bab 12

"Berisik banget sih, bisa diam nggak? Lagian cuma pisah rumah doang. Kita itu masih tinggal di kota yang sama dengan orang tuamu, jadi nggak usah cengeng! Dari tadi nggak berhenti nangisnya, udah kayak ditinggal mati aja." Sahut Rendy kelepasan.

"Kakak jahat banget sih? Kakak doain orang tuaku meninggal ya?" Ucap Anin di sela-sela isak tangisnya.

"Diam.." titah Rendy. "Kalau kamu masih terus menangis, aku turunin kamu di sini." Imbuhnya.

Mendengar ucapan suaminya membuat tangis Anin mereda. Nyalinya seakan menciut saat melihat jalanan yang sepi dan gelap itu.

Akhirnya Rendy kembali menyalakan mesin mobilnya dan menginjak gas setelah berhasil menghentikan tangisan istrinya walau harus dengan ancaman.

Sedangkan Anin memilih diam dan menoleh ke samping melihat pepohonan di pinggir jalan. Entah kenapa dia belum rela jika harus meninggalkan orang tuanya.

Kini kedua orang itu sudah sampai di apartemennya dan mereka saling masuk ke ruang kamar yang berbeda. Rendy sedikit terkejut karena Anin yang biasanya selalu cerewet dan ceria juga banyak tanya kini hanya diam.

"Apakah ucapanku tadi membuatnya marah?" Tanya Rendy pada dirinya sendiri.

"Rendy kenapa kamu jadi bodoh begini? Bukannya bagus kalau dia marah dan lebih-lebih membencimu. Semakin cepat ia tersakiti maka semakin cepat pula dia menyerah." Ucapnya lagi.

Setelah melalui malam yang panjang, kini hari sudah berganti.

Setelah sarapan Rendy berangkat ke kantor Anin berangkat kuliah seperti biasanya. Keduanya sempat terlibat perdebatan ketika akan berangkat karena Anin merengek ingin berangkat bersama Rendy satu mobil.

"Kak aku ikut mobil kakak ya!" Pinta Anin.

"Nggak. Aku bukan sopir mu!" Ketus Rendy.

"Apa salahnya sih Kak? Lagian kantor Kakak kan berjalan dengan kampusku."

"Tapi aku nggak sempat, aku ada rapat pagi ini. Kalau kamu mau mobil, pakai saja mobil yang satunya. Aku ambilin kuncinya dulu."

"Nggak usah Kak!"

"Kenapa?"

"Aku nggak bisa bawa mobil Kak. Jadi percuma kakak ngasih kunci mobil buat ku."

"Sumpah aku heran banget deh sama kamu. Kamu bisanya apa sih? Sepertinya kamu tidak ada gunanya juga hidup. Lebih baik kamu mati saja daripada selalu menyusahkan orang lain di sekitarmu." Ucap Rendy mendengus kesal. Tetapi ia masih kekeh dengan prinsip nya untuk tidak mengantarkan Anin ke kampus.

Anin rela memesan taksi online agar ia sampai di kampus tidak terlambat. Di dalam taksi yang ia tumpangi, Anin menangis dalam diam. Air matanya saling bersahutan membasahi pipinya saat mengingat ucapan dari suaminya.

"Begitu jijik kah kamu denganku Kak? Sampai kamu menganggapku orang yang tidak pantas hidup di dunia ini. Aku akan buktikan kalau aku bisa hidup tanpa ketergantungan dengan mu. Jangan menyesal dan jangan menyalahkan aku jika aku terlalu mandiri nantinya. Sampai kamu akan merindukan istrimu yang manja." Batin Anin.

Seperti hari-hari biasanya setelah Anin selesai kuliah, Anin langsung pulang menuju rumah mertuanya untuk belajar memasak. Citra dan Anin sangat asik memasak menu hari ini. Wanita paruh baya itu sangat bangga terhadap menantunya karena sangat gampang diajari. Dan kini Citra melihat Anin mulai akrab dengan urusan dapur. Bahkan Anin mencatat menu yang sekiranya ia lupa.

Setelah selesai belajar, Anin izin pamit kepada mertuanya karena ia sudah lelah sedangkan apartemennya masih sangat kotor karena belum sempat membersihkannya tadi pagi. Anin tidak ingin ketika suaminya nanti pulang kembali menghina dirinya jika melihat apartemen yang masih berantakan.

