Dina bangun merasakan pusing dan bagian bawah nya berdenyut tidak karuan, Berusaha sekuat tenaga untuk bangun. Gadis ini tinggal sendirian karena kedua orang tua nya telah meninggal, Hanya ada kakak nya saja yang tinggal di kampung sebelah.
"Aduuh sakit sekali." Keluh dina memegang bagian intim nya.
Saat tangan nya di angkat, Ia sedikit kaget karena banyak cairan berwarna kuning kemerahan keluar dari sana. Karena masih awam juga, Dina mengira itu hal biasa.
"Waah luar biasa sekali mas rahmat, Aku sampai susah jalan begini." Dina tersenyum membayang kan percintaan nya tadi malam.
"Rasakan kau laras, Suami mu pasti akan sering mengunjungi ku." Seringai dina sambil mandi.
Siang ini ia ada janji dengan lula serta mira, Mereka berencana akan kesalon. Terdengar suara mobil memasuki halaman rumah nya.
"Duuh kok banyak banget sih lend*r nya." Dina menyiram lembah.
Tapi cairan itu masih saja terus keluar membasahi, Rasa nyeri bersarang di sana. Namun dina abai mengira akan hilang sendiri nanti nya.
"Dinaa..."
Lula berteriak memanggil sohib nya karena sudah lewat jam yang mereka tentu kan, Mau tak mau mereka turun dari mobil dan masuk kedalam rumah nya dina setelah di buka kan pintu oleh pembantu.
"Mana dina nya mbok?" Tanya lula duduk di sofa.
"Masih mandi buk." Jawab mbok puah pembantu nya dina.
"Tumben tu anak jam segini baru mandi." Heran bu rt mira.
"Kurang mood mungkin, Lagi ingat cinta nya sama rahmat." Cetus lula.
"Dasar bodoh! Pria miskin gitu kok jadi rebutan." Cibir bu rt.
"Tapi dia ganteng loh mir, Kulit nya itu kalau di rawat pasti lah putih." Ucap lula.
"Aku kalau milih ganteng mungkin jadi gelandangan la." Ujar bu rt.
Lula tertawa karena mengingat sosok pak rt yang kumis nya tebal dan kepala plontos, Memang sangat jauh dengan mira. Walau pun gendut namun mira cantik juga.
"Lama banget sih." Rutuk lula ketika dina sudah rapi.
"Kesiangan aku mbak." Sahut dina.
"Tumben! Biasa nya kamu tiap subuh kan jogging." Heran bu rt.
"Adalah, Kepo saja kalian." Dina berlenggang keluar.
Kedua besty nya hanya bisa menggerutu karena dina tak mau jujur, Lula melaju kan mobil nya menuju salon langganan mereka.
"Itu keponakan nya laras yang tidak punya bapak." Ejek dina menunjuk sarah yang sedang jalan kaki pulang sekolah.
"Hai anak haram." Bu rt melambai kan tangan.
"Duh kasihan jalan kaki, Pasti pengen ya naik mobil." Timpal lula.
Byuur.
Dina menyiram sarah dengan air minum dari botol nya, Gadis remaja ini hanya bisa pasrah sambil merasakan sakit hati nya di perlakukan demikian.
"Ya allah nduk kok bisa basah begini." Pakde min mengajak sarah mampir.
"Tadi ndak sengaja kena air pakde." Ujar sarah berbohong.
"Di siram pakde sama mbak dina." Cetus ayu teman nya sarah.
"Lah kok bisa?! Kelewatan dina ini." Geram bude mi marah.
"Tidak usah di perpanjang bude, Mungkin tadi dia ndak sengaja." Ujar sarah berusaha tersenyum.
"Masya allah nak, Semoga kelak kamu jadi orang yang sukses." Doa pakde min tulus.
Sarah malah menangis terisak isak mendengar ucapan pakde min, Sebenar nya hati gadis ini sangat terusik jika di katai anak haram.
"Pakde...Apa benar aku anak haram?" Tanya sarah pilu.
"Jangan dengar kan omongan orang nduk! Mau anak apa pun kita tetap sama sama manusia." Bude mi tidak tega dan langsung memeluk sarah.
