Seminggu setelah kejadian hari itu berlalu. Weekend kali ini aku dijemput kak Lia sepulang kuliah. Kuliah jurusan pendidikan agama Islam semester 4. Jadwalnya pulang sore, jadi bisa sekalian jemput aku di tempat kost. Aku sebenarnya pulang kerja itu jam 3 sore. Tapi kak Lia selesai mata kuliahnya jam 5 sore. Jadilah aku menunggu sambil bersih-bersih kost juga mandi. Lumayan kan, nanti sepulang dari rumah pak de kamarku sudah bersih.
"Neng, ngga mudik?" Tanya emak.
"Eh mak, mudik kok ini lagi nunggu dijemput. Sambil bersih-bersih kamar dulu mak"
"Ooohh iya, rajin kamu ya?"
"Ah ngga, ini mumpung ada waktu saja mak"
Emak langsung duduk di depan pintu kamarku.
"Oh tidak, jangan-jangan emak mau tanya uang kontrakan lagi" gumamku dalam hati. Aku langsung menyusul duduk setelah membuang sampah.
"Emak lagi santai ya?" Tanyaku memulai obrolan.
"Iya neng, sambil jaga cucu yang sedang bermain. Tuh, main mobilan dipinggir jalan neng. Takut ada motor ngebut emak tuh kalau ngga ditungguin neng"
"Iya mak, saya juga ngeri liat yang ngebut gitu, takut nabrak orang". hiiiiiii
" Eneng bulan ini belum bayar kontrakan ya? Maaf ya, emak tanya duluan. Bukan nya mau menagih, tapi ini sudah telat lebih dari seminggu neng" Nah kan sudah ku duga, pikirku.
"Begini mak. Sebenarnya aku sudah bayar kontrakan kemarin tepat waktu. Teh Yeni yang ambil kesini mak"
"Loh kok teh Yeni, kan biasanya ke emak?" Tanya nya sedikit kaget karena biasa nya tidak begini.
"Sebenarnya.. seminggu yang lalu teh Yeni kesini pinjam uang. Dua ratus ribu mak. Katanya untuk jajan anak-anak. Terus teh Yeni juga bilang, ini untuk bayar kontrakan saja neng. Nanti awal bulan tinggal bayar sisanya. Makanya kemarin aku tidak bayar ke emak, karena sisanya juga sudah diambil sama teh Yeni mak" Jelasku panjang lebar.
"Kok gitu ya, buat apa neng teh Yeni pinjam uang? Kan si aa kerja, teh Yeni juga kerja. Masa iya masih kekurangan uang?"
"Wah kalau itu saya kurang tahu mak. Yang penting saya bayar. Toh bayar nya juga ke yang punya kontrakan. Pikirku begitu mak"
"Kalau begitu salah neng, kontrakan ini kan untuk simpanan emak.."
"Maaf mak, kalau masalah itu saya kurang paham. Jadi sebenarnya saya harus bayar ke siapa nanti?"
"Ke emak saja neng. Kontrakan ini kan punya emak. Teh Yeni hanya mantu"
"Iya mak, kalau begitu nanti untuk bulan depan saya bayar ke emak"
"Ya sudah, emak permisi dulu neng. Terima kasih ya sudah jawab jujur. Kalau eneng tidak bilang pasti akan jadi kebiasaan seperti ini terus. Nanti akan emak diskusikan bersama keluarga bagaimana baik nya. Maaf ya, sudah ganggu waktu nya".
"Iya mak, tidak apa-apa"
Aku jadi berfikir yang tidak-tidak tentang teh Yeni. Bukan nya su udzon, tapi di tempat kerja memang sudah tidak aneh lagi tentang kabar miring teh Yeni.
Belum sempat aku menutup pintu, kak Lia datang dari arah depan. Senyumku melebar.
"Assalamu'alaikum.."
"Waalaikumsalam ayo kak masuk dulu. Mau langsung pulang apa istirahat dulu sebentar?" Tanyaku.
"Istirahat dulu ya capek aku. Mau tiduran dulu sebentar".
"Oke."
"Mau minum dong, haus banget ini diperjalanan"
"Ya Allah, sampai lupa ngga nawarin minum. Mau air putih atau mau aku pesankan es kak?"
"Air putih saja dulu. Tapi pesan es juga boleh" Hihihi jawab nya cengengesan.
"Huuu roman-roman nya bau yang tidak beres nih?"
