Bab 19. Ada Kista

Malam itu aku tertidur dipelukan Adit dengan membawa air mata yang masih merembes keluar. Entah pukul berapa aku terlelap, yang jelas aku bangun masih dalam keadaan dipeluk Adit. Masih ada luka sebenarnya, tapi sudahlah. Dunia tetap terus berjalan meski dengan hati yang berdarah-darah.

Aku akan mencari tahu tentang promil lebih intens lagi. Tidak apa diomeli mertua dan dibentak-bentak, karena dihina orang lain jauh lebih menyakitkan daripada sekedar diomeli dan dibentak. Biar saja mertua mengomel, yang penting tidak ada yang menghina aku lagi. Toh yang membiayai nanti Adit. Dia yang bertanggung jawab semua jika aku hamil, kenapa aku harus takut dengan omelan mertua.

Hasil pencarian ku di google tadi, sepetinya aku harus ke dokter terlebih dulu. Memeriksa apakah rahimku subur atau tidak. Baru nanti tahu langkah apa yang harus diambil selanjutnya supaya bisa cepat hamil. Tapi kalau ke dokter tentu saja harus dengan Adit sekalian, biar lebih jelas hasilnya. Apakah dari pihak aku atau dari Adit yang menyebabkan aku belum hamil.

Aku akan membicarakan ini dengan Adit saat dia bangun nanti. Semoga saja dia setuju dengan ide ku ini.

"Yank.."

"Astagfirullahaladziim.." Aku yang sedang duduk di sofa menimang ponsel terlonjak kaget.

"Kenapa kamu kaget gitu" Tanya Adit duduk di sebelahku, masih memegang handuk habis mandi.

"Ini yank, tadi aku sedang berfikir gimana kalau kita coba periksa ke dokter yank? Coba saja dulu biar tidak penasaran hasilnya" Ujarku hati-hati.

"Ya boleh, tapi aku kerja yank. Mau ke rumah sakit mana?" Yes. Sorak ku dalam hati. Berarti Adit sudah memberi izin kalau aku boleh konsul ke dokter. Soal mertua mengomel itu urusan nanti. Yang penting aku tahu hasilnya tidak mandul, supaya bisa membungkam mulut nenek menyebalkan itu. Aku yakin aku normal.

"Kalau disini aku belum tahu dimana yang bagus yank, menurutmu dimana?" Tanyaku lagi.

"Di rumah sakit Bakti Husada saja, yang sebrang jalan situ biasa kita lewat ke pasar sana yank. Kamu tahu tidak?"

"Iya aku tahu. Kalau kamu tidak bisa bareng, aku minta antar kak Lia saja yank, gimana? Boleh tidak? Sudah penasaran banget sama hasil nya?" Ujarku memelas, supaya dikabulkan.

"Ya sudah, kalau kak Lia tidak keberatan tidak apa-apa. Kamu pergi saja dulu. Biar bisa tenang kalau sudah tahu hasil nya"

"Iya.. terima kasih sayangku.." Aku tersenyum memeluk nya. Bersyukur sekali, biarpun mamah nya suka mengomel tapi Adit tetap sayang padaku. Tidak terpengaruh oleh mamah nya.

Pulang dari warung aku langsung bersiap ke dokter. Sudah janjian tadi dengan kak Lia. Habis ashar langsung on the way menuju Bakti Husada.

"Eh teh Lia, sini masuk. Hujan-hujan begini habis dari mana?" Terdengar suara mertuaku di teras rumah, pasti kak Lia sudah datang.

"Enggak kok bu, sengaja kesini mau ketemu Yanti.."

"Kak.. sudah sampai. Ayo sini masuk" Sapaku keluar rumah.

"Ada apa teh tumben hujan-hujan begini kesini?" Tanya mamah mertuaku setengah penasaran.

"Ngga ada mah. Ini teteh mau keluar sebentar kalau hujan nya sudah reda" Aku yang menjawab lebih dulu pertanyaan untuk kak Lia.

"Hujan-hujan begini mau keluyuran. Memang nya tidak ada hari esok apa !!" Ketus mertuaku mulai keluar taring nya. Kak Lia hanya mesem. Mulai paham apa yang aku ceritakan waktu itu.

"Iya, tidak apa mah. Nanti kalau reda saja, insya Allah aman sama kak Lia"

"Memang nya Adit sudah memberimu izin mau keluar hujan-hujan begini?"

"Tadi sebelum Adit berangkat kerja aku sudah minta izin, katanya boleh mah" Tidak ada kata lagi, beliau pergi meninggalkan kami begitu saja di teras. Aku dan kak Lia mengulum senyum penuh arti.

