Tidak menyangka hari ini aku di make up lagi seperti pengantin. Biarpun sudah pernah, tetap saja rasanya degdegan. Sudah pernah bukan untuk menikah lagi, tapi untuk resepsi ke-2 dirumah mertua. Bagaikan mimpi, wajahku terlihat lebih cantik dari make up saat akad di kampung. MUA di kota memang luar biasa hebat nya, aku sampai tidak mengenali wajahku sendiri saat bercermin.
Setelah subuh tadi aku sudah mempersiapkan diri untuk di make up. Mandi dan sholat lebih dulu, baru setelahnya makan. Aku tidak mau kelaparan seperti saat akad dulu. Karena tidak tahu, aku langsung make up setelah sholat. Jadilah aku kelaparan menunggu tamu lumayan sepi.
Rombongan keluargaku sudah tiba di rumah pak de dinihari tadi. Baju seragam untuk mamah dan ayahku juga sudah disiapkan kemarin. Sekitar jam 10.00 siang nanti mereka akan berangkat bersama-sama dengan pak de.
"Teteh sudah belum make up nya" Tanya mamah mertuaku datang menghampiri.
"Sebentar lagi mah, ini tinggal dirapihkan saja. Kenapa?"
"Seperti nya di depan sudah ada teman teteh yang datang, tapi dia tidak kesini. Malah celingukan seperti mencari pengantin di rumah teh Puji situ"
"Iya, sebentar lagi teteh keluar"
Jangan tanya suamiku dimana. Dia biarpun baru pulang kerja dan belum sempat tidur tetap kuat melek. Sudah keluar lebih dulu menyapa saudara dan tamu yang sudah hadir.
"Teteh pakai sepatu nya yang ini ya, bisa kan?" Tanya sang MUA memberiku sepasang sepatu heels ber hak tinggi.
"Semoga bisa ya teh, tidak keseleo" Ucapku ragu menerima sepasang sepatu itu.
"Atau kalau ngga pakai sepatu teteh saja, ada tidak yang tinggi?" Tanya nya lagi.
"Ada teh, sebentar aku ambil"
"Wah kalau itu tidak cocok warna nya dengan baju teh, pakai ini saja ya? Pasti bisa"
"Ya sudah aku coba teh.."
Mencoba memakai sepatunya, pelan-pelan aku berjalan keluar kamar menyapa tamu. Adit langsung datang mendekat. Membantu aku membawa ekor gaun yang panjang.
"Bu.. buu.." Terdengar suara pelan memanggil. Aku menoleh mencari asal suara. Ternyata Cinta yang sedang melambaikan tangan dari jauh.
"Bu.. sini.." Ucapku melambaikan tangan balik.
Tak jadi duduk di pelaminan, aku menunggu Cinta mendekat bersama pasangan nya. Sudah go publish dia ternyata. Batinku.
"Ya Allah bu.. cantiknya.." Puji cinta.
"Iya bu terima kasih.. aaaaa akhirnya kita bisa ketemu lagi bu.." Saking bahagia nya, aku memeluk Cinta sambil joget kegirangan.
"Yang lain mana bu, kok belum pada datang?"
"Ya jelas belum datang bu, ini masih jam delapan pagi. Kamu jadi tamu aku paling pertama loh bu.." Adit izin menjauh. Sengaja memberi ruang untuk aku dan Cinta melepas rindu.
"Aseeek aku jadi yang pertama nih" Jawab Cinta girang.
"Ayo bu ajak ayang nya makan dulu" Godaku.
"Eh entar dulu, kita foto dulu dong. Harus keren ya. Biar estetik hahaha"
"Kebiasaan kamu pasti harus cantik" Jawabku meledek Cinta. Dia ini kalau foto harus sempurna.
"Iya dong, buat kenang-kenangan seumur hidup nih"
"Minta fotografer saja sekalian, biar aku juga punya"
"Iya. Eh ini kado dari aku bu.." Cinta mengambil bungkusan kado dari pacar nya.
"Calon bu. Sudah go publish nih yee sekarang" Sindirku sengaja melirik Cinta.
"Ya gitu deh, do'akan saja semoga cepet nyusul kamu bu"
"Aamiin.."
Selesai bergosip, barulah kami melanjutkan sesi foto. Tak lama, karena ternyata Adit datang membawa rombongan teman nya yang ingin berfoto juga.
