Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2

Tak terasa hari-hari ku menjalani peran sebagai menantu sudah hampir satu bulan lama nya. Satu minggu dari sekarang, acara Resepsi ke-2 kami akan digelar. Malam ini juga akan diadakan rapat guna mempersiapkan jalan nya acara nanti.

"Ayo yank. Makan malam dulu supaya cacing mu tidak demo. Nanti pasti akan lama rapat nya" Adit melangkah keluar kamar lebih dulu.

"Iya sebentar.." Aku melanjutkan melipat pakaian dalam yang tinggal beberapa helai lagi.

"Ayo makan teh" Sapa ayah mertuaku begitu aku menyusul duduk di samping Adit.

"Iya pak.." Jawabku mengangguk sopan tak lupa senyum yang mengembang.

"Teteh kenapa itu kok leher nya merah-merah?" Ujar bontot adik iparku.

"Ini.. digigit semut merah kemarin" Jawabku asal.

Malu setengah mati. Apalagi ayah mertua ku terlihat menunduk menahan geli. Bukan tidak ingin menyemburkan tawa nya, tapi beliau tidak ingin aku malu karena sudah pasti ini perbuatan anak laki-laki nya. Biar sajalah, biar Adit kapok tidak membuat tanda se enak jidat nya. Tadi padi aku masih selamat karena sempat menutup nya dengan make up. Kali ini aku apes. Lupa tidak menutup si tanda merah dengan make up seperti tadi pagi.

"Harus pakai minyak putih teh biar ilang merah nya. Nanti habis makan olesin ya. Aku punya minyak putih nya" Dasar bocah, mana tau kalau merah-merah di leher ku ini tanda cinta dari kakak nya. Aku menggerutu dalam hati. Andai tidak ada mertua, sudah aku cubit perut si Adit. Bikin malu saja.

Kali ini ayah beserta ibu mertuaku tidak bisa menahan tawa nya lagi. Mereka terkekeh lebar. Pasti tidak menyangka anak nya bisa membuat maha karya paling indah seperti ini.

"Iya, nanti teteh minta ya?" Jawabku masih sungkan. Malu bukan main. Sedang Adit tetap makan dengan santai nya. Tidak mau ambil pusing.

Selesai makan, adik iparku membawa piring kotor ke dapur. Lalu aku yang mencuci nya. Mulai paham dia, apa saja yang harus dikerjakan sebagai perempuan. Semoga saja kami bisa berpatner sebagai saudara yang baik.

"Ayo sini kumpul semua. Sudah belum cuci piring nya?" Ucap sang mamah mertua dari arah depan.

"Sebentar lagi mah" Sahutku.

"Ya. Sekalian saja buat kopi untuk Adit dan bapak teh"

"Iya.."

Selesai cuci piring aku membawa dua gelas kopi untuk bapak mertua dan Adit ke ruang tamu. Mereka mulai serius berdiskusi. Mulai dari tenda, kursi, menu prasmanan, hiburan panggung, kostum, hingga pelaminan mereka diskusikan semua malam ini. Aku hanya diam menyimak. Merasa tidak berhak ikut campur. Karena disini acara mereka. Sesekali aku menanggapi jika dimintai pendapat. Setelah nya terserah mereka saja. Aku manut.

"Teteh tidak usah pakai pelaminan ya, pakai dekor kecil saja dikasih bangku. Kemarin kan sudah di kampung, disini kecil-kecilan saja. Mamah sudah habis banyak untuk biaya pernikahan kalian kemarin. Belum lagi sekarang, pasti butuh biaya yang tidak sedikit" Saat membahas rencana resepsi seperti ini, bisa-bisa nya beliau masih mempermasalahkan uang. Kalau sekira nya tidak siap, ya sudah tidak usah resepsi saja sekalian.Toh yang terpenting akad nya berjalan lancar di kampung. Batinku.

"Iya mah, tidak usah pakai dekor juga tidak apa-apa. Sewa make up sama baju nya saja" Jawabku

"Eh pakai dong biar kecil tidak apa-apa, malu nanti kalau ada teman mu dan Adit. Masa mau foto tidak ada pelaminan nya"

"Ya sudah, terserah mamah saja. Aku manut"

Kadang aku merasa heran dengan mertuaku ini. Sebentar baik kaya ibu peri, sebentar jahat kaya mak lampir. Apa beliau ini punya kelainan ganda ya? Astagfirullah. Mikir apa sih aku ini. Nikmati saja selagi beliau baik. Siapa tau do'a ku kapan hari terkabul.

"Berarti sudah deal ya ini. Tidak ada yang dirubah lagi. Teteh mau pakai hena tidak?" Tanya mamah mertuaku lagi.

"Tidak usah mah, pakai sendiri saja. Teteh masih ada sisa kemarin akad" Jawabku.

"Ya sudah acara ini ditutup. Silahkan kalian kembali ke tempat masing-masing"

Aku dan Adit bangun lebih dulu menuju kamar. Bontot masih asyik menonton tv. Sedang mereka para orangtua tetap betah berunding. Tidak menyangka aku mampu melewati hari hampir sebulan disini. Menerima perlakuan sinis juga sikap yang kadang pedas kadang manis dari mertua.

Semoga saja, setelah resepsi nanti Adit akan mengajak pindah ke rumah baru. Sudah tidak sabar rasanya. Tinggal berdua dengan suami tanpa ada campur tangan orangtua dan mertua. Pasti hidupnya tenang, nyaman dan damai. Tidak ada omelan mertua jika bangun siang. Tidak ada komentar julid jika masak keasinan. Tidak harus cuci baju tiap hari. Dan lagi aku bisa pakai daster semauku. Apalagi baju s\*\*\*i tidak harus sungkan lagi depan mertua, terlebih mertua laki-laki.

Ah.. membayangkan nya saja aku sudah tidak sabar. Akan sebahagia apa hidupku nanti.

\*\*\*

Tiga hari kemudian..

Kini tiba waktunya masak memasak. Ada yang buat kue kering, keripik, bolu, kupas bawang, kupas kentang, buat bumbu masak, bumbu sambal, dan masih banyak lagi. Ramai sekali pokoknya hari ini.

Masih memakai adat kampung, jadi siapa saja yang mau hajat pasti tetangga dan saudara datang membantu. Bahu membahu membantu melancarkan dan memeriahkan acara. Ada nenek, teh Eni, dan Mae tentu nya disini selain tetangga. Saudara jauh pun turut berdatangan membawa kue. Senang sekali, ternyata adat disini hampir mirip di kampungku. Hanya saja dikampung ku mulai masak memasak sejak seminggu sebelum acara. Sedang disini tiga hari sebelum hari H. Terkesan mendadak menurutku. Tapi memang adat disini begitu ternyata.

"Teteh sini.." Mae melambaikan tangan sambil memegang parutan kentang. Aku yang baru keluar rumah pun mendekat.

"Sini bantu aku. Aku belum ada partner teh" Katanya.

"Memang yang lain pada kemana?" Sahutku.

"Yang lain disana tuh ibu-ibu. Grup perbumbuan. Kita yang muda disini saja ya teh bantu yang gampang" Ucapnya.

"Ini buat kentang mustofa ya"

"Iya. Di parut seperti ini. Teteh bisa tidak?"

"Bisa dong gampang itu.."

"Ayo dong Mae, tuh si teteh saja bisa cepet. Lambat kamu" Ucap ayah mertuaku yang ternyata sudah di belakang kami.

"Apa sih bah. Ledek saja terus" Ujar Mae merengut.

"Huuuu gitu saja marah" Ledek ayah mertuaku lagi sambil ngeloyor pergi.

"Abah yang satu itu memang begitu teh. Suka banget ledekin aku. Awas saja nanti datang ke rumah minta makan ngga akan aku kasih" Gerutu Mae masih saja kesal.

"Hahaha. Sama abah-abah saja marah kamu Mae. Seperti anak kecil yang diambil permen nya"

"Ya habisnya abah suka gitu teh. Tidak pernah muji aku. Mae yang cantik, Mae yang rajin, yang pintar, yang baik gitu teh. Pasti yang jelek-jelek"

"Ya berarti kamu jelek" ucapku spontan.

"Hahaha" Tawaku meledak melihat Mae meletakkan parutan kentang begitu saja. Pergi entah kemana tanpa sepatah kata pun. Dia ini suka meledek orang, tapi kalau di ledek balik marah. Pintar sekali dia. Tidak mau kalah.