Hujan masih gerimis ketika aku nekat berangkat ke rumah sakit. Mamah mertua sudah mengingatkan, bahkan ayah mertua yang biasa nya hanya diam juga sempat melarang tapi aku tidak menggubris nya. Sakit hati membuatku rela melakukan apa saja, demi membungkam mulut mereka yang mengoceh aku mandul. Geram sekali aku, ingin menyumpal mulut nya yang asal mangap.

"Kak Lia, aku takut.." Rengekku seperti biasa, kak Lia sudah hafal dengan sifatku yang kadang manja.

"Sudah tenang saja, biar kamu juga cepat tahu hasilnya. Jadi lebih cepat juga ambil tindakan nya. Kamu ingin membungkam mereka kan dengan hasilnya?"

"Hhm" Aku mengangguk lemas. Was was akan hasil pemeriksaan dokter nanti tidak sesuai harapan.

"Ya sudah kamu tidak usah takut. Ada aku disini bersamamu. Kita akan hadapi bersama" Aku tau, kak Lia bukan hanya menenangkan tapi siap menanggung resiko nya nanti jika sudah tahu hasilnya. Dia akan berusaha membantu mencari jalan keluar nya. Demi aku yang sudah dianggapnya adik. Setulus itu mereka, mana mungkin aku tidak terbebani belas budi dengan kebaikan mereka semua.

Aku bersama kak Lia menunggu giliran dengan sabar, duduk dibangku tunggu yang sudah disediakan. Sama sekali tidak nyaman melihat lalu lalang orang. Ada yang tersenyum bahagia, ada juga yang menangis tergugu merasakan kecewa nya. Begitu pun aku yang mulai pesimis dengan hasil pemeriksaan dokter nanti. Mungkin akan lebih kecewa dari itu jika hasilnya tidak sesuai .

Tak berselang lama, seorang perawat memanggil namaku.

"Ibu Yanti Susilawati.."

"Iya.." Kami berdiri mendekat ke arah ruang praktek sang dokter.

"Silahkan masuk bu" Ucap si perawat ramah di depan pintu. Kami hanya tersenyum mengangguk.

"Ibu Yanti Susilawati silahkan.." Sapa sang dokter di meja kerja nya sambil membalik berkas.

"Iya dok.." Kami duduk bersamaan di depan pak dokter yang bernama Dody itu.

"Ada keluhan apa ibu, sebelum nya belum pernah kesini ya..?" Tanya nya.

"Belum dok, ini mau konsultasi dulu saja" Jawabku tersenyum was-was.

"Iya, silahkan apa yang mau ditanyakan ibu..?"

"Begini dok, saya kan sudah menikah, baru satu bulan memang, tapi kata tetangga saya, saya mandul gitu dok karena belum hamil. Makanya saya kesini, mau periksa. Memang iya saya mandul, gitu dok" Tanyaku lagi takut-takut karena cerita terlalu panjang.

"Hahaha. Dari mana rumusnya baru satu bulan menikah lalu dikatakan mandul. Yang sudah bertahun-tahun menikah saja ada kok yang belum hamil. Tapi bukan berarti mandul, selama dia punya rahim, insya Allah bisa hamil hanya mungkin belum dikasih sama Allah. Tenang saja, santai. Toh kamu masih muda kan baru 23th apalagi baru sebulan menikah. Belum pernah keguguran kan sebelum nya?"

"Belum dok" Jawabku sedikit lega. Karena dokter Dody biarpun sudah tua, tapi beliau menanggapi pertanyaan ku dengan guyonan. Bukan malah menakutiku yang tidak-tidak.

"Tapi saudara saya ada yang baru satu bulan menikah langsung hamil dok. Makanya saya dibandingkan dengan dia begitu"

"Mungkin dia pas menikah dalam keadaan subur, jadi begitu dibuahi langsung jadi. Oke. Biar kamu tidak penasaran, kita periksa dulu yuk. Cek kondisi rahim kamu bagaimana. Subur apa tidak untuk dibuahi"

"Iya dok.." Aku mengangguk. Mengikuti arahan suster untuk berbaring di ranjang khusus untuk USG. Kak Lia pun dengan setia mendampingi ku.

"Maaf ya, kita chek dulu" Dokter Dody mulai mengoles gel pada alat periksa nya. Kemudian menempelkan pada perutku. Bergeser ke kanan dan kiri mencari letak rahimku.

"Iya dok.." Aku meringis malu. Aneh rasanya baru pertama kali diperiksa oleh dokter pria. Apalagi memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tertutup oleh baju.

