Rendy dan Anin sekarang sudah berada di dalam satu kamar dan satu ranjang yang sama, tetapi tidak ada pembicaraan satu kata pun dari keduanya.
Mereka hanya diam dengan pemikiran masing-masing. Jujur dalam hati Anin masih merasa canggung untuk tidur satu ranjang dengan suaminya sehingga ia memilih diam dan membelakangi Rendy.
Sedangkan Rendy sudah berpikir untuk memantapkan hati mulai mencintai istrinya. Anin memang sudah ditakdirkan Tuhan untuk menjadi jodohnya. Hingga tak terasa keduanya sudah tertidur dan menyusuri mimpi di alam bawah sadarnya.
Hingga esok hari pun tiba, Anin dengan segera bangun lebih awal dari suaminya dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Saat mereka tengah sarapan, Rendy memberanikan diri untuk bertanya kepada istrinya.
"Hari ini kamu mau ke mana?" Tanya Rendy dengan suara sedikit lembut daripada biasanya.
"Biasalah Kak, kuliah habis itu langsung ke rumah mama untuk belajar memasak. Emangnya kenapa Kak?"
"Kita berangkat bareng aja, aku akan
anter kamu ke kampus, dan nanti sore kamu tunggu aku aja di rumah Mama. Aku akan jemput kamu."
Anin hanya mengangguk pertanda ia setuju. Sebenarnya ia sedikit heran dengan perubahan sikap suaminya, tapi wanita itu justru bersyukur setidaknya sudah ada sedikit kemajuan dari hubungan mereka.
Kini Anin dan Rendy sudah berada dalam satu mobil yang sama. Tak lama kemudian mereka sudah sampai di kampus Anin.
"Makasih ya Kak udah nganterin aku! Aku turun dulu, kakak hati-hati ya!" Titah Anin.
"Iya, kamu belajar yang rajin biar cepet lulus." Goda Rendy.
Setelah Anin memasuki kampus dan langkahnya sudah tidak terlihat lagi oleh Rendy, barulah Rendy kembali melajukan mobilnya untuk menuju tempat ia bekerja.
Setelah seharian bekerja, kini waktu sudah menunjukkan pukul empat sore. Sudah waktunya Rendy untuk segera pulang dan menjemput Anin di rumah orang tuanya. Rendy langsung melajukan mobilnya ke arah rumah orang tuanya karena ia sudah janji pada Anin untuk menjemputnya setelah pulang dari kantor.
"Assalamualaikum"
"Waalaikumsalam." Ucap Citra.
Rendy menatap setiap sudut rumah dan sedikit heran karena ia tidak mendapati keberadaan istrinya. Melihat putranya seperti mencari sesuatu, membuat Citra heran dan bertanya.
"Kamu kenapa Nak?"
"Anin mana Ma? Tadi dia izin mau belajar masak sama Mama."
"Oh itu ada di belakang lagi istirahat. Tadi setelah selesai masak Anin terlihat sangat lelah dan wajahnya pucat. Mama tahu kalau kalian adalah pengantin baru, tapi jangan terlalu sering juga Nak. Tuh lihat istri kamu kelelahan kan!"
"Apaan sih Ma siapa juga yang sering-sering. Anin nya aja yang manja dikit-dikit capek dikit-dikit capek. Anin tidur di mana Ma?" Ucap Rendy yang terkesan cuek tetapi sebenarnya ia merasa khawatir dengan keadaan Anin yang pucat dan lelah seperti apa yang dikatakan Mamanya.
"Di kamar kamu, udah biarin dia tidur jangan ganggu."
Rendy meninggalkan Mamanya dan berjalan menuju kamar untuk mengetahui kondisi Anin. Setelah sampai di kamar, Rendy merebahkan tubuhnya di ranjang dan melihat wajah Anin yang memang pucat seperti apa yang dikatakan Mamanya.
"Kenapa kalau kamu mudah banget lelah? Apa kamu punya penyakit?" Ucap ready lirih sambil menyingkap anakan rambut yang menutupi wajah istrinya tersebut.
Ani ntar senyum dalam hati saat mendengar ucapan Rendy yang sudah mulai peduli padanya. Wanita itu sebenarnya sudah bangun semenjak Rendy mulai menaiki ranjang tetapi Ani memilih untuk tetap berpura-pura tidur.
