Pagi hari menyapa pasangan yang hidup dalam kesusahan ini, Rahmat terbangun ketika matahari sudah meninggi. Terperanjat mengingat bagai mana tadi malam ia menghabis kan malam bersama istri nya.
Perlahan rahmat bangun dan menyibak selimut laras, Ternyata bagian bawah istri nya belum mengenakan apa pun. Takut jika istri nya sampai celaka, Rahmat meneleti lembah laras.
"Eeuggh."
Laras melenguh bangun membuka mata nya, Tubuh laras seakan mau lepas satu persatu dari ensel nya. Selama menikah dengan rahmat, Baru ini lah laras melewati malam yang sangat luar biasa.
"Enggak ada yang sakit kan dik?" Tanya rahmat cemas.
"Gak sakit dari mana! Ini pasti sakit nanti buat pipis." Rutuk laras berusaha berdiri.
"Maafin mas ya." Rahmat membantu istri nya berjalan.
"Udah kayak pecah peraw*n aja aku jadi nya, Mana cucian aku banyak." Rutuk laras.
"Tapi enak kan." Goda rahmat.
Laras hanya menepuk pundak suami nya pelan karena malu, Sesuai dengan dugaan nya. Lubang terasa sangat perih ketika untuk pipis.
"Sshhh perih nya." Laras meringis ngilu memegang nya dengan tangan.
Sekalian laras mandi wajib untuk membersih kan dari segala hadast, Sekalian mau sholat dhuha agar rezeki nya lancar.
Rahmat masuk kamar mandi juga setelah laras selesai, Di dalam otak nya masih memikir kan alasan apa yang akan di pakai nya nanti.
"Hhmm dik." Panggil rahmat ketika laras usai sholat.
"Iya."
"Mas berpikir untuk merantau kekota, Ada teman dari kampung sebelah yang mengajak." Ujar rahmat.
"Kerjaan nya sudah pasti ada apa tidak mas? Nanti kamu sudah kesana malah gak ada kerjaan. Laras takut suami nya terlunta lunta di kota.
"Sudah dik, Bahkan mas juga sudah di beri uang muka." Rahmat mengeluar kan uang satu juta nya.
"Benaran mas?! Emang kerja nya apa." Laras tampak kaget.
"Hmmm, Belum tahu dik." Rahmat tidak bisa mengarang apa pekerjaan.
"Loh kamu apa gak nanya toh, Aku takut kalau malah nanti kamu kerja haram mas." Ucap laras.
Deg. Hati rahmat berdetak karena ucapan istri nya, Ini memang perbuatan di laknat tuhan. Bukan hanya haram saja.
"Tidak usah lah mas, Aku tidak mau kamu terjerumus nanti di kota." Larang laras.
"Di sini mas juga enggak punya kerjaan to dik, Kamu mau kelaparan." Rahmat berusaha membujuk istri nya.
Laras menunduk mendengar ucapan suami nya, Kini rahmat memang sudah tidak punya kerjaan. Mau makan apa mereka, Kalau dapat kerjaan kan bisa buat hidup.
"Kamu lihat dulu saja kerja nya apa, Kalau tidak halal kamu pulang ya mas." Laras berat hati akhir nya setuju.
"Iya dik, Mas akan langsung pulang kalau memang kerjaan nya beresiko." Janji rahmat.
"Lalu kapan kamu berangkat nya?" Tanya laras.
"Nanti sore dik, Arman ngajak nya habis mahgrif." Bohong rahmat.
"Aku pinjam motor ibu ya buat ngantarin kamu." Tawar laras.
"Enggak usah dik!" Tolak rahmat cepat.
"Kenapa? Kampung sebelah lumayan jauh mas." Ucap laras.
"Dia nunggu di jalan ujung, Kamu di rumah saja biar tidak di lihat orang dik. Mas enggak mau kamu terus di cibir orang." Rahmat sangat bisa mencari alasan.
Laras memeluk suami nya erat, Baru kali ini mereka akan berpisah jauh. Laras tidak pernah rahmat tinggal, Tentu saja hati wanita ini tidak tenang.
Sedang kan rahmat berdegup kencang karena merasa berdosa sudah membohongi istri nya, Padahal malam ini akan menginap di rumah nya dina.
...****************...