"Mmmm.. Ini ada kista kecil sihh sebenarnya. Tuh bagian sini, kamu lihat kan ada yang menggumpal kecil. Tapi ngga papa, ini bukan kista yang berbahaya kok, wajar sebenarnya. Dia bisa mengecil dan membesar tergantung hormon dan pola makan. Malah dia bisa menghilang dengan sendiri nya asal pola makan yang sehat juga emosi yang stabil. Jangan menahan amarah berlarut-larut ya, lepaskan saja bebaskan. Biar hormon nya juga stabil" Deg. Kista??? Aku langsung lemas terdiam. Apalagi ini ya Allah. Kenapa seolah ujian untukku tidak ada habis nya.

"Iya dok, nanti saya usahakan" Jawabku lirih. Tak mau banyak bertanya lagi. Karena hasil nya juga membuat ku kecewa. *Bagaimana ini bisa terjadi padaku ya Allah, belum cukupkah ujianku selama ini*? Ucapku dalam hati mengadu pada sang maha kuasa. Protes akan takdir nya, yang membuatku benar-benar hampir putus asa.

"Kamu tidak usah khawatir, asal emosi dan pola makanmu terjaga insya Allah tidak apa-apa. Nanti saya kasih obat penguat buat kandungan. Kalau bisa kamu rutin minum susu prahamil ya untuk menunjang juga. Nanti cari saja di supermarket, disana banyak varian rasanya kamu tinggal pilih saja"

"Iya dok.." Lagi-lagi aku hanya menjawab singkat, tidak panjang lebar seperti sebelumnya. Pasrah dengan hasil pemeriksaan USG tadi.

"Ini saya kasih surat chek up nya, bulan depan kesini lagi ya lihat perkembangan nya. Mudah-mudahan kista nya sudah tidak ada. Dan lebih bersyukur lagi kalau kesini sudah positif hamil. Terus berdo'a, memohon sama Allah semoga kamu cepat hamil ya. Jangan patah semangat.." Ucap dokter Dody menyemangati ku dengan tersenyum ramah.

"Iya dok, terima kasih. Mari.." Ucapku tersenyum terpaksa bangun dari duduk, membungkuk sopan, kemudian keluar dari ruangan dengan perasaan yang tidak baik-baik saja.

Pecah sudah tangisku, tak bisa terbendung lagi begitu keluar dari ruang praktek dokter Dody. Aku duduk menunggu obat sambil memeluk kak Lia. Aku benar-benar merasa hancur lebur sekarang. Merasa tidak berguna. Tidak bisa memberi keturunan untuk Adit.

Mertuaku yang selama ini selalu sinis padaku, lalu memperlakukan ku kasar, aku masih bisa bertahan demi Adit yang sangat mencintaiku. Lalu bagaimana nanti kalau Adit tahu ada kista di rahimku. Apakah dia akan tetap mencintaiku? Bagaimana kalau dia malah membuangku, seperti ibunya yang tidak pernah suka padaku.

Aku tidak sanggup ya Allah kalau rumah tanggaku berakhir seperti ini. Tidak apa-apa aku yang tersakiti, tapi aku tidak mau orangtua ku kecewa. Baru juga sebulan menikah harus berakhir gara-gara ini. Aku tidak mau ya Allah.

"*Tolong, beri keajaiban untukku kali ini saja. Beri aku keturunan ya Allah. Aku tidak ikhlas dihina seperti ini. Tunjukan pada mereka bahwa aku tidak mandul ya Allah, aku bisa hamil. Dan anakku sehat wal afiat tanpa kekurangan suatu apapun aamiin*."

