Bab 16.Resepsi ke-2

Tidak menyangka hari ini aku di make up lagi seperti pengantin. Biarpun sudah pernah, tetap saja rasanya degdegan. Sudah pernah bukan untuk menikah lagi, tapi untuk resepsi ke-2 dirumah mertua. Bagaikan mimpi, wajahku terlihat lebih cantik dari make up saat akad di kampung. MUA di kota memang luar biasa hebat nya, aku sampai tidak mengenali wajahku sendiri saat bercermin.

Setelah subuh tadi aku sudah mempersiapkan diri untuk di make up. Mandi dan sholat lebih dulu, baru setelahnya makan. Aku tidak mau kelaparan seperti saat akad dulu. Karena tidak tahu, aku langsung make up setelah sholat. Jadilah aku kelaparan menunggu tamu lumayan sepi.

Rombongan keluargaku sudah tiba di rumah pak de dinihari tadi. Baju seragam untuk mamah dan ayahku juga sudah disiapkan kemarin. Sekitar jam 10.00 siang nanti mereka akan berangkat bersama-sama dengan pak de.

"Teteh sudah belum make up nya" Tanya mamah mertuaku datang menghampiri.

"Sebentar lagi mah, ini tinggal dirapihkan saja. Kenapa?"

"Seperti nya di depan sudah ada teman teteh yang datang, tapi dia tidak kesini. Malah celingukan seperti mencari pengantin di rumah teh Puji situ"

"Iya, sebentar lagi teteh keluar"

Jangan tanya suamiku dimana. Dia biarpun baru pulang kerja dan belum sempat tidur tetap kuat melek. Sudah keluar lebih dulu menyapa saudara dan tamu yang sudah hadir.

"Teteh pakai sepatu nya yang ini ya, bisa kan?" Tanya sang MUA memberiku sepasang sepatu heels ber hak tinggi.

"Semoga bisa ya teh, tidak keseleo" Ucapku ragu menerima sepasang sepatu itu.

"Atau kalau ngga pakai sepatu teteh saja, ada tidak yang tinggi?" Tanya nya lagi.

"Ada teh, sebentar aku ambil"

"Wah kalau itu tidak cocok warna nya dengan baju teh, pakai ini saja ya? Pasti bisa"

"Ya sudah aku coba teh.."

Mencoba memakai sepatunya, pelan-pelan aku berjalan keluar kamar menyapa tamu. Adit langsung datang mendekat. Membantu aku membawa ekor gaun yang panjang.

"Bu.. buu.." Terdengar suara pelan memanggil. Aku menoleh mencari asal suara. Ternyata Cinta yang sedang melambaikan tangan dari jauh.

"Bu.. sini.." Ucapku melambaikan tangan balik.

Tak jadi duduk di pelaminan, aku menunggu Cinta mendekat bersama pasangan nya. Sudah go publish dia ternyata. Batinku.

"Ya Allah bu.. cantiknya.." Puji cinta.

"Iya bu terima kasih.. aaaaa akhirnya kita bisa ketemu lagi bu.." Saking bahagia nya, aku memeluk Cinta sambil joget kegirangan.

"Yang lain mana bu, kok belum pada datang?"

"Ya jelas belum datang bu, ini masih jam delapan pagi. Kamu jadi tamu aku paling pertama loh bu.." Adit izin menjauh. Sengaja memberi ruang untuk aku dan Cinta melepas rindu.

"Aseeek aku jadi yang pertama nih" Jawab Cinta girang.

"Ayo bu ajak ayang nya makan dulu" Godaku.

"Eh entar dulu, kita foto dulu dong. Harus keren ya. Biar estetik hahaha"

"Kebiasaan kamu pasti harus cantik" Jawabku meledek Cinta. Dia ini kalau foto harus sempurna.

"Iya dong, buat kenang-kenangan seumur hidup nih"

"Minta fotografer saja sekalian, biar aku juga punya"

"Iya. Eh ini kado dari aku bu.." Cinta mengambil bungkusan kado dari pacar nya.

"Calon bu. Sudah go publish nih yee sekarang" Sindirku sengaja melirik Cinta.

"Ya gitu deh, do'akan saja semoga cepet nyusul kamu bu"

"Aamiin.."

Selesai bergosip, barulah kami melanjutkan sesi foto. Tak lama, karena ternyata Adit datang membawa rombongan teman nya yang ingin berfoto juga.

"Aku kesana dulu ya bu. Selamat menempuh hidup baru, semoga langgeng sampai kakek nenek, dan cepet dapet dedek bayi"

"Aamiin makasih ya bu sudah sempetin dateng jauh-jauh. Ajak mas nya makan dulu, jangan langsung pulang" Ujarku.

"Iya bu siap" Jawab Cinta sambil mengacungkan jempol nya.

Ku kira tak akan sebanyak ini tamu nya. Ternyata warga sini memang sengaja berbondong-bondong datang pagi biar siang bagian yang jauh katanya.

"Capek ngga yank..?" Tanya Adit.

"Belum, kan masih pagi. Mamah juga belum datang" Jawabku tersenyum lebar. Bahagia sekali akan bertemu keluargaku kembali. Padahal baru satu bulan berpisah.

"Sebentar lagi kesini yank, ini masih setengah sepuluh"

"Iya tinggal menunggu pak de Sutar katanya, biar sampai sini bareng"

"Nanti kalau on the way sini kasih tahu ya, biar disiapkan hidangan nya"

"Iya.."

Tepat pukul 10.00 wib, ponselku berdering. Pak de mengabari bahwa rombongan keluargaku sudah sampai di parkiran. Semua anggota keluarga Adit dan saudara pun bersiap menyambut besan. Mereka berhamburan berjejer di pintu masuk, menyiapkan tempat untuk keluargaku beserta hidangan nya.

Perhatian semua tamu beralih ke rombongan besan yang baru datang. Pak de dan budhe berada di barisan paling depan memimpin. Sedang mamah dan ayahku di belakang nya disusul anggota keluargaku yang lain.

Aku menangis tergugu di pelukan mamahku. Menumpahkan segala keluh kesahku selama menjadi menantu. Hanya tangis yang sanggup aku ungkapkan, tidak dengan kata-kata.

"Sudah dulu, itu yang dibelakang menunggu mengantre" Ucap mamahku. Tidak ada yang protes, mereka semua tahu aku sedang menumpahkan segala kerinduan yang ada. Tetap diam berdiri menunggu perasaanku lega.

"Iya.." Aku mengangguk. Masih menahan tangis menyalami mereka satu-persatu.

"Jangan nangis, ini hari bahagia kamu. Harus senyum dong" Ujar budhe Gina memelukku.

"Terima kasih budhe.."

"Sudah yank. Nanti dikira kamu tidak bahagia menikah denganku" Bisik Adit memberiku tisu.

Memang tidak bahagia. Batinku. Bukan tidak bahagia tepat nya, tapi kurang bahagia. Andai ibu mertuaku tidak julid, pasti sempurna sekali bahagiaku.

Menjelang siang tamu semakin ramai. Teman-teman SMA ku berbondong-bondong datang. Apalagi ditambah para bestiku yang hadir, juga teman-teman semasa SMP lain nya. Bolak-balik aku menyapa mereka. Belum lagi keluargaku yang juga menginginkan aku bersama mereka. Benar-benar lelah hari ini. Kesana-kemari menghampiri mereka dari meja ke meja dengan menggunakan gaun plus sepatu heels. Pusing kepalaku.

Tapi bersyukur, mereka semua mau menyempatkan waktunya untuk hadir disini. Pusing dan lelahku terbayar sudah dengan wajah bahagia mereka. Terakhir, aku duduk bergabung dengan keluargaku sebelum istirahat. Aku mendapati wajah adikku yang murung.

"Kenapa dek.." Tanyaku. Dia hanya menggeleng.

"Pusing dia mba, lihat banyak orang. Ingin istirahat" Ujar mamahku.

"Ayo mau istirahat di kamar? Di kamar mba yuk?" Ajakku membujuk nya, tapi masih menggeleng.

"Pengen jajan kali.." Goda Bu Lik, tersenyum lebar.

"Oh itu. Mau beli es krim ngga? Tuh sama Nisa" Bujukku lagi. Dia masih menggeleng, tapi malah menggelendot manja di lengan mamahku. Kalau sudah seperti ini, aku tahu pasti dia kenapa. Melangkah ke dalam kamar, aku mencari uang pecahan dua puluh ribuan.

"Ini buat beli es krim sama Nisa. Kalau mau beli mainan nanti mba kasih lagi uang nya" Aku mengulurkan uang dua puluh ribuan tadi dihadapan adikku.

"Terima kasih..! " Ujarnya lari menyambar uang yang aku ulurkan tadi.

"Gitu saja gengsi..!" Aku tertawa geli melihat tingkah adikku. Ingin es krim bukan nya bilang malah merengut. Dasar aleman.

"Ayo Nis, kita beli es krim" Hahaha. Sontak saja kami semua tertawa terbahak dengan tingkah nya.

Setelah istirahat kami menyempatkan foto bersama. Ada yang minta foto selfie, foto dengan pasangan, foto dengan keluarga kecil, foto keluarga besar, pokoknya serasa jadi artis aku hari ini.