"Katanya habis gajihan, bolehlah traktir bakso"
Seperti biasa, kak Lia memang begitu kalau tau aku gajihan. Tak apa, selagi masih ramah dikantong pasti aku kabulkan.
"Boleh, nanti saja ya sekalian jalan pulang. Sekarang es saja dulu, lagi kan ngga ada yang jual bakso nya".
"Oke. Nanti aku kasih taju tempat makan bakso yang enak". Katanya.
"Jangan yang mahal-mahal.."
"Iya.. iya.. tenang saja.."
Aku mulai curiga kalau dia sudah ngajak makan ke suatu tempat. Nyata nya pas pulang bukan hanya beli bakso. Tapi juga segala tetek bengeknya. Tidak enak kalau pulang habis gajihan tapi dengan tangan kosong. Aku membeli martabak kesukaan pak de, sekalian menu makan malam nya aku beli untuk kita makan bersama.
Yang penting mereka bahagia, aku tak masalah. In sya Allah rejeki datang dari arah mana saja.
"Wah bawa apa ini Yanti?" Sambut pak de di depan pintu.
"Bawa martabak kesukaan pak de, sekalian aku juga beli untuk makan malam. Sudah pada makan belum?"
"Belum, baru nenek tadi yang makan duluan. Ngga kuat kata nya".
"Ya sudah nanti kita makan bareng.."
"Iya.."
"Yanti, sudah sampai kamu? Sehat?"
"Sudah budhe, alhamdulilah sehat.."
Aku masuk ke dalam kamar setelah makan dan ngobrol bersama mereka. Nyaman. Enak rasanya kembali ke kamar ini. Biarpun bukan rumah sendiri, tapi aku sudah menganggap mereka layaknya keluarga sesungguhnya. Bagian dari hidupku, yang tidak mungkin aku lupa. Tanpa mereka aku tidak mungkin bisa seperti sekarang ini.
Di rumah ini ada dua lantai. Lantai atas ada dua kamar. Satu kamar untuk aku dan kak Lia. Satunya lagi untuk kak Sena. Sedangkan dilantai bawah ditempati pak de dan budhe juga nenek.
Meskipun satu kamar aku dan kak Lia tetap beda kasur. Aku lebih nyaman menggunakan kasur lipat khusus untuk satu orang. Daripada satu kasur dengan kak Lia tapi ujung-ujungnya tidur dilantai gara-gara gaya tidurnya yang tidak beraturan.
Saat adzan subuh terdengar aku langsung bangun. Mengambil wudhu dilantai bawah kemudian sholat. Kebiasaan kami setelah sholat subuh langsung menyiapkan sarapan di dapur. Semua turut membantu. Tidak ada yang tidur lagi.
Aku mengambil ponsel ketika ramai terdengar suara chat masuk. Ternyata dari grup reuni SMP. Mereka sepakat akan pergi ke taman kota malam ini. "Aduhh.. aku dengan siapa ya?" batinku. Karena bestiku sudah pasti dengan pasangan mereka masing-masing.
"Klunting.." Pesan dari Adit? Ngga salah? pikirku..
Setengah penasaran aku membuka pesan dari Adit.
"Yanti, apa kamu mau pergi juga malam ini?"
Haahh beneran ini si Adit? Ya sudah aku jawab saja.
"Ingin nya sih gitu, tapi aku belum ada teman untuk tebengan. Kamu kan tau sendiri aku tidak bisa bawa motor".
"Ya sudah kamu bareng aku saja, gimana?"
"Beneran? Ngga ngerepotin? Nanti kalau ada yang marah gimana?"
"Ngga lah, aku juga belum ada teman nya. Memang nya yang mau marah siapa? Aku belum punya pacar"
"Boleh deh kalau gitu, nanti langsung ke rumah saja ya"
"Oke.."
Benar saja, saat berkumpul hendak berangkat mereka sudah membonceng pasangan nya masing-masing. Termasuk kak Lia. Hanya aku dan Adit yang status nya masih teman. Tidak apa, yang penting aku bisa jalan-jalan sekedar melepas penat saat kerja.
Mereka yang berpasangan terus saja menggodaku dan Adit supaya kami jadian. Lucu sekali mereka ini, seenaknya saja menjodohkan orang. Tapi benar, sejak saat itu aku jadi sering berkirim pesan dengan Adit. Bahkan yang antar jemput aku dari kost juga Adit. Apa iya kami saling jatuh cinta?
Karena sudah terbiasa, aku dan Adit pun sering pergi jalan berdua. Tidak ada status pacaran. Tapi kami saling nyaman. Hingga suatu weekend Adit menjemput ku ke kost kemudian ke rumah pak de. Adit langsung mengantarku sampai depan rumah.
