Bab 4. Lampu Restu

Liburanku minggu ini cukup lama. Mulai dari hari Jum'at sore sampai Senin pagi. Minggu ini aku kerja dapat shift 1, kebetulan juga tidak ada lembur jadi bisa pulang lebih cepat. Seperti biasa, aku dijemput Adit ketika hendak pulang ke rumah pak de.

"Yanti sudah pulang belum?" Pesan dari Desi tetangga kost ku yang juga satu tempat kerja.

"Belum, kenapa?"

Tok.. tok.. tok..

"Woy.. buka woy.."

Kebiasaan si Desi kalau mau masuk kamarku pasti tidak sabaran. Cewek tomboy, ceria, tapi alim. Kenapa aku bilang alim? Karena kelakuan nya bar-bar tapi kalau urusan sholat dan aurat dia nomor 1. Dimana pun berada, Desi selalu jadi biang rusuh. Tapi ya itu, kegiatan nya setelah kerja pasti pergi kajian bareng teman nya. Mau heran, tapi itu Desi. Walaupun kami tetangga satu kost, tapi jarang bertemu karena kami beda shift. Hanya jika senggang saja kami mengobrol di teras.

"Tunggu dulu, sabar kenapa?" Sahutku ketus.

"Ada apa?" Bukan nya menjawab Desi malah langsung nyelonong masuk duduk di atas kasur.

"Kamu bulan ini sudah bayar kontrakan belum?"

"Sudahlah kenapa emang?"

"Itu.. kemarin teh Yeni datang ke kamarku. Katanya nanti kalau mau bayar kontrakan suruh ke dia saja katanya. Aku jadi bingung, awal datang katanya bayar ke emak. Sekarang ganti ke teh Yeni, gimana?"

"Ini juga yang mau aku tanyakan ke kamu sejak kemarin-kemarin tapi belum ada waktu. Mau kirim pesan juga lupa"

"Terus bagaimana? Kita harus bayar ke siapa?"

"Entahlah. Aku juga bingung. Kemarin teh Yeni juga kesini pinjam uang ujung-ujungnya buat bayar kontrakan. Tapi aku disuruh tutup mulut kalau teh Yeni pinjam uang. Terus tak lama emak juga kesini nagih uang kontrakan. Aku bilang saja sudah bayar ke teh Yeni, gitu"

"Tuh kan.. aku juga curiga teh Yeni itu ngga bener. Kamu ngga tau memang tentang gosip di tempat kerja itu?"

"Tahu lah. Semua orang juga sudah tahu kali. Gosipnya sudah tersebar kemana-mana. Apalagi ditambah emak bilang ini itu kontrakan punya emak. Tapi teh Yeni seenaknya ambil uangnya. Emak bilang tidak dikasihkan uang kontrakan nya, sedang teh Yeni juga minta bagian nya. Pusing aku tuh. Harus bayar ke siapa ya?"

"Ya sudah, kalau gitu bayar ke emak saja uang kontrakan nya ngapain pusing"

"Iya sih, tapi ngga enak kalau teh Yeni kesini. Gimana dong?"

"Itu sih terserah kamu. Kalau aku sudah pasti bayar ke emak. Jangan ikutan dosa kamu. Durhaka sama orang tua"

"Iya.. iya.. nanti aku usahakan bayar ke emak"

Nah kan Desi itu selalu mengutamakan agama. Biarpun kita gosip begini, tapi pasti ada baiknya. Karena ustadzah Desi yang menasehati. hihi

"Kring.. kring.." Ponsel ku berdering ada panggilan telepon dari Adit.

"Hallo.. Assalamu'alaikum.."

"Waalaikumsalam aku sudah di depan"

"Depan mana?"

"Depan kamarmu lah coba buka pintu nya"

"Iya, tunggu sebentar"

"Siapa? Pacarmu? Tanya Desi.

"Bukan, dia itu temanku"

"Alaaahh ngga usah modus kamu. Teman rasa pacar kan maksudnya. Ngga usah pacaran-pacaran kalau bisa langsung nikah saja"

"Siap bu ustadzah! jawabku sambil memberi hormat pada Desi"

"Siap.. siap.. putusin tuh pacar..!"

Desi keluar kamar sambil menoyor kepalaku. Benar-benar ya si Desi ini. Huuhhh..