"Yanti, kami pamit ya. Baik-baik kamu disini. Nanti kapan-kapan kalau ada waktu main ya ke rumah budhe, kan dekat dari sini" Pamit budhe Gina bersama anak cucunya.

"Iya budhe, kalau Adit ada libur insya Allah kesana" Jawabku tersenyum hangat.

Tak lama rombongan keluargaku dari kampung juga pamit. Mereka memburu waktu supaya besok pagi sudah sampai lagi di kampung.

"Yanti, kami pamit pulang ke kampung lagi ya. Kamu baik-baik disini. Sehat-sehat. Sing lancar rejekinya, berkah barokah pokoknya. Dan semoga cepet dapat momongan. Mamah mu sudah tidak sabar mau dipanggil mbah katanya"

"Terima kasih bu Lik do'a nya aamiin.Terima kasih juga budhe, pak de, pak Lik, semuanya yang sudah berkenan datang jauh-jauh dari kampung kesini. Semoga kebaikan kalian dibalas Allah aamiin. Hati-hati dijalan ya semuanya, sehat-sehat dikampung" Ucapku membalas pamit mereka.

Ayah dan mamahku tak banyak bersuara. Hanya sorot mata sedih yang menghiasi wajah mereka. Itu saja sudah cukup buatku. Cukup menggambarkan betapa mereka sayang enggan berpisah denganku. Tapi keadaan sudah berbeda, aku sudah sah jadi istri orang. Yang kemanapun suami pergi harus mengikuti.

"Titip Yanti ya Dit, tolong jaga dia" Ucap mamahku. Hanya itu yang mampu beliau ucap setelah berpelukan denganku. Lalu naik mobil.

"Iya, Adit janji akan jaga Yanti sebaik mungkin mah. Mamah hati-hati di jalan" Jawab Adit.

"Ayah pamit ya Dit, Yanti. Kamu jaga diri baik-baik disini, yang nurut sama suami" Ucap ayahku bergantian bersalaman dengan Adit.

Ku lihat mamah mengusap air matanya di dalam mobil. Tak mengucapkan apapun lagi. Hanya melambaikan tangan sambil tersenyum.

"Hati-hati dijalan mah, yah. Wahyu jaga mamah dan ayah ya, bantu mereka. Terima kasih sudah datang kesini" Aku pun sama, tak sanggup menahan air mata ini melihat mobil mereka melaju perlahan.

"Terima kasih mah, pak, semuanya yang sudah berkenan datang kesini. Hati-hati dijalan. Sampai ketemu lagi nanti di kampung" Ucap Adit melambaikan tangan.

Sudah selesai. Aku tidak boleh menangis lagi. Kedatangan mereka kesini sudah cukup menguatkan aku bahwa aku tidak sendirian. Mereka sayang padaku, mereka peduli, itu yang harus aku ingat. Aku punya saudara, bukan sebatang kara.

Terima kasih, kalian sudah rela jauh-jauh datang dari kampung kesini. Kebaikan kalian akan selalu aku ingat. Kalian yang sudah mengantar ayah ibuku kesini, menemani beliau, adalah orang-orang yang tulus menyayangi aku sebagai saudara.

\*\*\*

Menjelang malam tamu semakin membludak. Apalagi kedatangan anggota klub motor yang di ikuti Adit. Mereka beramai-ramai datang memeriahkan acara dengan motor khas nya. Naik ke atas panggung ikut bernyanyi bersama dengan sang artis.

Aku yang sudah lelah seharian memilih undur diri ke kamar. Hanya Adit yang menemani mereka hingga acara selesai jam 12 malam.

Terima kasih banyak ku ucapkan pada kalian yang sudah datang hari ini. Semoga berbalas kebaikan aamiin.