"Terim kasih ya sudah mengantarku, kamu langsung pulang saja".
"Itu ada pak de mu, aku masuk dulu sebentar"
"Haaaaa.." Aku melongo. Bisa-bisanya Adit langsung nyelonong masuk dan menyalami pak de juga teman nya yang sedang ngobrol di teras. Aku bahkan mati-matian menahan malu di depan pak de karena diantar oleh seorang lelaki. Tapi Adit malah dengan santainya menyapa mereka. Duduk disana, turut bergabung mengobrol bersama mereka.
Ini pertama kalinya aku terlihat datang diantar lelaki oleh pak de. Bukannya belum pernah, tapi biasanya mereka hanya mengantar sampai ujung gang saja. Tidak ada yang berani mengantarku langsung, karena takut akan pak de yang terkenal galak.
Tak lama setelah Adit dan pak Pur pulang, pak de menyusul masuk. Kami sedang berkumpul di depan TV dengan anggota lengkap.
"Tadi itu siapa Yanti?" Nah kan, mulai wawancara nih. Huaaa bagaimana ini?
"Teman pak de, nama nya Adit. Yang waktu itu sempat mengantarku ke kost karena pak de sedang kerja pagi.."
"Calon tuh pak.." Kak Lia mulai nyeletuk.
Aku benar-benar cengo mendengarnya. Sedang kak Sena malah tertawa lebar. Menyebalkan. Ini pasti akan dijadikan bahan olok-olok oleh mereka.
"Ya sudah, berarti mulai sekarang yang antar jemput Yanti ganti Adit ya pak?" Kak Sena ikut menyahut.
"Kok Adit. Tetap kak Sena lah.." Aku menjawab protes, tapi pak de hanya tertawa terkekeh.
"Memang nya kenapa kalau Adit Yanti? Dia baik lho orang nya. Sopan lagi, tadi saja dia ikut mengobrol bareng pak Pur. Pak Pur juga mengakui"
"Pak de kan baru sekali ini bertemu, masa iya langsung bilang baik. Kita kan belum tahu juga dia yang aslinya seperti apa pak de.."
"Lha.. ya sudah pasti baik. Buktinya saja tadi dia berani terang-terangan antar kamu. Coba kalau yang lain, paling juga sampai ujung gang antarnya" Sindir pak de..
Aku tau sebenarnya pak de sudah tau kalau aku selama ini diantar oleh teman lelaki jika pak de dan kak Sena berhalangan mengantarku. Makanya pak de bisa bilang begitu.
"Padahal Adit suka lho pak sama Yanti, tapi Yanti ngga mau" Kak Lia mulai mengompor-ngompori.
"Idih, sok tau. Memangnya kak Lia tau dari mana?"
"Kalau orang nya baik dan bertanggung jawab, kenapa ngga? Nanti pak de yang bilang sama Adit"
"Bener tuh pak, padahal Adit sudah lumayan mapan lho. Si Yanti saja yang b\*\*o menyiakan lelaki sebaik Adit"
"Memangnya Adit kerja dimana?"
"Itu lho pak, salah satu perusahaan bonafit di kota ini.. Katanya gengsi karena Adit kurang ganteng. Padahal apa coba kurangnya si Adit. Dia baik, bertanggung jawab, kerja juga sudah mapan. Ganteng itu relatif Yanti. Kamu nya saja yang kurang bersyukur. Buktinya saja selama ini dia antar jemput kamu selalu oke kan. Dia rela tanpa pamrih. Dan tanpa menuntut balik apa-apa"
"Haduh.. kompor kak Lia makin panas ya"
Kali ini bukan kak Sena saja yang tertawa lebar, tapi mereka semua.
"Tidak boleh seperti itu Yanti, kalau dia memang serius sama kamu, kenapa ngga? Yang penting dia itu baik, sopan, bertanggung jawab, juga sayang sama kamu. Toh pekerjaan nya sudah mapan. Ganteng itu bonus. Jangan mempermainkan perasaan orang Yanti, berterus terang saja kalau memang kamu tidak suka. Jangan menaruh harapan pada orang lain, kasihan"
"Iya pak de.."
Huh belum-belum aku sudah kena sidang begini..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Silvia Gonzalez
Baca cerita ini seperti terlempar ke dunia lain. Aku suka banget, terima kasih telah membuat pengalaman membaca ini begitu intens. 🙌
2024-01-04
2