Bab 9. Canda Galau

Aku menyusul Adit ke dalam kamar. Ternyata sedang bermain ponsel. Mencoba tenang dengan kejadian tadi. Tidak membahas atau menyinggung apapun. Ikut rebahan disamping nya. Diam. Tapi tetap saja kepikiran. Lebih baik tanya ke Adit atau simpan di hati saja ya? Seperti nya dia sedang tidak ingin diganggu.

"Kamu tidak menelpon mamah yank..?" Aku yang sedang melamun terjengkit kaget oleh nya.

"Eh iya. Lupa yank. Ini mau. hehehe" Buru-buru aku menyambar ponselku. Bisa-bisa nya aku lupa begini.

"Waalaikumsalam. Mah maaf baru ngabarin mamah jam segini. Tadi aku sampai jam tiga pagi di stasiun"

"*Iya tidak apa-apa. Syukur kalau sudah sampai. Kamu baik-baik saja mba*?"

"Alhamdulillah aku baik-baik saja mah. Begitu sampai tadi dijemput bapak, sampai rumah langsung tidur. Istirahat. Jadi baru sempat mengabari mamah sekarang. Maaf ya sudah membuat mamah dan ayah khawatir"

Ingin sekali rasanya aku cerita tentang kejadian barusan. Tapi mana mungkin. Baru sehari aku tinggal disini, masa sudah cerita begitu. Pasti mamah tidak percaya. Sudahlah aku simpan saja cerita ini. Aku tidak ingin mamah khawatir. Apalagi kecewa.

"*Tidak apa-apa. Mamah lega kalau kamu baik-baik saja. Jadi menantu yang baik ya mba, yang rajin, jangan kecewain mamah dan ayah*"

"Iya mah. Aku pasti akan berusaha jadi menantu yang baik" Padahal belum apa-apa saja sudah begini mah. Ucapku dalam hati. Aku tidak mungkin cerita yang sebenar nya. Apalagi saudara ayah sebelum nya sudah mewanti-wanti untuk tidak menikah dengan orang jauh. Pasti mereka malu kalau tau aku mendapat ucapan pedas dihari pertama jadi mantu. Lagi-lagi aku hanya bisa menelan kembali ungkapan yang hampir saja keluar dari mulutku. Semoga saja aku salah menilai. Semoga saja kedepan nya mereka tidak seperti itu. Aamiin.

"*Adit mana mba, mamah mau bicara sebentar*.."

"Hallo.. Assalamu'alaikum mah.."

"*Waalaikumsalam Dit, sudah sampai*?"

"Sudah mah. Ini kita baru habis sarapan. Jadi baru sempat mengabari mamah. Adit minta maaf kalau kami telat kasih kabar.."

"*Tidak apa-apa yang penting kalian berdua baik-baik saja. Selamat sampai tujuan mamah sudah sangat bersyukur. Mamah titip Yanti ya Dit, tolong ajari dia. Kalau salah ditegur saja, kasih tau yang benar. Tapi jangan kasari dia*"

"Iya mah, Adit janji akan menjaga Yanti sebaik mungkin. Mamah dan ayah jangan khawatir. Kalau ada apa-apa Adit pasti langsung menelpon kesana.."

"*Ya sudah kalian istirahat saja dulu. Mamah tutup telpon nya. Salam buat mamah dan bapak mu ya Dit*.."

"Iya mah. Waalaikumsalam nanti Adit sampaikan salam dari mamah dan ayah"

Tut. sambungan terputus. Aku dan Adit hanya saling diam. Tau kalau kejadian tadi di meja makan tidak mengenakan.

"Maafin mamah aku ya yank. Kamu pasti kecewa.."

"Kecewa itu pasti. Tapi mungkin maksud mereka baik. Supaya kita tidak hidup susah nanti nya. Kamu sendiri bagaimana? Mau punya anak sekarang atau ditunda?" Aku memastikan jawaban Adit. Supaya tidak salah paham nanti nya. Soal larangan mertua itu urusan nanti. Yang penting aku dengar sendiri dari mulut Adit.

"Aku mau punya anak sekarang yank. Tidak usah ditunda. Kamu ngga usah dengerin ucapan mamah ya. Yang jalani rumah tangga itu kita. Aku yang akan biayain hidup kita. In sya Allah rejeki sudah diatur sama yang maha kuasa. Ya.."

