Bab 5. Numpang Lamaran

Hari ini Adit menjemput ku dirumah pak de untuk kemudian pergi ke rumahnya. Aku sudah deg-degan setengah mati dari pagi. Bagaimana kalau respon keluarga Adit kurang baik? Atau.. merendahkan aku yang hanya orang kampung numpang hidup di kota. Mengesampingkan itu, aku tetap bersiap-siap sebelum jam 1 siang nanti Adit datang menjemput. Aku dandan ala kadarnya saja, karena memang aku tidak bisa dandan orang nya.

"Ciieee.. yang mau ketemu camer" (calon mertua) Kak Lia muncul dari balik pintu. "Dandan terooossss..."

"Jangan gitu. Aku kan hanya silaturahmi saja. Gimana? Aku sudah cantik belum?"

"Cantik.. mau didandani tidak..?"

"Tidak usah, begini saja nanti ribet. Apa ada nya saja"

"Si Adit sudah on the way?"

"Sudah. Tadi dia bilang langsung jalan"

"Sudah minta restu belum ke mamahmu?"

"Restu apa. Aku cuma bilang kalau aku lagi dekat dengan laki-laki. Nama nya Adit. Sudah begitu"

"Idihh masa gitu. Nanti kalau Adit beneran ngajak nikah gimana?"

"Ya sudah oke. Nanti aku bilang lagi ke mamahku. untuk sekarang aku belum membahas soal pernikahan. Apalagi bilang kalau aku mau diperkenalkan dengan orangtuanya"

"Ya sudah nanti aku yang bilang ke bi Sumi ya..?" Kak Lia bahagia sekali melihat aku salah tingkah.

"Eh jangan... Nanti aku saja yang bilang. Harus diwaktu yang tepat pokoknya. Biar direstui"

"Halah... paling juga kamu takut mau dijodohkan sama kang bakso. Iya kan?" Hahaha kak Lia tertawa lebar pokoknya. Apalagi kalau soal bully begini.

"Tin.. tin.."

"Tuh kang mas mau datang"

"Iya, sebentar lagi aku turun"

"Yanti, jangan lupa tutup pintu nya"

Kak Lia berteriak ketika aku sudah ditangga. Terpaksa balik lagi.

"Budhe aku keluar dulu sama Adit yaa.."

"Iya, tuh sudah ditunggu sejak tadi ngga turun-turun kamu.."

"Iya ini aku sekalian pamit ya.. assalamu'alaikum.."

"Waalaikumsalam.."

Kali ini pak de tidak ada. Jadi Adit ditemani kak Sena selagi menungguku keluar.

"Dah siap, yuk cusss.."

"Wedeehh gaya bener.. mau kemana..?"

"Ah kepo" Aku menanggapi candaan kak Sena dengan ketus. Jelas-jelas dia sudah tau aku mau kemana.

"Hati-hati dijalan. Jangan lupa pulang bawa martabak ya"

"Sudah jangan di dengar kak Sena tuh" Tanpa menoleh lagi aku dan Adit langsung on the way ke rumah orangtua Adit.

"Assalamu'alaikum.. Mah, pak kenalin ini Yanti nama nya"

"Waalaikumsalam, ehh ada teman si aa. Sehat teh?"

"Alhamdulillah sehat bu.."

"Sini.. silahkan duduk. Maklum rumah si aa begini adanya. Bukan orang punya teh kita tuh.."

"Iya bu ngga papa.."

Aku menyalami orangtua Adit juga adik perempuan nya. Ramah. Tidak sinis seperti yang aku bayangkan sebelum nya.

Ibu Adit bergegas ke belakang setelah basa-basi denganku. Kembali dengan membawa dua gelas air putih untukku dan Adit juga makanan ringan.

"Gimana? sudah lama sama si aa?"

"Lumayan bu satu tahun lebih.."

"Iya, si aa juga sudah banyak cerita. Hampir setiap hari menceritakan kamu.."

Aku menoleh menatap Adit. Tidak menyangka ternyata dia sudah melangkah sejauh ini. Malu rasanya. Belum pernah bertemu, tapi sepertinya orangtua Adit sudah taju banyak tentangku.

"Katanya sudah kepengen nikah? Memang nya teteh sudah siap?"