Menjelang Dzuhur aku beres mengerjakan parut memarut kentang yang ditinggalkan Mae. Istirahat terlebih dulu, makan dan sholat. Baru setelah itu aku kembali menghampiri kumpulan ibu-ibu yang masih sibuk memasak. Biarpun aku ini adalah penganten nya ratunya ibarat kata. Aku tetap turun tangan langsung ikut membantu. Tidak enak jika hanya berdiam diri saja.

Seperti saat ini, aku mendekat ke arah nenek yang sedang menggoreng donat mini kataku. Tapi disini, mereka menyebut nya kue Ali. Karena bentuk nya yang kecil melingkar seperti cincin.

"Teteh mau coba, sini" Ucap nenek yang melihat aku berjalan ke arah nya.

"Ini teh, pegang bambu nya" Teh Eni bangun dari duduk nya dan memberikan alat tempur nya kepada ku. Stik panjang terbuat dari bambu untuk memisah kue Ali supaya tidak menempel satu sama lain nya. Di angkat setelah warna berubah coklat dan agak keras.

"Begini cara nya teh, bisa tidak?" ujar nenek memberi contoh padaku.

"Bisa.." Aku mencoba mengangkat si donat mini dengan stik panjang satu persatu. Terlihat seperti kumpulan gelang yang dipakai wanita di film India. Haha. Senang nya. Aku bisa belajar buat kue juga ternyata.

"Pelan-pelan saja nanti kalau sudah terbiasa pasti bisa. Tapi awas jangan sampai gosong ya" Ucap nenek tertawa melihat aku yang masih terlihat kaku saat mengangkat kue Ali.

Sampai sore pekarangan rumah mertuaku ini masih ramai. Hilir ibu-ibu yang masih sibuk kesana-kemari dengan tugas masing-masing membuat ku merasa aman. Terbebas dari omelan mamah mertua. Bayangkan betapa bahagianya aku dari pagi sampai menjelang Maghrib begini beliau masih full senyum. No menye-menye klub. Apalagi berteriak pedas mengomentari apapun yang aku lakukan. Itu tidak akan terjadi selama beberapa hari ke depan.

Hal yang harus aku syukuri ketika aku pun bisa full senyum tanpa ada bayang-bayang mertua yang mengomel. Seperti nya aku harus belajar dari hari ini. Jika ingin terbebas dari perlakuan sinis mertua, maka aku pun harus pandai bermuka dua di depan banyak orang.

Berpura-pura lah mengerjakan sesuatu dengan mereka. Maka beliau tidak ada celah untuk mengomel. Beliau pasti tidak berani terlihat kasar ke mantu. Apalagi berteriak tanpa sebab, bakal malu.

Mau ditaruh mana mukanya yang biasa terlihat ramah dan penyayang tiba-tiba berubah galak.