"Aku kesana dulu ya bu. Selamat menempuh hidup baru, semoga langgeng sampai kakek nenek, dan cepet dapet dedek bayi"
"Aamiin makasih ya bu sudah sempetin dateng jauh-jauh. Ajak mas nya makan dulu, jangan langsung pulang" Ujarku.
"Iya bu siap" Jawab Cinta sambil mengacungkan jempol nya.
Ku kira tak akan sebanyak ini tamu nya. Ternyata warga sini memang sengaja berbondong-bondong datang pagi biar siang bagian yang jauh katanya.
"Capek ngga yank..?" Tanya Adit.
"Belum, kan masih pagi. Mamah juga belum datang" Jawabku tersenyum lebar. Bahagia sekali akan bertemu keluargaku kembali. Padahal baru satu bulan berpisah.
"Sebentar lagi kesini yank, ini masih setengah sepuluh"
"Iya tinggal menunggu pak de Sutar katanya, biar sampai sini bareng"
"Nanti kalau on the way sini kasih tahu ya, biar disiapkan hidangan nya"
"Iya.."
Tepat pukul 10.00 wib, ponselku berdering. Pak de mengabari bahwa rombongan keluargaku sudah sampai di parkiran. Semua anggota keluarga Adit dan saudara pun bersiap menyambut besan. Mereka berhamburan berjejer di pintu masuk, menyiapkan tempat untuk keluargaku beserta hidangan nya.
Perhatian semua tamu beralih ke rombongan besan yang baru datang. Pak de dan budhe berada di barisan paling depan memimpin. Sedang mamah dan ayahku di belakang nya disusul anggota keluargaku yang lain.
Aku menangis tergugu di pelukan mamahku. Menumpahkan segala keluh kesahku selama menjadi menantu. Hanya tangis yang sanggup aku ungkapkan, tidak dengan kata-kata.
"Sudah dulu, itu yang dibelakang menunggu mengantre" Ucap mamahku. Tidak ada yang protes, mereka semua tahu aku sedang menumpahkan segala kerinduan yang ada. Tetap diam berdiri menunggu perasaanku lega.
"Iya.." Aku mengangguk. Masih menahan tangis menyalami mereka satu-persatu.
"Jangan nangis, ini hari bahagia kamu. Harus senyum dong" Ujar budhe Gina memelukku.
"Terima kasih budhe.."
"Sudah yank. Nanti dikira kamu tidak bahagia menikah denganku" Bisik Adit memberiku tisu.
Memang tidak bahagia. Batinku. Bukan tidak bahagia tepat nya, tapi kurang bahagia. Andai ibu mertuaku tidak julid, pasti sempurna sekali bahagiaku.
Menjelang siang tamu semakin ramai. Teman-teman SMA ku berbondong-bondong datang. Apalagi ditambah para bestiku yang hadir, juga teman-teman semasa SMP lain nya. Bolak-balik aku menyapa mereka. Belum lagi keluargaku yang juga menginginkan aku bersama mereka. Benar-benar lelah hari ini. Kesana-kemari menghampiri mereka dari meja ke meja dengan menggunakan gaun plus sepatu heels. Pusing kepalaku.
Tapi bersyukur, mereka semua mau menyempatkan waktunya untuk hadir disini. Pusing dan lelahku terbayar sudah dengan wajah bahagia mereka. Terakhir, aku duduk bergabung dengan keluargaku sebelum istirahat. Aku mendapati wajah adikku yang murung.
"Kenapa dek.." Tanyaku. Dia hanya menggeleng.
"Pusing dia mba, lihat banyak orang. Ingin istirahat" Ujar mamahku.
"Ayo mau istirahat di kamar? Di kamar mba yuk?" Ajakku membujuk nya, tapi masih menggeleng.
"Pengen jajan kali.." Goda Bu Lik, tersenyum lebar.
"Oh itu. Mau beli es krim ngga? Tuh sama Nisa" Bujukku lagi. Dia masih menggeleng, tapi malah menggelendot manja di lengan mamahku. Kalau sudah seperti ini, aku tahu pasti dia kenapa. Melangkah ke dalam kamar, aku mencari uang pecahan dua puluh ribuan.
"Ini buat beli es krim sama Nisa. Kalau mau beli mainan nanti mba kasih lagi uang nya" Aku mengulurkan uang dua puluh ribuan tadi dihadapan adikku.