"Hm.." Aku hanya mengangguk haru mendengar jawaban Adit barusan. Tidak menyangka dia akan membela aku seperti ini. Bukan membela, tapi lebih ke mementingkan urusan rumah tangga ini supaya kedepan nya hubungan kami selalu harmonis. Soal orangtua sudah pasti setiap anak akan menghormati mereka diatas segala nya. Hanya saja kadang kita beda pendapat.

Sepanjang hari kami tidak keluar kamar. Saling peluk, bercanda, main hp, bercanda lagi. Begitu saja terus sampai kami tidak sadar sudah terlelap lama. Mungkin efek perjalanan jauh.

Saat adzan Dzuhur berkumandang, barulah kami menggeliat bangun. Membuka mata, Adit masih saja mendusel memeluk erat dari belakang.

"Bangun yank. Sudah Dzuhur ternyata. Masa seharian kita dikamar terus" Aku mulai berfikir apa yang dikata orang lain nanti kalau liat pengantin baru seharian ngamar terus. Takut dikira kejar target. Padahal kan kita memang hanya tidur.

"Memang nya kenapa kalau dikamar terus. Semua orang juga tahu kalau kita pengantin baru yank. Biar saja.."

"Apa ngga malu nanti diledek para sepupu mu..?"

"Kenapa harus malu. Mereka hanya tidak tahu saja kalau menikah muda itu enak. Bisa peluk-peluk setiap hari. Hahaha.."

"Mulutmu yank.."

"Nongkrong di warung mamah yuk yank.."

"Ayo. Tapi kita sholat dulu ya.."

"Iya.."

Dengan berjalan kaki kami bersama menuju warung ibu mertuaku. Warung kopi yang terletak tidak jauh dari rumah. Hanya lima menit jika tidak menggunakan motor.

"Hallo guys.." Seperti biasa suamiku ini memang hobi bercanda. Jadi tidak heran jika dia menyapa siapa saja yang ada di warung layaknya artis. Aku hanya geleng kepala. Tidak habis pikir kenapa suamiku bisa sePede ini di depan banyak orang.

"Wedehh.. panganten anyar baru keluar kamar guys.." Jawab salah satu sepupu Adit mulai meledek kami.

"Iya dong. Kejar tayang bikin anak. Hahaha.."

Sontak saja mereka semua tertawa terbahak. Tidak terkecuali ibu mertuaku. Aku melirik nya sebentar. Takut-takut kalau beliau akan berkata pedas seperti tadi pagi. Tapi ternyata tidak. Di depan banyak orang beliau tertawa lepas dengan candaan Adit. Tidak melarang atau menegur untuk tidak punya anak terlebih dahulu.

Kenapa mertuaku ini beda sekali ketika dirumah. Di luar beliau selalu tersenyum lebar dan tertawa lepas. Tapi ketika dirumah beliau berkata pedas seperti saat sarapan tadi pagi. Aku jadi takut mau mendekat. Takut kalau aku mengerjakan sesuatu beliau tidak suka dengan apa yang aku lakukan. Lebih baik aku jaga jarak saja. Supaya tidak terjadi adu mulut. Tidak melakukan sesuatu jika beliau sedang di tempat yang sama. Tidak menjawab tidak jika beliau sudah berkata A, walaupun sebenar nya ingin menolak. Selalu berkata iya, supaya beliau tidak marah. Apapun itu akan aku lakukan agar menjadi menantu yang baik dimata beliau.

Aku tidak masalah jika diperlakukan seperti itu. Aku hanya tidak ingin orangtua ku kecewa. Asalkan bukan Adit yang berucap, aku yakin aku sanggup dengan itu. Karena urusan rumah tangga itu dengan Adit bukan mereka. Yang menjalani kami berdua. Tentu saja sudah yakin dan penuh perhitungan dengan resiko yang kita ambil. Hanya saja mungkin mereka belum percaya sepenuhnya dengan keputusan kami. Menikah muda dan terkesan mendadak. Padahal sejak pertama dekat dulu Adit sudah mengutarakan niatnya itu. Aku saja yang tidak menanggapi dengan serius.

"Teteh sini, bisa gila lama-lama dekat si Adit" Aku yang sejak datang hanya tersenyum menanggapi candaan Adit menoleh. Melangkah mendekat ketika Maemunah melambaikan tangan. Sepupu Adit yang biasa dipanggil Mae ini sama dengan Adit. Hobi bercanda.

"Kenapa teh.." Mae langsung cengengesan begitu aku duduk disamping nya. Pasti ini hal yang konyol.

"Semalam teteh jalan berapa ronde sama si aa?" Benar saja, tawaku langsung menyembur keluar begitu Mae membisikan kata-kata aneh bin ajaib.

"Hahaha"

"Kenapa yank. Jangan didengar kalau Mae ngomong tuh, pasti menjelek-jelekan aku kan?" Adit menghampiriku penasaran.

"Apa !! Ngga usah kepo kamu. Sana balik lagi ke tempatmu kita lagi asyik ngobrol ya teh.." Mae mengerling cengengesan.

"Yang kepo itu kamu Mae. Ada-ada saja kamu ini. Dia kepo soal.." Tidak jadi melanjutkan bicara, sadar aku sudah kena jebakan Mae.

"Soal apa tuh, kok ngga jadi ngomong.." Melirik senang, Mae menahan tawa melihat aku gelagapan ditanya Adit.

"Mae..!! Awas kamu ya" Yang disebut lari. Kabur entah kemana.

"Biasalah yank. Mae suka usil" Jawabku terkekeh malu.

Terhibur rasanya dengan keberadaan Mae. Tapi tetap saja, hati berkata lain. Aku masih terus menimbang. Apakah keputusanku untuk segera punya anak sudah benar? Lalu bagaimana nanti tanggapan ibu mertuaku jika aku beneran hamil? Ya Allah, luluhkanlah hati ibu mertuaku. Semoga bisa menerima kehadiran calon cucu nya nanti. Aamin.

Episodes
1 Bab 1. Pertemuan Kembali
2 Bab 2. Mengagumi dalam hati
3 Bab 3. Adit saja
4 Bab 4. Lampu Restu
5 Bab 5. Numpang Lamaran
6 Bab 6. Mulai curiga
7 Bab 7. Spill Pernikahan
8 Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9 Bab 9. Canda Galau
10 Bab 10. Perang Batin
11 Bab 11. Masih Julid
12 Bab 12. Terkena maag
13 Bab 13. Di jenguk kak Lia
14 Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15 Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16 Bab 16.Resepsi ke-2
17 Bab 17. Di tuding mandul
18 Bab 18. Tangis tak bertepi
19 Bab 19. Ada Kista
20 Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21 Bab 21.Mengasingkan Diri
22 Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23 Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24 Bab 24. Surprise Pindahan
25 Bab 25. Syukuran
26 Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27 Bab 27. Ketahuan Lagi
28 Bab 28. Pak de berkunjung
29 Bab 29. Gabug
30 Bab 30. Jadwal ke dokter
31 Bab 31. Liburan Tipis
32 Bab 32. Garis dua
33 Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34 Bab 34. Tamu tak diundang
35 Bab 35. Tim Rusuh
36 Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37 Bab 37. Sidak Dadakan
38 Bab 38. Dipermalukan
39 Bab 39. Buah dari sabar
40 Bab 40. Mudik
41 Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42 Bab 42. Kasih Ibu
43 Bab 43. Silaturahmi
44 Bab 44. Salah Praduga
45 Bab 45. Pengajian penuh gosip
46 Bab 46. Bahagia bareng bestie
47 Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48 Bab 48. Nengok Utun
49 Bab 49. Kena Karma
50 Bab 50. Mulut Jahat
51 Bab 51. Tak Dianggap
52 Bab 52. Mengadu
53 Bab 53. Makan Telur
54 Bab 54. Bikin Iri
55 Bab 55. Pengakuan
56 Bab 56. Hampir Menyerah
57 Bab 57. Kesal
58 Bab 58. Perut Semangka
59 Bab 59. Panik
60 Bab 60. Operasi Dadakan
61 Bab 61. Di marahi dokter
62 Bab 62. Tidak boleh minum
63 Bab 63. Derita Pasca SC
64 Bab 64. Di klaim manja
65 Bab 65. Luka terbuka
66 Bab 66. Uang yang berkuasa
67 Bab 67. Buntut dari Air Mata
68 Bab 68. Puasa Biar Kurus
69 Bab 69. Berusaha Mendekat
70 Bab 70. Dan terjadi lagi
71 Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72 Bab 72. Kesepakatan Bersama
73 Bab 73. Persiapan buka toko
74 Bab 74. Dianggap Benalu
75 Bab 75. Cemburu soal anak
76 Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77 Bab 77. Mulai Gerah
78 Bab 78. Beli Mobil
79 Bab 79. Syukuran
80 Bab 80. Liburan
81 Bab 81. Batas Kesabaran
Episodes

Updated 81 Episodes

1
Bab 1. Pertemuan Kembali
2
Bab 2. Mengagumi dalam hati
3
Bab 3. Adit saja
4
Bab 4. Lampu Restu
5
Bab 5. Numpang Lamaran
6
Bab 6. Mulai curiga
7
Bab 7. Spill Pernikahan
8
Bab 8. Hari pertama di rumah Mertua
9
Bab 9. Canda Galau
10
Bab 10. Perang Batin
11
Bab 11. Masih Julid
12
Bab 12. Terkena maag
13
Bab 13. Di jenguk kak Lia
14
Bab 14. Berkunjung ke rumah pak de
15
Bab 15. Persiapan Resepsi ke-2
16
Bab 16.Resepsi ke-2
17
Bab 17. Di tuding mandul
18
Bab 18. Tangis tak bertepi
19
Bab 19. Ada Kista
20
Bab 20. Sedikit Bernostalgia
21
Bab 21.Mengasingkan Diri
22
Bab 22. Rencana Pindah Rumah
23
Bab 23. Sabar, tiga hari lagi
24
Bab 24. Surprise Pindahan
25
Bab 25. Syukuran
26
Bab 26. Malam Pertama di rumah baru
27
Bab 27. Ketahuan Lagi
28
Bab 28. Pak de berkunjung
29
Bab 29. Gabug
30
Bab 30. Jadwal ke dokter
31
Bab 31. Liburan Tipis
32
Bab 32. Garis dua
33
Bab 33. Kabar yang tak di inginkan
34
Bab 34. Tamu tak diundang
35
Bab 35. Tim Rusuh
36
Bab 36. Ngidam dirumah mertua
37
Bab 37. Sidak Dadakan
38
Bab 38. Dipermalukan
39
Bab 39. Buah dari sabar
40
Bab 40. Mudik
41
Bab 41. Pertemuan dengan orangtua
42
Bab 42. Kasih Ibu
43
Bab 43. Silaturahmi
44
Bab 44. Salah Praduga
45
Bab 45. Pengajian penuh gosip
46
Bab 46. Bahagia bareng bestie
47
Bab 47. Kerja Bakti malam-malam
48
Bab 48. Nengok Utun
49
Bab 49. Kena Karma
50
Bab 50. Mulut Jahat
51
Bab 51. Tak Dianggap
52
Bab 52. Mengadu
53
Bab 53. Makan Telur
54
Bab 54. Bikin Iri
55
Bab 55. Pengakuan
56
Bab 56. Hampir Menyerah
57
Bab 57. Kesal
58
Bab 58. Perut Semangka
59
Bab 59. Panik
60
Bab 60. Operasi Dadakan
61
Bab 61. Di marahi dokter
62
Bab 62. Tidak boleh minum
63
Bab 63. Derita Pasca SC
64
Bab 64. Di klaim manja
65
Bab 65. Luka terbuka
66
Bab 66. Uang yang berkuasa
67
Bab 67. Buntut dari Air Mata
68
Bab 68. Puasa Biar Kurus
69
Bab 69. Berusaha Mendekat
70
Bab 70. Dan terjadi lagi
71
Bab 71. Tawaran dari Kak Andy
72
Bab 72. Kesepakatan Bersama
73
Bab 73. Persiapan buka toko
74
Bab 74. Dianggap Benalu
75
Bab 75. Cemburu soal anak
76
Bab 76. Keakraban dengan tetangga
77
Bab 77. Mulai Gerah
78
Bab 78. Beli Mobil
79
Bab 79. Syukuran
80
Bab 80. Liburan
81
Bab 81. Batas Kesabaran

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!