"Kenapa buru-buru sayang? Kamu telepon Rendy aja suruh jemput kamu ke sini sekalian makan malam di sini."

"Lain kali saja Ma. Anin takut kalau Kak Rendy banyak kerjaan dan nantinya mengganggu. "

Akhirnya Anin sampai di apartemennya sebelum suaminya pulang. Dengan cepat gadis itu langsung membersihkan apartemen agar terlihat rapi dan bersih. Kini rasa lelah dirasakan oleh gadis itu. Anin merebahkan tubuhnya sebentar sebelum ia membersihkan dirinya dan menyambut kedatangan sang suami.

Kini Anin sudah rapi dan duduk di depan televisi. Ia tersenyum ketika mendengar ketukan pintu dari luar, dengan cepat ia langsung berdiri dan membuka pintu sembari menyambut suaminya itu.

"Sudah pulang Kak?" Sapa Ani ramah.

"Dasar bego. Kalau aku sudah disini berarti sudah pulang. Masih saja bertanya, dasar nggak guna."

Anin memperkuat hatinya untuk tidak menangis dengan melangkahkan kakinya kedapur untuk memanasi dan menyiapkan makan untu Rendy.

"Kak, ayo makan! Makan malamnya sudah siap."

"Iya, bentar lagi aku datang." Ucap Rendy yang baru saja selesai mandi.

Setelah mendengar jawaban dari suaminya, Anin langsung meninggalkan kamar Rendy dan kembali berjalan menuju ruang makan. Tak lama kemudian Rendy menyusul Anin yang sudah menunggunya.

Seperti biasa gadis itu melayani makan suaminya sambil menanyakan citarasa masakan yang dihidangkannya.

"Gimana rasanya Kak?"

"Enak, tapi aku yakin kamu pasti masih dibantu Mama."

"Iya Kak. Namanya juga masih belajar. Tapi aku yakin suatu hari nanti aku akan bisa masak tanpa dibantu siapapun. Semua memang butuh proses Kak, seperti kakak yang masih berproses mencintaiku."

Rendy tersenyum tipis mendengar kata-kata Anin.

Setelah makan malam keduanya selesai, kini keduanya kembali sibuk dengan urusan masing-masing. Sebenarnya Anin ingin lebih lama ngobrol dengan suaminya agar keakraban diantara mereka segera ada. Tapi Rendy menolak keinginan Anin dengan alasan bahwa dirinya masih sangat sibuk untuk menyelesaikan pekerjaannya.

Anin yang bingung untuk melakukan pekerjaan apa kini ia masuk ke kamarnya dan mulai menyibukkan diri dengan tugas kuliahnya.

Sedangkan Rendy yang berada di kamarnya terus-menerus menatap foto Reva yang ada di ponselnya.

"Kenapa kamu begitu tega ninggalin aku Rev? Di mana kamu sekarang? Apa yang membuatmu pergi meninggalkan aku?" Ucap Rendy dengan sendu.

Akibat ulah Reva ini Rendy harus menjalani hari-harinya bersama wanita yang tidak ia cintai sama sekali. Begitu hancur hati Rendy saat ia ditinggalkan begitu saja oleh kekasihnya. Tapi apa boleh buat, sekuat hati ia ingin membenci wanita itu tapi dirinya tetap saja tidak mampu untuk melakukannya karena semua itu tertutup oleh rasa cinta pada kekasihnya itu.

Bahkan Anin yang sudah menolong dia dan keluarganya dari rasa malu karena Reva yang kabur saat acara pernikahan akan segera datang tidak ada sedikitpun rasa terimakasih Rendy pada istrinya tersebut.

Rendy yang tidak tahan karena terus memikirkan Reva, memilih keluar untuk mencari angin segar.

Pria itu mengambil jaket dan kunci mobilnya dan segera berlalu dari apartemen meninggalkan Anin yang kini sudah terlelap karena terlalu lelah seharian melakukan aktivitas yang belum pernah ia lakukan sebelumnya.

Sedangkan di kamar apartemen lain kini sedang terjadi permainan diatas ranjang dan terlihat seorang wanita menjerit nikmat dibawah genjotan seorang pria. Keduanya hanyut dalam ranjang panas tersebut.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!