"Aku memang tidak pernah tau rupa bapak bude, Apa benar kalau mamak ku hamil dan di tinggal kan?" Tanya sarah lagi.
"Sudah ndak usah di bahas sar, Nanti bulek mu malah dengar dan tambah sedih dia." Hibur ayu.
"Betul nduk, Kasihan laras kalau terlalu banyak yang di pikirin." Timpal bude mi.
Karena sarah seumuran dengan putri nya ayu, Bude mi sudah menganggap sarah sebagai anak nya. Tidak jarang mereka membeli kan baju untuk gadis malang ini.
Sementara itu di rumah, Laras girang bukan main karena bantuan dari desa sungguh ada untuk nya. Orang PLN sedang memasang amper, Dan di beri nama rahmat pramono.
"Terima kasih mas." Ucap laras tersenyum lebar.
"Sama sama mbak."
Pak desa mengambil beberapa foto untuk bukti kepada atasan, Kini mereka sudah pada pulang dan laras berencana mau membeli beberapa bola lampu dari uang yang rahmat tinggal kan.
"Assalamualaikum bu."
"Walaikum salam, Tumben datang kerumah ibu ras." Jawab bu dila.
"Laras kau pinjam motor bu, Mau beli lampu kepasar." Ujar laras.
"Emang punya uang kamu?" Tanya bu dila.
"Alhamdulilah ada bu, Mas rahmat merantau kekota." Beritahu laras.
"Ya tidak masalah lah yang penting bisa mencukupi kebutuhan istri, Kamu kalau udah punya uang ya beli ganti baju." Suruh bu dila.
"Eheh, Nanti laras beli kok." Sahut laras.
Akhir nya laras pergi kepasar menggunakan motor milik ibu nya, Orang tua laras bisa di bilang cukup mampu walau bukan orang kaya. Motor saja punya dua.
"Mas saya mau lampu yang ini tiga, Dan yang kecil satu." Pinta laras kepada penjual.
"Baik mbak."
Pedagang mengetes dulu antara hidup atau tidak, Setelah bagus baru lah di bungkus dan laras bayar. Harga nya hanya tujuh puluh ribu empat buah lampu tersebut, Laras masih berkeliling pasar untuk melihat lihat.
"Ikh bagus ini, Tapi mas rahmat sedang merantau." Gumam laras melihat baju haram yang di obral.
Laras mengambil daster untuk ibu nya satu stel, Pasti nanti bu dila akan senang menerima nya. Untuk mak roro juga laras belikan, Tak ketinggalan sarah ia beli kan baju tidur.
"Waah segini saja sudah habis tiga ratus ribu, Sama lampu hampir empat ratus." Gumam laras menghitung uang nya.
Motor matic itu ia lajukan kerumah mak roro dulu, Ia turun sambil terus tersenyum membawa satu kantong kecil berisi daster untuk mertua nya.
"Eeh kebetulan kamu datang nak, Sama rahmat ndak?" Tanya mak roro menyambut laras.
"Ndak mak, Aku kesini mau memberitahu tentang mas rahmat." Jawab laras.
Mendadak wajah mak roro tegang karena mengira ada kabar buruk, Bingung juga ada karema menantu nya terus tersenyum.
"Ada sedikit rezeki, Nih aku beliin daster mak. Maaf ya cuma daster aku mampu nya." Ujar laras.
"Alhamdulilah terima kasih nduk, Kalau tidak ada emak ndak usah di belikan segala to." Ucap mak roro.
"Ada lah sedikit mak, Karena mas rahmat merantau kekota." Ujar laras.
"Merantau?!"
"Iya. Kata dia enggak sempat mau pamitan sama emak, Karena kerjaan nya sudah menunggu." Jelas laras.
Mak roro tampak tercenung dalam pikiran nya, Entah kenapa hati nya tidak enak mendengar anak nya pergi merantau.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
CacingBesarAlaska
baju haram/Doubt//Doubt//Doubt//Doubt//Doubt//Doubt//Doubt/
2024-10-29
0
CacingBesarAlaska
baek bener
2024-10-29
0
CacingBesarAlaska
RT mulutnya sampah
2024-10-29
0