Anin merasa lega karena Rendy sudah sedikit membuka hati untuknya dan berusaha melupakan Reva dari kehidupannya.
Kini Rendy sudah tertidur, tetapi Anin justru bangun dan tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuknya memandang wajah suaminya yang tampan. Wanita itu merasa bangga karena bisa menjadi istri dari pria yang sangat ia idolakan selama ini.
Akhirnya Rendy terbangun dari tidurnya karena mendengar Anin sedikit berbisik.
"Astaga aku ketiduran!" Ucap Rendy kaget.
Ini sepasang suami istri itu sudah berpindah tempat ke ruang makan dan makan bersama kedua orang tuanya.
Karena tuntutan pekerjaan, Rendy harus segera kembali ke apartemen bersama Anin dan membuat Citra sedikit kecewa karena Anin dan Rendy kembali meninggalkannya di rumah mewah yang hanya ia tempati bersama Herman suaminya.
Setelah berpamitan keduanya berjalan meninggalkan rumah orang tuanya. Di dalam mobil Rendy dan Anin hanya diam dalam keheningan. Bukannya Anin tidak mau berbicara dengan suaminya, tapi rasa lelah yang ia rasakan membuatnya malas untuk sekedar bicara.
"Kamu mau mampir ke mana gitu dulu nggak?"tanya Rendy basa-basi karena merasa bosan dengan keheningan di dalam mobil.
Anin yang mendengar pertanyaan itu mulai menampakkan wajah merah merona karena sang suami sudah sedikit perhatian padanya.
"Aku nggak ada rencana mampir ke mana-mana lagi Kak, kita langsung pulang aja aku capek banget hari ini."
Rendy mengangguk, tak biasanya ia melihat Anin begitu tidak bersemangat. Pria itu berpikir bahwa istrinya benar-benar capek karena dari suara dan wajahnya saja sudah bisa ditebak dan membuat pria itu khawatir sehingga ia bertanya.
"Apa kamu sakit? Atau kita ke dokter aja dulu. Kayaknya kondisi kamu memang sedang tidak baik."
"Nggak usah Kak, nanti kalau udah sampai di apartemen aku langsung minum obatku." Ucap Anin keceplosan.
"Obat? Kamu sakit?" Tanya Rendy khawatir.
"Eh maksudku vitamin Kak. Aku hanya kecapean aja karena tugas kuliah banyak banget minggu-minggu ini." Elak Anin.
"Oh gitu. Ya udah kalau gitu kita langsung pulang aja biar kamu bisa langsung istirahat."
Setelah beberapa saat perjalanan mereka sudah sampai. Anin terlihat kembali tertidur karena merasa sangat lelah.
"Anin bangun! Kita sudah sampai." Ucap Rendy dengan lembut berusaha membangunkan tidur istrinya.
"Ehm sudah sampai ya Kak?"
Anin membuka pintu mobil dan melangkah keluar.
Wanita itu seolah sedang mengumpulkan tenaganya untuk berjalan, rasanya ia sudah tidak kuat lagi untuk berjalan karena sangat lemas tak berdaya. Kemudian Anin kembali masuk dan duduk di samping pengemudi sambil membuka tasnya dan mencari obat yang selalu ia bawa kemanapun ia pergi.
Tetapi Rendy sudah turun dari mobil dan ia celingukan mencari sang istri yang dikiranya sudah keluar dari mobil terlebih dulu.
"Kenapa lama sekali? Apa dia tidur lagi?" Gumam Rendy.
"Ngapain kamu masuk ke mobil lagi? Mau tidur di sini? Atau kamu mau aku gendong?" Goda Rendy.
Anin tersenyum mendengar suaminya. Dengan perlahan ia untuk turun dari mobil. Wanita itu berjalan beberapa langkah tapi pandangannya tiba-tiba kabur. Anin merasa sangat pusing sehingga membuat tubuhnya hampir tersungkur.
Rendy yang sudah curiga saat membukakan pintu mobil untuk istrinya hanya mengawasi istrinya dari samping. Rendy dengan sigap menangkap tubuh istrinya yang hampir terjatuh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments