dari dalam kamar, mataku langsung tertuju pada Adit yang tengah memainkan ponsel sambil merokok. Adit mengenakan kaos putih, jaket hitam, juga celana jeans ketat hitam. "Ganteng" ucapku. Tapi hanya dalam hati. hihihi

"Ayok aku sudah selesai."

"Ayo, kamu sudah beres?" Adit segera mematikan rokok yang sedang dihisapnya itu.

"Hm"

Adit mengantarku kembali, ke depan gerbang tempat kerjaku.

"Terima kasih sudah mengantarku sampai sini, hati-hati dijalan ya."

"Sama-sama".

Aku berdiri menunggu Adit menyalakan mesin motornya. Tapi hanya diam.

"Ngapain masih disini, sana masuk".

"Aku tunggu kamu jalan dulu"

"Kamu masuk saja dulu, nanti aku pulang"

"Hahaha baiklah.."

Aku berjalan pelan menuju gerbang, Adit masih diam di motornya. Setelah mendekati gerbang, barulah terdengar suara mesin motor menyala.

"Hahahaha lucunya" Aku tertawa sendiri seperti orang gila.

Sampai di loker, aku bertemu Cinta yang juga sedang menyimpan tas nya.

"Kenapa kamu, senyum-senyum begitu?" Sapanya.

"Eh Cinta, kamu udah dateng. Ga papa lagi seneng aja" hehe aku jawab sambil cengengesan.

"Alah jangan bohong kamu, lagi kasmaran ya. Cieee.. punya pacar"

"Apaan sih, ngga ya Cinta.. dah yuk masuk, sebentar lagi bel"

"Asiiik ada yang jadian nih, pajak pajak"

"Astagfirullah.. aku hanya bisa menggeleng melihat Cinta yang terus menggodaku. Bahkan saat briefing pun, Cinta masih saja bisik-bisik. Masih untung tidak ditegur atasan karena ulah Cinta.

Selesai briefing kita langsung ke Line masing-masing. Aku dan Cinta kebetulan satu Line. Partner yang oke cinta tuh. Dia yang kerja serba gercep bisa mengimbangi aku yang lambat. Aku bisa menyamakan cara kerja dia yang santuy tapi gercep begini juga gara-gara dia. Awalnya aku kesulitan, tapi karena ketelatenan dia mengajariku tiap hari aku jadi terbiasa.

"Tteettt.." bel istirahat ashar berbunyi. Aku dan Cinta segera mengantre wudhu untuk sholat. Waktu istirahat ashar tidak banyak, hanya lima belas menit. Cinta yang selesai lebih dulu buru-buru memakai sepatu nya.

Yuuk buruan, sebentar lagi bel bunyi lagi"

"Iya duluan saja, masih ada waktu 3menit. Aku ambil minum dulu"

"Oke..."

Tepat saat aku kembali ke Line, bel masuk berbunyi. Kami melanjutkan pekerjaan hingga adzan Maghrib. Aku dan Cinta tidak langsung wudhu, tapi antre mengambil makan lebih dulu. Barulah selesai makan kita mengambil wudhu untuk melaksanakan kewajiban kita sebagai umat muslim.

Aku dan Cinta bisa dibilang satu frekuensi karena lebih memilih makan yang disediakan kantin daripada makan diluar. Sama-sama menghemat demi kebutuhan keluarga yang sedikit banyak nya harus kita bantu. Cinta yang harus membiayai adiknya sekolah. Sedangkan aku yang harus mengirim uang ke kampung.

Bukan hanya di kampung, tapi pak de ku juga setidaknya mendapat bagian, karena aku selama ini tinggal bersama keluarga nya tanpa menuntut apapun. Apalagi kadang pak de yang selalu menutupi biaya sekolah ku jika ayah dan ibuku telat mengirim uang.

Pukul 08.00 malam, Cinta mulai menguap.

"Bu, ngantuk nihh.."

" Apa. Mau kopi? Tanyaku.

" Ngga ah, kita gosip aja bu"

"Astagfirullah Cinta..."

"Hehehe gosipin kamu yuuk bu"

"Tuhh kan, mulai nihh.."

"Gimana.. gimana.. kamu udah jadian bu? "

"Apaan sihh ngga bu, aku tuh tadi minta antar aja.."

"Eciieee diantar siapa bu? temen apa pacar?"

" Temen bu, dia tuh temen aku waktu SMP dulu"

"Nama nya siapa bu? Spill dikit lahh, he"

"Huaaaa kepo banget yaa kamu ini. Ganti topik yuk. Gimana kalo dibalik, aku yang kepoin kamu hhm hhmm?" Aku serang balik sambil menaik turunkan alis. Hahaha. Cinta langsung kelabakan.

"Eh jangan dong. Ya udah deh, aku tanya sekali lagi ya. Kamu beneran temenan aja bu sama dia, ga ada pacaran pacaran?"

"Beneran bu aku cuman temenan aja sama dia.."

Menyebalkan. Cinta terus saja mencecar ku sepanjang bekerja. Aku jawab sekedar nya saja, penting aku jadi melek ngga ikutan ngantuk. Begitu saja terus sampai bel pulang.

"Yuuk bu keluar.."

"Yuk, aku ambil Tumbler dulu sebentar"

"Bu, kamu mau diantar ngga?"

"Ngga lah bu, aku jalan kaki saja kan deket "

"Oke deh, kamu berani kan bu?"

"Berani bu, kan masih banyak orang yang lalu lalang"

"Beneran yaa, aku duluan nih"

"Iya bu, tenang saja. Aku mau cari makan dulu nih laper. Lagi kan anak-anak juga masih banyak yang nongkrong cari makan".

"Ya sudah, aku duluan ya. Kamu hati-hati bu sudah malam. Takut. Langsung pulang kalau sudah".

"Siaaapp.. daahhh..." Khawatir nya sudah seperti mamah ku saja Cinta ini. Hmm

Cinta pulang dengan mengendarai sepeda motor nya. Sedang aku melanjutkan langkah mencari makan. Malam begini biasa nya ada nasi goreng, nasi pecel, sama nasi uduk. Tapi seperti nya aku ke warteg saja minta telor ceplok sama si Ibu. Kalau nasi goreng satu porsi aku pasti tidak habis. Mubazir kalau terbuang.

"Neng, baru nyampe?"

"Eh iya teh, teteh sudah dari tadi ya?"

"Belum lama, teteh juga lagi ngaso dulu ini"

"Kalau begitu mari teh, saya ke kamar dulu"

"Mangga neng.."

Aku tersenyum melewati teh Yeni yang sedang istirahat di teras. Membuka pintu kamar, aku segera melepas sepatu dan membawa nya ke dalam. Bukan takut hilang sepatu nya diluar, tapi biasanya jadi kotor karena terinjak penghuni kost yang lain.

Gerah seharian bekerja, aku memutuskan mandi terlebih dahulu . Biarpun sudah malam aku tetap mandi air dingin supaya segar. Karena jika tak mandi bukan hanya badan yang lengket dan gatal, tapi tidur pun jadi tidak nyenyak.

Selesai urusan mandi dan makan, aku membuka hp melihat chat yang masuk.

"Astagfirullah" Aku lupa mengabari budhe tadi siang. Banyak chat juga panggilan tak terjawab dari mereka sejak sore tadi. Aku buru-buru mengirim pesan kalau aku sudah sampai tadi siang tanpa kendala. Kalau menelpon mereka pasti sudah tidur.

Tadi siang karena buru-buru aku tidak sempat mengabari mereka. Saat Maghrib juga waktunya mepet. Semoga besok pesan nya terbaca. Jadi mereka tidak khawatir lagi.

"Tok.. tok.. tok... neng"

Aku terjengkit kaget ada yang ketok pintu malam-malam begini.

"Neng, ini teh Yeni" suara nya mulai memelan.

"Huhhh aku kira siapa"

" Iya teh, kenapa? tanyaku.."

"Ini... maaf ya malam-malam begini teteh ganggu istirahat kamu"

"Ga papa teh, kebetulan aku juga belum tidur kok baru selesai makan. Ada apa teh?"

" Begini.. teteh sebenernya ga enak neng mau bilangnya.." Dari raut mukanya teh Yeni terlihat ragu.

"Teteh mau pinjam uang neng, 200 ribu. Teteh sudah tidak punya pegangan sama sekali buat jajan anak-anak besok"

"Hehehe" Aku hanya diam manggut-manggut. Bingung mau jawab apa.

"Neng kan tahu sendiri, kita belum gajihan. Siapa tahu gitu, neng punya simpanan. Neng kan masih sendiri belum punya anak kaya teteh. Apalagi anak teteh banyak" Tambah nya lagi.

"Aduh, gimana ya teh. Saya juga buat pegangan sampai akhir bulan ini. Gajihan kemarin sudah saya kirim ke kampung". Jawabku enggan mengiyakan permintaan nya itu.

Bukannya aku tidak mau menolong, tapi aku sendiri juga benar-benar untuk bekal jajan sampai akhir bulan ini.

"Begini saja neng, teteh pinjam 200 ribu, tapi untuk bayar kontrakan eneng bulan depan. Jadi nanti awal bulan neng tinggal bayar sisanya. Itung-itung nyicil neng".

"Baiklah kalau begitu. Mudah-mudahan uang saya cukup sampai akhir bulan ya teh".

"Terima kasih ya neng. Tapi neng jangan bilang ke emak kalau teteh pinjam uang yah"

"Kenapa memang nya teh?"

"Soalnya kalau uang kontrakan emak yang ambil teteh suka ngga dikasih"

"Oohh begitu.." Jawabku cengengesan sambil menggaruk rambut yang tak gatal.

Aduh, bagaimana ini masa aku harus berbohong sih. Bagaimana nanti kalau emak tanya? Huuhhh sudahlah. Aku segera mengunci pintu kembali. Merebahkan badanku di atas kasur. Mencoba menutup mata, tapi tak bisa. Kenapa ya? Aku membuka hp kembali. Melihat chat dari sore yang belum sempat terbaca. Menscroll ke bawah.

"Lahh kok lihat profil si Adit sih, wahhh ga bener ini"

Aku kebingungan sendiri kenapa bisa sampai melihat profil nya Adit.

"Astagfirullah.. masa aku suka sama Adit sih. Jangan-jangan aku mulai suka lagi seperti yang dibilang si Cinta. Waahh parah sih ini, masa iya aku suka. Ngga.. ngga bener ini. Aku harus segera tidur. Bismillahirrahmanirrahim..."