Episodes
1 Bab 1. Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Mengagumi dalam hati
3 Bab 3. Adit saja
4 Bab 4. Lampu Restu
5 Bab 5. Numpang Lamaran
6 Bab 6. Mulai curiga
7 Bab 7. Spill Pernikahan
8 Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9 Bab 9. Canda Galau
10 Bab 10. Perang Batin
11 Bab 11. Masih Julid
12 Bab 12. Terkena maag
13 Bab 13. Di jenguk kak Lia
14 Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15 Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16 Bab 16.Resepsi ke-2
17 Bab 17. Di tuding mandul
18 Bab 18. Tangis tak bertepi
19 Bab 19. Ada Kista
20 Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21 Bab 21.Mengasingkan Diri
22 Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23 Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24 Bab 24. Surprise Pindahan
25 Bab 25. Syukuran
26 Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27 Bab 27. Ketahuan Lagi
28 Bab 28. Pak de berkunjung
29 Bab 29. Gabug
30 Bab 30. Jadwal ke dokter
31 Bab 31. Liburan Tipis
32 Bab 32. Garis dua
33 Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34 Bab 34. Tamu tak diundang
35 Bab 35. Tim Rusuh
36 Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37 Bab 37. Sidak Dadakan
38 Bab 38. Dipermalukan
39 Bab 39. Buah dari sabar
40 Bab 40. Mudik
41 Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42 Bab 42. Kasih Ibu
43 Bab 43. Silaturahmi
44 Bab 44. Salah Praduga
45 Bab 45. Pengajian penuh gosip
46 Bab 46. Bahagia bareng bestie
47 Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48 Bab 48. Nengok Utun
49 Bab 49. Kena Karma
50 Bab 50. Mulut Jahat
51 Bab 51. Tak Dianggap
52 Bab 52. Mengadu
53 Bab 53. Makan Telur
54 Bab 54. Bikin Iri
55 Bab 55. Pengakuan
56 Bab 56. Hampir Menyerah
57 Bab 57. Kesal
58 Bab 58. Perut Semangka
59 Bab 59. Panik
60 Bab 60. Operasi Dadakan
61 Bab 61. Di marahi dokter
62 Bab 62. Tidak boleh minum
63 Bab 63. Derita Pasca SC
64 Bab 64. Di klaim manja
65 Bab 65. Luka terbuka
66 Bab 66. Uang yang berkuasa
67 Bab 67. Buntut dari Air Mata
68 Bab 68. Puasa Biar Kurus
69 Bab 69. Berusaha Mendekat
70 Bab 70. Dan terjadi lagi
71 Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72 Bab 72. Kesepakatan Bersama
73 Bab 73. Persiapan buka toko
74 Bab 74. Dianggap Benalu
75 Bab 75. Cemburu soal anak
76 Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77 Bab 77. Mulai Gerah
78 Bab 78. Beli Mobil
79 Bab 79. Syukuran
80 Bab 80. Liburan
81 Bab 81. Batas Kesabaran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Mengagumi dalam hati
3
Bab 3. Adit saja
4
Bab 4. Lampu Restu
5
Bab 5. Numpang Lamaran
6
Bab 6. Mulai curiga
7
Bab 7. Spill Pernikahan
8
Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9
Bab 9. Canda Galau
10
Bab 10. Perang Batin
11
Bab 11. Masih Julid
12
Bab 12. Terkena maag
13
Bab 13. Di jenguk kak Lia
14
Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15
Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16
Bab 16.Resepsi ke-2
17
Bab 17. Di tuding mandul
18
Bab 18. Tangis tak bertepi
19
Bab 19. Ada Kista
20
Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21
Bab 21.Mengasingkan Diri
22
Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23
Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24
Bab 24. Surprise Pindahan
25
Bab 25. Syukuran
26
Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27
Bab 27. Ketahuan Lagi
28
Bab 28. Pak de berkunjung
29
Bab 29. Gabug
30
Bab 30. Jadwal ke dokter
31
Bab 31. Liburan Tipis
32
Bab 32. Garis dua
33
Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34
Bab 34. Tamu tak diundang
35
Bab 35. Tim Rusuh
36
Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37
Bab 37. Sidak Dadakan
38
Bab 38. Dipermalukan
39
Bab 39. Buah dari sabar
40
Bab 40. Mudik
41
Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42
Bab 42. Kasih Ibu
43
Bab 43. Silaturahmi
44
Bab 44. Salah Praduga
45
Bab 45. Pengajian penuh gosip
46
Bab 46. Bahagia bareng bestie
47
Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48
Bab 48. Nengok Utun
49
Bab 49. Kena Karma
50
Bab 50. Mulut Jahat
51
Bab 51. Tak Dianggap
52
Bab 52. Mengadu
53
Bab 53. Makan Telur
54
Bab 54. Bikin Iri
55
Bab 55. Pengakuan
56
Bab 56. Hampir Menyerah
57
Bab 57. Kesal
58
Bab 58. Perut Semangka
59
Bab 59. Panik
60
Bab 60. Operasi Dadakan
61
Bab 61. Di marahi dokter
62
Bab 62. Tidak boleh minum
63
Bab 63. Derita Pasca SC
64
Bab 64. Di klaim manja
65
Bab 65. Luka terbuka
66
Bab 66. Uang yang berkuasa
67
Bab 67. Buntut dari Air Mata
68
Bab 68. Puasa Biar Kurus
69
Bab 69. Berusaha Mendekat
70
Bab 70. Dan terjadi lagi
71
Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72
Bab 72. Kesepakatan Bersama
73
Bab 73. Persiapan buka toko
74
Bab 74. Dianggap Benalu
75
Bab 75. Cemburu soal anak
76
Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77
Bab 77. Mulai Gerah
78
Bab 78. Beli Mobil
79
Bab 79. Syukuran
80
Bab 80. Liburan
81
Bab 81. Batas Kesabaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!