Aku mengekor Desi keluar kamar. Tapi yang aku lihat saat Desi melewati Adit tidak menyapa. Melengos buang muka, langsung masuk ke kamarnya. Desi memang begitu, paling anti sama laki-laki. Makanya sampai sekarang belum ada tanda-tanda mau menikah.

"Sudah lama?" Sapaku menghampiri Adit yang masih nangkring di motornya.

"Belum. Tadi kan baru nyampe"

"Hehe iya ya. Gimana? Mau langsung pulang atau mau duduk dulu?"

"Langsung pulang saja. Nanti keburu Maghrib kamu dicari pak de mu"

"Oke. Aku ambil tas dulu"

"Hm.."

Adit biasanya selalu menawari makan saat menjemput atau mengantarku ke kost. Tidak pernah lupa, dan itu pasti. Jangan takut kelaparan kalau pergi bareng Adit tuh. Bedanya sekarang aku belum ingin makan, jadi bablas pulang ke rumah.

"Lagi santai pak de?" Sapa Adit saat baru saja sampai.

"Santai Dit, sini duduk dulu.."

"Iya pak de.."

Aku melepas helm terlebih dahulu, baru menyalami pak de.

"Assalamu'alaikum pak de, sehat?"

"Waalaikumsalam Yanti, Alhamdulillah sehat. Yanti.. ini dibuatkan minum dong.."

Aku menjawab sambil cengengesan, mengerti maksud pak de. Pasti mau meledekku ini.

"Hehe iya pak de, sebentar.."

"Mau minum apa Dit nanti biar dibuatkan sama Yanti" Terdengar dari dalam pak de bertanya pada Adit.

"Yanti, tanya dong Adit mau minum apa?" Tuh.. kan bener.

"Mau minum apa Dit?" Tanyaku.

"Apa saja, air putih juga tidak apa-apa"

"Eeh jangan air putih, kopi dong. Kopi saja Yanti. Tolong dibuatkan kopi buat Adit, gimana si kamu ini.. peka dong" Tambah pak de.

"Hahaha ga papa pak de" Adit turut menanggapi.

"Tuhh.. Adit saja tidak apa-apa"

"Kamu ini.." Kali ini pak de menjawab sambil mendelik.

"Iyaa.. iya.."

Sekembali nya dari buat kopi, pak de dan Adit terlihat akrab mengobrol bersama. Setiap kali bertemu pasti begitu, apa saja bisa jadi bahan obrolan. Sudah seperti menantu. Hanya saja pak de tidak hobi main catur. Jadi tidak seperti orang lain yang menahan calon menantu nya pulang sebelum bermain catur. Hahaha. Aku jadi geli sendiri membayangkan nya.

"Begini Dit.. mulai sekarang yang antar jemput Yanti ke kost kamu saja ya.. Pak de kan kerja, kak Sena juga akhir-akhir ini mulai sibuk. Kasihan Yanti tidak ada yang mengantar"

"Lohh.. kok saya pak de" Jawab Adit bingung.

Aku juga bingung kenapa pak de bilang begitu.

"Ya ngga papa. Kamu bisa kan antar Yanti? Baru nanti kalau kamu tidak bisa, pak de yang antar Yanti. Gimana kamu keberatan tidak?"

"Keberatan sih tidak pak de. Kalau saya bisa pasti saya antar. Tapi kalau lagi tidak ada waktu ya maaf, saya tidak bisa antar" Jawab Adit tegas.

"Iya.. tidak apa-apa kalau kamu tidak bisa nanti bilang saja sama Yanti ya.."

"Iya pak de.."

"Tolong jaga Yanti ya. Saya titip Yanti.."

"Iya pak de, saya pasti akan mengantar Yanti dengan selamat"

Aku hanya diam menyimak. Kenapa pak de bilang begitu ya? Apa maksud nya? Kok seperti memasrahkan aku pada Adit. Apa ini makna tersirat dari ucapan pak de beberapa waktu lalu ya? Apa ini artinya pak de merestui aku dan Adit? Atau sekedar supaya mendekatkan aku sama Adit? Huuuh terlalu banyak pertanyaan di benakku.

"Apa nanti aku tanya langsung saja sama pak de ya?"

"Tapi malu, masa nanya itu. Nanti aku dikira pengen lagi. Sudahlah biarkan saja dulu. Nanti juga terjawab sendiri maksud ucapan pak de".

"Ya sudah, saya pamit dulu ya pak de sebentar lagi Maghrib"

"Iya.. iya.. silahkan. Hati-hati dijalan Dit.."

"Iya pak de.."

"Aku pamit dulu ya, kamu istirahat Yanti.."

"Iya.. Kamu jangan ngebut dijalan.."

Jam sembilan malam, aku mulai menguap. Ngantuk. Aku meletakkan ponselku. Memejamkan mata mencoba tidur. "Klunting.." Mataku membuka kembali mendengar pesan masuk. Adit ternyata. Entah kenapa aku langsung tersenyum lebar. Hilang sudah kantuk nya.

"Yanti kamu sudah tidur belum..?"

"Belum. Kenapa memang nya?"

"Besok kamu ada acara tidak?"

"Tidak ada. Kenapa?"

"Besok main ke rumahku yuuk?"

"Uhhuukk.. " Aku terbatuk mendengar ajakan Adit. Bukan nya apa, tapi main ke rumahnya itu sama halnya aku harus siap dikenalkan dengan keluarga nya.

"Ngapain? Lagi ada acara dirumah kamu?"

"Ngga ada, biar kamu kenal saja dengan keluargaku"

"Haaa.."

Aku benar-benar ngeblank. Maksud nya apa biar kenal dengan keluarganya. Aku kan hanya sebatas teman dengan Adit tidak ada status apa-apa. Meski kenyataan nya tidak sepenuhnya begitu. Punya rasa saling memiliki. Tapi bukan pacaran. Tapi cemburu jika salah satu dari kami ada yang dekat dengan perempuan atau laki-laki lain. Rumit memang, tapi itu kami.

Apa jangan-jangan Adit mau membuktikan ucapan nya dulu. Tidak mau pacaran tapi langsung nikah. Setahun lalu dia pernah mengajakku menikah. Tapi tidak aku tanggapi serius. Masa iya, status hanya begini-begini saja mau menikah, pikirku. Dia bilang untuk apa pacaran, hanya menambah dosa. Toh pacaran juga ujung-ujung nya menikah. Jadi dia ingin nya langsung menikah saja, tidak usah pacaran makanya kita ini tidak ada status.

Pak de kemarin bilang begitu, sekarang Adit juga begitu. Aneh semua. Sudahlah daripada pusing terserah saja. Kalau memang benar mau menikah ya ayok. Kalau mau udahan ya sudah. Aku tidak ambil pusing. Mungkin orangtua ku malah senang kalau kami udahan. Karena mereka akan menikahkan aku dengan orang dikampung sana jika tidak jadi dengan Adit. Bukannya tidak merestui, tapi mereka merasa lebih dekat denganku jika tinggal dikampung. Kalau dengan Adit sudah pasti aku akan tinggal di kota, ikut tinggal bersamanya.

Biar begitu orangtua ku tetap menghormati keputusanku. Siapapun pilihanku nanti, mereka tetap akan merestui asal aku bahagia. Katanya.

Semoga saja pertemuanku dengan keluarga Adit nanti diterima dengan baik. Tidak ada drama julid seperti yang ada di sinetron-sinetron.

Episodes
1 Bab 1. Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Mengagumi dalam hati
3 Bab 3. Adit saja
4 Bab 4. Lampu Restu
5 Bab 5. Numpang Lamaran
6 Bab 6. Mulai curiga
7 Bab 7. Spill Pernikahan
8 Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9 Bab 9. Canda Galau
10 Bab 10. Perang Batin
11 Bab 11. Masih Julid
12 Bab 12. Terkena maag
13 Bab 13. Di jenguk kak Lia
14 Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15 Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16 Bab 16.Resepsi ke-2
17 Bab 17. Di tuding mandul
18 Bab 18. Tangis tak bertepi
19 Bab 19. Ada Kista
20 Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21 Bab 21.Mengasingkan Diri
22 Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23 Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24 Bab 24. Surprise Pindahan
25 Bab 25. Syukuran
26 Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27 Bab 27. Ketahuan Lagi
28 Bab 28. Pak de berkunjung
29 Bab 29. Gabug
30 Bab 30. Jadwal ke dokter
31 Bab 31. Liburan Tipis
32 Bab 32. Garis dua
33 Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34 Bab 34. Tamu tak diundang
35 Bab 35. Tim Rusuh
36 Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37 Bab 37. Sidak Dadakan
38 Bab 38. Dipermalukan
39 Bab 39. Buah dari sabar
40 Bab 40. Mudik
41 Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42 Bab 42. Kasih Ibu
43 Bab 43. Silaturahmi
44 Bab 44. Salah Praduga
45 Bab 45. Pengajian penuh gosip
46 Bab 46. Bahagia bareng bestie
47 Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48 Bab 48. Nengok Utun
49 Bab 49. Kena Karma
50 Bab 50. Mulut Jahat
51 Bab 51. Tak Dianggap
52 Bab 52. Mengadu
53 Bab 53. Makan Telur
54 Bab 54. Bikin Iri
55 Bab 55. Pengakuan
56 Bab 56. Hampir Menyerah
57 Bab 57. Kesal
58 Bab 58. Perut Semangka
59 Bab 59. Panik
60 Bab 60. Operasi Dadakan
61 Bab 61. Di marahi dokter
62 Bab 62. Tidak boleh minum
63 Bab 63. Derita Pasca SC
64 Bab 64. Di klaim manja
65 Bab 65. Luka terbuka
66 Bab 66. Uang yang berkuasa
67 Bab 67. Buntut dari Air Mata
68 Bab 68. Puasa Biar Kurus
69 Bab 69. Berusaha Mendekat
70 Bab 70. Dan terjadi lagi
71 Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72 Bab 72. Kesepakatan Bersama
73 Bab 73. Persiapan buka toko
74 Bab 74. Dianggap Benalu
75 Bab 75. Cemburu soal anak
76 Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77 Bab 77. Mulai Gerah
78 Bab 78. Beli Mobil
79 Bab 79. Syukuran
80 Bab 80. Liburan
81 Bab 81. Batas Kesabaran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Mengagumi dalam hati
3
Bab 3. Adit saja
4
Bab 4. Lampu Restu
5
Bab 5. Numpang Lamaran
6
Bab 6. Mulai curiga
7
Bab 7. Spill Pernikahan
8
Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9
Bab 9. Canda Galau
10
Bab 10. Perang Batin
11
Bab 11. Masih Julid
12
Bab 12. Terkena maag
13
Bab 13. Di jenguk kak Lia
14
Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15
Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16
Bab 16.Resepsi ke-2
17
Bab 17. Di tuding mandul
18
Bab 18. Tangis tak bertepi
19
Bab 19. Ada Kista
20
Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21
Bab 21.Mengasingkan Diri
22
Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23
Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24
Bab 24. Surprise Pindahan
25
Bab 25. Syukuran
26
Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27
Bab 27. Ketahuan Lagi
28
Bab 28. Pak de berkunjung
29
Bab 29. Gabug
30
Bab 30. Jadwal ke dokter
31
Bab 31. Liburan Tipis
32
Bab 32. Garis dua
33
Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34
Bab 34. Tamu tak diundang
35
Bab 35. Tim Rusuh
36
Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37
Bab 37. Sidak Dadakan
38
Bab 38. Dipermalukan
39
Bab 39. Buah dari sabar
40
Bab 40. Mudik
41
Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42
Bab 42. Kasih Ibu
43
Bab 43. Silaturahmi
44
Bab 44. Salah Praduga
45
Bab 45. Pengajian penuh gosip
46
Bab 46. Bahagia bareng bestie
47
Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48
Bab 48. Nengok Utun
49
Bab 49. Kena Karma
50
Bab 50. Mulut Jahat
51
Bab 51. Tak Dianggap
52
Bab 52. Mengadu
53
Bab 53. Makan Telur
54
Bab 54. Bikin Iri
55
Bab 55. Pengakuan
56
Bab 56. Hampir Menyerah
57
Bab 57. Kesal
58
Bab 58. Perut Semangka
59
Bab 59. Panik
60
Bab 60. Operasi Dadakan
61
Bab 61. Di marahi dokter
62
Bab 62. Tidak boleh minum
63
Bab 63. Derita Pasca SC
64
Bab 64. Di klaim manja
65
Bab 65. Luka terbuka
66
Bab 66. Uang yang berkuasa
67
Bab 67. Buntut dari Air Mata
68
Bab 68. Puasa Biar Kurus
69
Bab 69. Berusaha Mendekat
70
Bab 70. Dan terjadi lagi
71
Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72
Bab 72. Kesepakatan Bersama
73
Bab 73. Persiapan buka toko
74
Bab 74. Dianggap Benalu
75
Bab 75. Cemburu soal anak
76
Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77
Bab 77. Mulai Gerah
78
Bab 78. Beli Mobil
79
Bab 79. Syukuran
80
Bab 80. Liburan
81
Bab 81. Batas Kesabaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!