Terpopuler

Comments

Bé tít

Bé tít

😍😍😍😍😍

2024-01-02

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Mengagumi dalam hati
3 Bab 3. Adit saja
4 Bab 4. Lampu Restu
5 Bab 5. Numpang Lamaran
6 Bab 6. Mulai curiga
7 Bab 7. Spill Pernikahan
8 Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9 Bab 9. Canda Galau
10 Bab 10. Perang Batin
11 Bab 11. Masih Julid
12 Bab 12. Terkena maag
13 Bab 13. Di jenguk kak Lia
14 Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15 Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16 Bab 16.Resepsi ke-2
17 Bab 17. Di tuding mandul
18 Bab 18. Tangis tak bertepi
19 Bab 19. Ada Kista
20 Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21 Bab 21.Mengasingkan Diri
22 Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23 Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24 Bab 24. Surprise Pindahan
25 Bab 25. Syukuran
26 Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27 Bab 27. Ketahuan Lagi
28 Bab 28. Pak de berkunjung
29 Bab 29. Gabug
30 Bab 30. Jadwal ke dokter
31 Bab 31. Liburan Tipis
32 Bab 32. Garis dua
33 Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34 Bab 34. Tamu tak diundang
35 Bab 35. Tim Rusuh
36 Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37 Bab 37. Sidak Dadakan
38 Bab 38. Dipermalukan
39 Bab 39. Buah dari sabar
40 Bab 40. Mudik
41 Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42 Bab 42. Kasih Ibu
43 Bab 43. Silaturahmi
44 Bab 44. Salah Praduga
45 Bab 45. Pengajian penuh gosip
46 Bab 46. Bahagia bareng bestie
47 Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48 Bab 48. Nengok Utun
49 Bab 49. Kena Karma
50 Bab 50. Mulut Jahat
51 Bab 51. Tak Dianggap
52 Bab 52. Mengadu
53 Bab 53. Makan Telur
54 Bab 54. Bikin Iri
55 Bab 55. Pengakuan
56 Bab 56. Hampir Menyerah
57 Bab 57. Kesal
58 Bab 58. Perut Semangka
59 Bab 59. Panik
60 Bab 60. Operasi Dadakan
61 Bab 61. Di marahi dokter
62 Bab 62. Tidak boleh minum
63 Bab 63. Derita Pasca SC
64 Bab 64. Di klaim manja
65 Bab 65. Luka terbuka
66 Bab 66. Uang yang berkuasa
67 Bab 67. Buntut dari Air Mata
68 Bab 68. Puasa Biar Kurus
69 Bab 69. Berusaha Mendekat
70 Bab 70. Dan terjadi lagi
71 Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72 Bab 72. Kesepakatan Bersama
73 Bab 73. Persiapan buka toko
74 Bab 74. Dianggap Benalu
75 Bab 75. Cemburu soal anak
76 Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77 Bab 77. Mulai Gerah
78 Bab 78. Beli Mobil
79 Bab 79. Syukuran
80 Bab 80. Liburan
81 Bab 81. Batas Kesabaran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Mengagumi dalam hati
3
Bab 3. Adit saja
4
Bab 4. Lampu Restu
5
Bab 5. Numpang Lamaran
6
Bab 6. Mulai curiga
7
Bab 7. Spill Pernikahan
8
Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9
Bab 9. Canda Galau
10
Bab 10. Perang Batin
11
Bab 11. Masih Julid
12
Bab 12. Terkena maag
13
Bab 13. Di jenguk kak Lia
14
Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15
Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16
Bab 16.Resepsi ke-2
17
Bab 17. Di tuding mandul
18
Bab 18. Tangis tak bertepi
19
Bab 19. Ada Kista
20
Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21
Bab 21.Mengasingkan Diri
22
Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23
Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24
Bab 24. Surprise Pindahan
25
Bab 25. Syukuran
26
Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27
Bab 27. Ketahuan Lagi
28
Bab 28. Pak de berkunjung
29
Bab 29. Gabug
30
Bab 30. Jadwal ke dokter
31
Bab 31. Liburan Tipis
32
Bab 32. Garis dua
33
Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34
Bab 34. Tamu tak diundang
35
Bab 35. Tim Rusuh
36
Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37
Bab 37. Sidak Dadakan
38
Bab 38. Dipermalukan
39
Bab 39. Buah dari sabar
40
Bab 40. Mudik
41
Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42
Bab 42. Kasih Ibu
43
Bab 43. Silaturahmi
44
Bab 44. Salah Praduga
45
Bab 45. Pengajian penuh gosip
46
Bab 46. Bahagia bareng bestie
47
Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48
Bab 48. Nengok Utun
49
Bab 49. Kena Karma
50
Bab 50. Mulut Jahat
51
Bab 51. Tak Dianggap
52
Bab 52. Mengadu
53
Bab 53. Makan Telur
54
Bab 54. Bikin Iri
55
Bab 55. Pengakuan
56
Bab 56. Hampir Menyerah
57
Bab 57. Kesal
58
Bab 58. Perut Semangka
59
Bab 59. Panik
60
Bab 60. Operasi Dadakan
61
Bab 61. Di marahi dokter
62
Bab 62. Tidak boleh minum
63
Bab 63. Derita Pasca SC
64
Bab 64. Di klaim manja
65
Bab 65. Luka terbuka
66
Bab 66. Uang yang berkuasa
67
Bab 67. Buntut dari Air Mata
68
Bab 68. Puasa Biar Kurus
69
Bab 69. Berusaha Mendekat
70
Bab 70. Dan terjadi lagi
71
Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72
Bab 72. Kesepakatan Bersama
73
Bab 73. Persiapan buka toko
74
Bab 74. Dianggap Benalu
75
Bab 75. Cemburu soal anak
76
Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77
Bab 77. Mulai Gerah
78
Bab 78. Beli Mobil
79
Bab 79. Syukuran
80
Bab 80. Liburan
81
Bab 81. Batas Kesabaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!