Episodes
1 Bab 1. Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Mengagumi dalam hati
3 Bab 3. Adit saja
4 Bab 4. Lampu Restu
5 Bab 5. Numpang Lamaran
6 Bab 6. Mulai curiga
7 Bab 7. Spill Pernikahan
8 Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9 Bab 9. Canda Galau
10 Bab 10. Perang Batin
11 Bab 11. Masih Julid
12 Bab 12. Terkena maag
13 Bab 13. Di jenguk kak Lia
14 Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15 Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16 Bab 16.Resepsi ke-2
17 Bab 17. Di tuding mandul
18 Bab 18. Tangis tak bertepi
19 Bab 19. Ada Kista
20 Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21 Bab 21.Mengasingkan Diri
22 Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23 Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24 Bab 24. Surprise Pindahan
25 Bab 25. Syukuran
26 Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27 Bab 27. Ketahuan Lagi
28 Bab 28. Pak de berkunjung
29 Bab 29. Gabug
30 Bab 30. Jadwal ke dokter
31 Bab 31. Liburan Tipis
32 Bab 32. Garis dua
33 Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34 Bab 34. Tamu tak diundang
35 Bab 35. Tim Rusuh
36 Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37 Bab 37. Sidak Dadakan
38 Bab 38. Dipermalukan
39 Bab 39. Buah dari sabar
40 Bab 40. Mudik
41 Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42 Bab 42. Kasih Ibu
43 Bab 43. Silaturahmi
44 Bab 44. Salah Praduga
45 Bab 45. Pengajian penuh gosip
46 Bab 46. Bahagia bareng bestie
47 Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48 Bab 48. Nengok Utun
49 Bab 49. Kena Karma
50 Bab 50. Mulut Jahat
51 Bab 51. Tak Dianggap
52 Bab 52. Mengadu
53 Bab 53. Makan Telur
54 Bab 54. Bikin Iri
55 Bab 55. Pengakuan
56 Bab 56. Hampir Menyerah
57 Bab 57. Kesal
58 Bab 58. Perut Semangka
59 Bab 59. Panik
60 Bab 60. Operasi Dadakan
61 Bab 61. Di marahi dokter
62 Bab 62. Tidak boleh minum
63 Bab 63. Derita Pasca SC
64 Bab 64. Di klaim manja
65 Bab 65. Luka terbuka
66 Bab 66. Uang yang berkuasa
67 Bab 67. Buntut dari Air Mata
68 Bab 68. Puasa Biar Kurus
69 Bab 69. Berusaha Mendekat
70 Bab 70. Dan terjadi lagi
71 Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72 Bab 72. Kesepakatan Bersama
73 Bab 73. Persiapan buka toko
74 Bab 74. Dianggap Benalu
75 Bab 75. Cemburu soal anak
76 Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77 Bab 77. Mulai Gerah
78 Bab 78. Beli Mobil
79 Bab 79. Syukuran
80 Bab 80. Liburan
81 Bab 81. Batas Kesabaran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Mengagumi dalam hati
3
Bab 3. Adit saja
4
Bab 4. Lampu Restu
5
Bab 5. Numpang Lamaran
6
Bab 6. Mulai curiga
7
Bab 7. Spill Pernikahan
8
Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9
Bab 9. Canda Galau
10
Bab 10. Perang Batin
11
Bab 11. Masih Julid
12
Bab 12. Terkena maag
13
Bab 13. Di jenguk kak Lia
14
Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15
Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16
Bab 16.Resepsi ke-2
17
Bab 17. Di tuding mandul
18
Bab 18. Tangis tak bertepi
19
Bab 19. Ada Kista
20
Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21
Bab 21.Mengasingkan Diri
22
Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23
Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24
Bab 24. Surprise Pindahan
25
Bab 25. Syukuran
26
Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27
Bab 27. Ketahuan Lagi
28
Bab 28. Pak de berkunjung
29
Bab 29. Gabug
30
Bab 30. Jadwal ke dokter
31
Bab 31. Liburan Tipis
32
Bab 32. Garis dua
33
Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34
Bab 34. Tamu tak diundang
35
Bab 35. Tim Rusuh
36
Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37
Bab 37. Sidak Dadakan
38
Bab 38. Dipermalukan
39
Bab 39. Buah dari sabar
40
Bab 40. Mudik
41
Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42
Bab 42. Kasih Ibu
43
Bab 43. Silaturahmi
44
Bab 44. Salah Praduga
45
Bab 45. Pengajian penuh gosip
46
Bab 46. Bahagia bareng bestie
47
Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48
Bab 48. Nengok Utun
49
Bab 49. Kena Karma
50
Bab 50. Mulut Jahat
51
Bab 51. Tak Dianggap
52
Bab 52. Mengadu
53
Bab 53. Makan Telur
54
Bab 54. Bikin Iri
55
Bab 55. Pengakuan
56
Bab 56. Hampir Menyerah
57
Bab 57. Kesal
58
Bab 58. Perut Semangka
59
Bab 59. Panik
60
Bab 60. Operasi Dadakan
61
Bab 61. Di marahi dokter
62
Bab 62. Tidak boleh minum
63
Bab 63. Derita Pasca SC
64
Bab 64. Di klaim manja
65
Bab 65. Luka terbuka
66
Bab 66. Uang yang berkuasa
67
Bab 67. Buntut dari Air Mata
68
Bab 68. Puasa Biar Kurus
69
Bab 69. Berusaha Mendekat
70
Bab 70. Dan terjadi lagi
71
Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72
Bab 72. Kesepakatan Bersama
73
Bab 73. Persiapan buka toko
74
Bab 74. Dianggap Benalu
75
Bab 75. Cemburu soal anak
76
Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77
Bab 77. Mulai Gerah
78
Bab 78. Beli Mobil
79
Bab 79. Syukuran
80
Bab 80. Liburan
81
Bab 81. Batas Kesabaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!