Seperti terkena tembak aku langsung terdiam. Tidak ada kesempatan mundur lagi. Mau tidak mau aku harus mengikuti alur pertanyaan ini. Sebagai konsekuensi kedekatan aku dan Adit selama ini.

"In sya Allah siap bu kalau memang Adit serius"

"Oke. Kalau kalian berdua memang sudah sepakat, serius mau melanjutkan hubungan kalian ke jenjang pernikahan lebih baik disegerakan saja. Jangan ditunda-tunda. Ibu dan bapak juga sudah merestui kalian sejak Adit mengutarakan keinginannya mau menikah dengan kamu.."

"Nanti dua Minggu lagi bapak dan ibu kesana. Katanya orangtua teteh mau kesini dari kampung? Sekalian silaturahmi" Bapak ini sejak tadi anteng. Sekali nya bicara langsung boom. Dua Minggu lagi katanya. Jantungku mau meledak dihujani ucapan-ucapan mengagetkan sejak datang tadi.

\*\*\*

Hari ini , tepat saat resepsi pernikahan kak Sena Adit datang bersama keluarganya. Hadir sebagai tamu undangan , tapi juga sebagai calon besan yang mau membicarakan tentang pernikahan anaknya. Semua anggota keluarga besarku turut duduk bersama. Menguatkan mamahku yang sendirian karena ayahku tidak hadir di pernikahan kak Sena. Beliau menemani adikku yang masih duduk di bangku sekolah SD.

Siapa yang menyangka, niat silaturahmi keluarga Adit justru langsung menentukan tanggal pernikahan. Ayahku juga sudah hadir virtual lewat panggilan video call sejak tadi.

"Kalau pernikahan nya dilangsungkan tiga bulan dari sekarang bagaimana bu, pak? Jangan lama-lama calon pengantin pria nya sudah tidak sabar katanya". Ayah Adit memulai obrolan serius setelah tadi perkenalan. Semua orang tersenyum lebar dengan ucapan ayah Adit itu. Bahagia. Sedang Adit hanya cengengesan malu.

"Apa tidak terlalu cepat pak?" Mamahku langsung menanggapi seperti enggan melepas putrinya ini menikah lebih cepat.

"Lebih cepat lebih baik bu. Supaya tidak menimbulkan fitnah. In sya Allah kami segera menyiapkan segala sesuatu nya"

"Tapi saya minta pernikahan nya dilangsungkan di kampung sini. Yanti itu kan anak saya, saya tidak mau merepotkan pak de lebih banyak lagi. Kasihan pak de, baru juga resepsi sudah mau resepsi lagi" Ganti ayahku yang bersuara.

"Tapi kalau resepsi disini lebih mudah pak. Lagi keluarga kami juga pasti lebih banyak yang hadir turut menyaksikan akad nya" Ayah Adit tidak mau kalah..

"Saya sudah mengalah acara lamaran mendadak dan tertutup begini . Saya hanya tidak ingin dicap buruk oleh warga karena acara pernikahan nya tidak disebar luaskan bahkan lamaran nya juga diam-diam" Ayahku mulai emosi mengingat acara sepenting ini tapi beliau tidak bisa hadir turut menyaksikan langsung.

"Bukan begitu pak, kami tidak bermaksud merendahkan keluarga bapak, hanya memberi usul. Kalau bapak mau acara pernikahan nya dilangsungkan di kampung sana juga tidak apa. In sya Allah kami dan keluarga besar siap datang memenuhi permintaan bapak"

"Kalau begitu saya setuju. Tinggal menunggu keputusan Yanti dan pak de. Karena yang tahu keadaan disana kan pak de . Kalau pak de setuju, sudah pasti itu yang terbaik untuk Yanti. Saya juga setuju"

"Sekarang pak de tanya, kamu bagaimana Yanti? Apakah sudah yakin dengan Adit? Siap acara pernikahan nya dilangsungkan tiga bulan lagi dari sekarang?"

"Saya yakin pak de, in sya Allah siap tiga bulan lagi saya menikah"

"Nah kalau sudah setuju semua, saya sebagai wali nya Yanti disini mewakili ayah Yanti yang tidak bisa hadir menerima Lamaran dari Adit. In sya Allah juga kami siap menerima kedatangan bapak dan ibu sekeluarga nanti di kampung"

"Alhamdulillah.."

Semua yang turut hadir menyaksikan Lamaran tadi tersenyum lega. Tidak ada tukar cincin atau apapun itu. Semua serba dadakan. Tapi bersyukur karena semua sudah deal tanggal juga sudah ditentukan. Tinggal mempersiapkan jalan nya proses pernikahan sampai tiba hari H nya nanti.

Acara resepsi kembali dilanjutkan. Orangtua Adit juga sudah pamit pulang. Hanya Adit yang tinggal membantu kami melaksanakan jalan nya acara.

Menjelang malam tamu undangan mulai sepi. Adit pamit pulang setelah makan malam bersama. Tinggallah kami keluarga inti yang masih asyik mengobrol. Pengantin wanita sudah kembali ke kamar berganti pakaian. Tak lama kak Sena muncul dengan gagahnya. Masih mengenakan setelan jas dan sepatu nya. Datang menghampiri kami membaur mengobrol bersama.

"Woy Lia.. sini kita bully yang habis Lamaran"

"Tuh kan mulai nih biang rusuh datang" Aku sudah ancang-ancang mau pergi, tapi kak Lia datang menarik tanganku duduk kembali. Apes.

"Mau kemana kamu. Sini duduk dulu. Enak saja main pergi. Tidak ada status tidak ada hubungan tau-tau nikah. Se enak jidatmu melangkahi aku. Harusnya kan aku yang nikah duluan"

"Mulai nih drama nya" Sindir ku pasrah.

"Tau tuh orang lagi resepsi dia nimbrung Lamaran. Ngga modal banget Lamaran saja numpang. Harus nya kan biayanya bagi dua karena dia numpang Lamaran. Rugi aku ini.."

Hahaha.. semua orang yang mendengar obrolan ngawur kak Sena dan kak Lia tertawa tergelak. Benar-benar mereka ini paling bisa membuatku diam tidak berkutik.

"Waahhh iya juga. Harusnya kan dia kasih uang pelangkah buat aku. Kan dia nikah duluan sebelum aku. Bener-bener ya kamu ini.. bayar..!" Kak Lia menadahkan tangan meminta uang pelangkah. Sedang kak Sena juga tak mau kalah turut menadahkan tangan nya meminta uang ganti rugi.

"Mana sini.. bayar..! Bagi dua modalnya. Curang kamu. Mau enaknya saja. Nasi, daging, ayam, kue semuanya dibeli pakai uang bukan terima kasih" Kak Sena dan kak Lia mulai menjadi-jadi.

"Kabuuuuuuur..."

Aku lari menghindari candaan mereka yang membuat perutku mulas juga berderai air mata. Bukan hanya aku, tapi mereka yang nonton juga memegangi perutnya menahan kram.

Tidak, aku sama sekali tidak tersinggung dengan candaan mereka. Aku justru bahagia karena itu adalah bentuk kasih sayang mereka terhadapku. Mana mungkin mereka sampai hati membully ku seperti itu.

Episodes
1 Bab 1. Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Mengagumi dalam hati
3 Bab 3. Adit saja
4 Bab 4. Lampu Restu
5 Bab 5. Numpang Lamaran
6 Bab 6. Mulai curiga
7 Bab 7. Spill Pernikahan
8 Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9 Bab 9. Canda Galau
10 Bab 10. Perang Batin
11 Bab 11. Masih Julid
12 Bab 12. Terkena maag
13 Bab 13. Di jenguk kak Lia
14 Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15 Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16 Bab 16.Resepsi ke-2
17 Bab 17. Di tuding mandul
18 Bab 18. Tangis tak bertepi
19 Bab 19. Ada Kista
20 Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21 Bab 21.Mengasingkan Diri
22 Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23 Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24 Bab 24. Surprise Pindahan
25 Bab 25. Syukuran
26 Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27 Bab 27. Ketahuan Lagi
28 Bab 28. Pak de berkunjung
29 Bab 29. Gabug
30 Bab 30. Jadwal ke dokter
31 Bab 31. Liburan Tipis
32 Bab 32. Garis dua
33 Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34 Bab 34. Tamu tak diundang
35 Bab 35. Tim Rusuh
36 Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37 Bab 37. Sidak Dadakan
38 Bab 38. Dipermalukan
39 Bab 39. Buah dari sabar
40 Bab 40. Mudik
41 Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42 Bab 42. Kasih Ibu
43 Bab 43. Silaturahmi
44 Bab 44. Salah Praduga
45 Bab 45. Pengajian penuh gosip
46 Bab 46. Bahagia bareng bestie
47 Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48 Bab 48. Nengok Utun
49 Bab 49. Kena Karma
50 Bab 50. Mulut Jahat
51 Bab 51. Tak Dianggap
52 Bab 52. Mengadu
53 Bab 53. Makan Telur
54 Bab 54. Bikin Iri
55 Bab 55. Pengakuan
56 Bab 56. Hampir Menyerah
57 Bab 57. Kesal
58 Bab 58. Perut Semangka
59 Bab 59. Panik
60 Bab 60. Operasi Dadakan
61 Bab 61. Di marahi dokter
62 Bab 62. Tidak boleh minum
63 Bab 63. Derita Pasca SC
64 Bab 64. Di klaim manja
65 Bab 65. Luka terbuka
66 Bab 66. Uang yang berkuasa
67 Bab 67. Buntut dari Air Mata
68 Bab 68. Puasa Biar Kurus
69 Bab 69. Berusaha Mendekat
70 Bab 70. Dan terjadi lagi
71 Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72 Bab 72. Kesepakatan Bersama
73 Bab 73. Persiapan buka toko
74 Bab 74. Dianggap Benalu
75 Bab 75. Cemburu soal anak
76 Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77 Bab 77. Mulai Gerah
78 Bab 78. Beli Mobil
79 Bab 79. Syukuran
80 Bab 80. Liburan
81 Bab 81. Batas Kesabaran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Mengagumi dalam hati
3
Bab 3. Adit saja
4
Bab 4. Lampu Restu
5
Bab 5. Numpang Lamaran
6
Bab 6. Mulai curiga
7
Bab 7. Spill Pernikahan
8
Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9
Bab 9. Canda Galau
10
Bab 10. Perang Batin
11
Bab 11. Masih Julid
12
Bab 12. Terkena maag
13
Bab 13. Di jenguk kak Lia
14
Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15
Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16
Bab 16.Resepsi ke-2
17
Bab 17. Di tuding mandul
18
Bab 18. Tangis tak bertepi
19
Bab 19. Ada Kista
20
Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21
Bab 21.Mengasingkan Diri
22
Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23
Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24
Bab 24. Surprise Pindahan
25
Bab 25. Syukuran
26
Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27
Bab 27. Ketahuan Lagi
28
Bab 28. Pak de berkunjung
29
Bab 29. Gabug
30
Bab 30. Jadwal ke dokter
31
Bab 31. Liburan Tipis
32
Bab 32. Garis dua
33
Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34
Bab 34. Tamu tak diundang
35
Bab 35. Tim Rusuh
36
Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37
Bab 37. Sidak Dadakan
38
Bab 38. Dipermalukan
39
Bab 39. Buah dari sabar
40
Bab 40. Mudik
41
Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42
Bab 42. Kasih Ibu
43
Bab 43. Silaturahmi
44
Bab 44. Salah Praduga
45
Bab 45. Pengajian penuh gosip
46
Bab 46. Bahagia bareng bestie
47
Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48
Bab 48. Nengok Utun
49
Bab 49. Kena Karma
50
Bab 50. Mulut Jahat
51
Bab 51. Tak Dianggap
52
Bab 52. Mengadu
53
Bab 53. Makan Telur
54
Bab 54. Bikin Iri
55
Bab 55. Pengakuan
56
Bab 56. Hampir Menyerah
57
Bab 57. Kesal
58
Bab 58. Perut Semangka
59
Bab 59. Panik
60
Bab 60. Operasi Dadakan
61
Bab 61. Di marahi dokter
62
Bab 62. Tidak boleh minum
63
Bab 63. Derita Pasca SC
64
Bab 64. Di klaim manja
65
Bab 65. Luka terbuka
66
Bab 66. Uang yang berkuasa
67
Bab 67. Buntut dari Air Mata
68
Bab 68. Puasa Biar Kurus
69
Bab 69. Berusaha Mendekat
70
Bab 70. Dan terjadi lagi
71
Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72
Bab 72. Kesepakatan Bersama
73
Bab 73. Persiapan buka toko
74
Bab 74. Dianggap Benalu
75
Bab 75. Cemburu soal anak
76
Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77
Bab 77. Mulai Gerah
78
Bab 78. Beli Mobil
79
Bab 79. Syukuran
80
Bab 80. Liburan
81
Bab 81. Batas Kesabaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!