Episodes
1 Bab 1. Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Mengagumi dalam hati
3 Bab 3. Adit saja
4 Bab 4. Lampu Restu
5 Bab 5. Numpang Lamaran
6 Bab 6. Mulai curiga
7 Bab 7. Spill Pernikahan
8 Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9 Bab 9. Canda Galau
10 Bab 10. Perang Batin
11 Bab 11. Masih Julid
12 Bab 12. Terkena maag
13 Bab 13. Di jenguk kak Lia
14 Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15 Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16 Bab 16.Resepsi ke-2
17 Bab 17. Di tuding mandul
18 Bab 18. Tangis tak bertepi
19 Bab 19. Ada Kista
20 Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21 Bab 21.Mengasingkan Diri
22 Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23 Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24 Bab 24. Surprise Pindahan
25 Bab 25. Syukuran
26 Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27 Bab 27. Ketahuan Lagi
28 Bab 28. Pak de berkunjung
29 Bab 29. Gabug
30 Bab 30. Jadwal ke dokter
31 Bab 31. Liburan Tipis
32 Bab 32. Garis dua
33 Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34 Bab 34. Tamu tak diundang
35 Bab 35. Tim Rusuh
36 Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37 Bab 37. Sidak Dadakan
38 Bab 38. Dipermalukan
39 Bab 39. Buah dari sabar
40 Bab 40. Mudik
41 Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42 Bab 42. Kasih Ibu
43 Bab 43. Silaturahmi
44 Bab 44. Salah Praduga
45 Bab 45. Pengajian penuh gosip
46 Bab 46. Bahagia bareng bestie
47 Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48 Bab 48. Nengok Utun
49 Bab 49. Kena Karma
50 Bab 50. Mulut Jahat
51 Bab 51. Tak Dianggap
52 Bab 52. Mengadu
53 Bab 53. Makan Telur
54 Bab 54. Bikin Iri
55 Bab 55. Pengakuan
56 Bab 56. Hampir Menyerah
57 Bab 57. Kesal
58 Bab 58. Perut Semangka
59 Bab 59. Panik
60 Bab 60. Operasi Dadakan
61 Bab 61. Di marahi dokter
62 Bab 62. Tidak boleh minum
63 Bab 63. Derita Pasca SC
64 Bab 64. Di klaim manja
65 Bab 65. Luka terbuka
66 Bab 66. Uang yang berkuasa
67 Bab 67. Buntut dari Air Mata
68 Bab 68. Puasa Biar Kurus
69 Bab 69. Berusaha Mendekat
70 Bab 70. Dan terjadi lagi
71 Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72 Bab 72. Kesepakatan Bersama
73 Bab 73. Persiapan buka toko
74 Bab 74. Dianggap Benalu
75 Bab 75. Cemburu soal anak
76 Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77 Bab 77. Mulai Gerah
78 Bab 78. Beli Mobil
79 Bab 79. Syukuran
80 Bab 80. Liburan
81 Bab 81. Batas Kesabaran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Mengagumi dalam hati
3
Bab 3. Adit saja
4
Bab 4. Lampu Restu
5
Bab 5. Numpang Lamaran
6
Bab 6. Mulai curiga
7
Bab 7. Spill Pernikahan
8
Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9
Bab 9. Canda Galau
10
Bab 10. Perang Batin
11
Bab 11. Masih Julid
12
Bab 12. Terkena maag
13
Bab 13. Di jenguk kak Lia
14
Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15
Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16
Bab 16.Resepsi ke-2
17
Bab 17. Di tuding mandul
18
Bab 18. Tangis tak bertepi
19
Bab 19. Ada Kista
20
Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21
Bab 21.Mengasingkan Diri
22
Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23
Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24
Bab 24. Surprise Pindahan
25
Bab 25. Syukuran
26
Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27
Bab 27. Ketahuan Lagi
28
Bab 28. Pak de berkunjung
29
Bab 29. Gabug
30
Bab 30. Jadwal ke dokter
31
Bab 31. Liburan Tipis
32
Bab 32. Garis dua
33
Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34
Bab 34. Tamu tak diundang
35
Bab 35. Tim Rusuh
36
Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37
Bab 37. Sidak Dadakan
38
Bab 38. Dipermalukan
39
Bab 39. Buah dari sabar
40
Bab 40. Mudik
41
Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42
Bab 42. Kasih Ibu
43
Bab 43. Silaturahmi
44
Bab 44. Salah Praduga
45
Bab 45. Pengajian penuh gosip
46
Bab 46. Bahagia bareng bestie
47
Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48
Bab 48. Nengok Utun
49
Bab 49. Kena Karma
50
Bab 50. Mulut Jahat
51
Bab 51. Tak Dianggap
52
Bab 52. Mengadu
53
Bab 53. Makan Telur
54
Bab 54. Bikin Iri
55
Bab 55. Pengakuan
56
Bab 56. Hampir Menyerah
57
Bab 57. Kesal
58
Bab 58. Perut Semangka
59
Bab 59. Panik
60
Bab 60. Operasi Dadakan
61
Bab 61. Di marahi dokter
62
Bab 62. Tidak boleh minum
63
Bab 63. Derita Pasca SC
64
Bab 64. Di klaim manja
65
Bab 65. Luka terbuka
66
Bab 66. Uang yang berkuasa
67
Bab 67. Buntut dari Air Mata
68
Bab 68. Puasa Biar Kurus
69
Bab 69. Berusaha Mendekat
70
Bab 70. Dan terjadi lagi
71
Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72
Bab 72. Kesepakatan Bersama
73
Bab 73. Persiapan buka toko
74
Bab 74. Dianggap Benalu
75
Bab 75. Cemburu soal anak
76
Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77
Bab 77. Mulai Gerah
78
Bab 78. Beli Mobil
79
Bab 79. Syukuran
80
Bab 80. Liburan
81
Bab 81. Batas Kesabaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!