"Kamu hati hati ya mas." Laras melepas suami nya dengan air mata.
"Jangan menangis dik, Mas janji akan pulang membawa uang banyak! Hidup kita akan membaik setelah ini." Rahmat mencium kepala istri nya.
Tak lupa laras menyalami tangan suami nya yang coklat berotot, Tanda tangan pekerja keras. Namun tak peduli seberat apa pun rahmat bekerja, Uang mereka tidak pernah bisa mencukupi untuk makan.
Sengaja rahmat mengambil jalan memutar agar laras tidak curig, Karena sang istri masih menatap nya di depan pintu.
Dengan sumringah bahagia, Rahmat melambai kan tangan kepada istri nya. Tanpa laras sadari bahwa itu adalah lambaian tangan terakhir rahmat sebagai orang yang taat kepada tuhan.
Tok, Tok.
Dina yang memang sudah menunggu kedatangan rahmat pun langsung bersiap membuka pintu belakang, Memang benar rahmat yang datang membawa ransel di punggung nya.
"Loh mas, Kamu mau kemana bawa tas begitu?" Kaget dina.
"Aku mau keluar kota din." Jawab rahmat.
"Kok gitu? Kata nya mau hidup sama aku." Dina merengut masam.
"Malam ini mas akan hidup bersama mu." Rahmat menoel dagu dina.
Hanya sentuhan begitu saja sudah membuat dina mekar, Langsung saja ia menarik rahmat masuk kedalam kamar. Ia masuk kedalam kamar mandi untuk ganti baju, Begitu keluar sudah menggunakan baju dinas.
Rahmat menelan air ludah melihat tubuh dina yang sintal hanya menggunakan jaring laba laba, Di lirik nya jam yang hampir mahgrif. Bulan mulai ingin menampak kan diri.
Langsung saja rahmat menarik dina dan mencumbui nya secara brutal, Bahkan untuk bernafas saja rasa nya susah saat rahmat melumat bibir nya.
"Aahhh mass."
Erangan dina semakin membuat rahmat menggila, Kedua nya sudah tidak menggunakan apa pun lagi. Dina membuka kaki nya lebar pertanda siap di masuki.
"Hah?!"
Rahmat sedikit kaget karena baru sadar milik nya bertambah besar dua kali lipat, Hampir sama besar dengan lengan nya.
"Be..besar sekali milik mu mas." Dina bergidik ngeri.
"Ini akan memuas kan mu sayang." Bisik rahmat menghujam kan nya kasar.
"Aarrkkhhhh!"
Dina terdogak tanpa suara ketika rahmat memasuki pintu nya yang masih di segel, Terasa sangat sakit dan perih. Bahkan air mata dina saja mengalir tanpa di sengaja.
"Aahhk sakit mas...Tunggu mas sakit sekali." Pekik dina ketika rahmat mulai memompa.
Namun rahmat tidak peduli sedikit pun pada dina, Nafs* nya sangat di luar nalar. Ia memaju mundur kan tanpa perasaan sehingga dina benar benar sangat kesakitan di awal nya.
Berbeda dengan dina yang kesakitan, Rahmat malah merasakan nikmat yang luar biasa pada tongkat nya. Tanpa perasaan ia terus bermain brutal.
"Aahhh nikmat nya aahhhh."
Sedang kan di rumah rahmat yang reot, Kini laras sedang berdoa pada tuhan nya agar sang suami tiba dengan selamat sampai di tujuan.
"Lindungi lah suami hamba ya allah, Semoga engkau meridhoi jalan nya." Doa laras berlinang air mata.
Tanpa tahu kebenaran nya kalau sekarang rahmat telah menghianati nya dengan dina, Melewat kan malas panas yang amat memuas kan bagi rahmat.
Darah peraw*n membasahi sprai bersama cairan lain nya, Tidak peduli dengan dina yang sudah pingsan tak berdaya. Rahmat masih saja terus bermain.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
nailaa
maghrib kak
mahgrif mahgrif, kakaknya nonis ya?
2025-02-01
1
🍭ͪ ͩ🇸 🇺 🇱 🇱 🇾🍒⃞⃟🦅
Dina tumbal pertama Rahmat
2025-01-16
1
CacingBesarAlaska
sampai pingsan terus digoyang?
ini kerjaan pak wowo /Blush/
2024-10-29
1