"Terima kasih..! " Ujarnya lari menyambar uang yang aku ulurkan tadi.
"Gitu saja gengsi..!" Aku tertawa geli melihat tingkah adikku. Ingin es krim bukan nya bilang malah merengut. Dasar aleman.
"Ayo Nis, kita beli es krim" Hahaha. Sontak saja kami semua tertawa terbahak dengan tingkah nya.
Setelah istirahat kami menyempatkan foto bersama. Ada yang minta foto selfie, foto dengan pasangan, foto dengan keluarga kecil, foto keluarga besar, pokoknya serasa jadi artis aku hari ini.
"Yanti, kami pamit ya. Baik-baik kamu disini. Nanti kapan-kapan kalau ada waktu main ya ke rumah budhe, kan dekat dari sini" Pamit budhe Gina bersama anak cucunya.
"Iya budhe, kalau Adit ada libur insya Allah kesana" Jawabku tersenyum hangat.
Tak lama rombongan keluargaku dari kampung juga pamit. Mereka memburu waktu supaya besok pagi sudah sampai lagi di kampung.
"Yanti, kami pamit pulang ke kampung lagi ya. Kamu baik-baik disini. Sehat-sehat. Sing lancar rejekinya, berkah barokah pokoknya. Dan semoga cepet dapat momongan. Mamah mu sudah tidak sabar mau dipanggil mbah katanya"
"Terima kasih bu Lik do'a nya aamiin.Terima kasih juga budhe, pak de, pak Lik, semuanya yang sudah berkenan datang jauh-jauh dari kampung kesini. Semoga kebaikan kalian dibalas Allah aamiin. Hati-hati dijalan ya semuanya, sehat-sehat dikampung" Ucapku membalas pamit mereka.
Ayah dan mamahku tak banyak bersuara. Hanya sorot mata sedih yang menghiasi wajah mereka. Itu saja sudah cukup buatku. Cukup menggambarkan betapa mereka sayang enggan berpisah denganku. Tapi keadaan sudah berbeda, aku sudah sah jadi istri orang. Yang kemanapun suami pergi harus mengikuti.
"Titip Yanti ya Dit, tolong jaga dia" Ucap mamahku. Hanya itu yang mampu beliau ucap setelah berpelukan denganku. Lalu naik mobil.
"Iya, Adit janji akan jaga Yanti sebaik mungkin mah. Mamah hati-hati di jalan" Jawab Adit.
"Ayah pamit ya Dit, Yanti. Kamu jaga diri baik-baik disini, yang nurut sama suami" Ucap ayahku bergantian bersalaman dengan Adit.
Ku lihat mamah mengusap air matanya di dalam mobil. Tak mengucapkan apapun lagi. Hanya melambaikan tangan sambil tersenyum.
"Hati-hati dijalan mah, yah. Wahyu jaga mamah dan ayah ya, bantu mereka. Terima kasih sudah datang kesini" Aku pun sama, tak sanggup menahan air mata ini melihat mobil mereka melaju perlahan.
"Terima kasih mah, pak, semuanya yang sudah berkenan datang kesini. Hati-hati dijalan. Sampai ketemu lagi nanti di kampung" Ucap Adit melambaikan tangan.
Sudah selesai. Aku tidak boleh menangis lagi. Kedatangan mereka kesini sudah cukup menguatkan aku bahwa aku tidak sendirian. Mereka sayang padaku, mereka peduli, itu yang harus aku ingat. Aku punya saudara, bukan sebatang kara.
Terima kasih, kalian sudah rela jauh-jauh datang dari kampung kesini. Kebaikan kalian akan selalu aku ingat. Kalian yang sudah mengantar ayah ibuku kesini, menemani beliau, adalah orang-orang yang tulus menyayangi aku sebagai saudara.
\*\*\*
Menjelang malam tamu semakin membludak. Apalagi kedatangan anggota klub motor yang di ikuti Adit. Mereka beramai-ramai datang memeriahkan acara dengan motor khas nya. Naik ke atas panggung ikut bernyanyi bersama dengan sang artis.
Aku yang sudah lelah seharian memilih undur diri ke kamar. Hanya Adit yang menemani mereka hingga acara selesai jam 12 malam.
Terima kasih banyak ku ucapkan pada kalian yang sudah datang hari ini. Semoga berbalas kebaikan aamiin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments