"Bukan begitu cara mendidik anak Mas. Biarkan mereka menyelesaikan rumah tangga mereka sendiri. Tidak baik kalau kita terlalu ikut campur, biar bagaimanapun sekarang Anin sudah menikah dan menjadi tanggung jawab suaminya. Tapi jika kamu merasa suamimu keterlaluan, kamu boleh mengadu dengan kita nak!" Ucap Sari menasehati putrinya.
Sesuai janjinya Rendy semalam, Rendy akan menjemput Anin setelah ia pulang bekerja. Pria itu sampai di rumah mertuanya sedikit terlambat karena jalanan yang macet.
Rendy disambut begitu hangat oleh keluarga istrinya. Bahkan niat awal yang hanya ingin menjemput Anin saja harus sedikit molor karena tidak enak menerima ajakan mertuanya untuk makan malam bersama.
"Ayo kita makan malam bersama dulu Ren!" Titah Sari yang sudah selesai menyiapkan makanan.
"Baik Ma." Sahut Rendy yang sudah berjalan mengekor dibelakang Papa mertuanya.
Sari dan Dika tersenyum melihat pelayanan Anin pada Redy. Mereka tidak menyangka bahwa putrinya bisa luwes melayani suaminya dengan baik. Keduanya berharap putri kesayangannya bisa hidup bahagia bersama pria yang sangat dicintainya.
Setelah makan malam , Dika mengajak Rendi untuk berbicara empat mata. Hal ini membuat Rendy sedikit tegang karena sepertinya mertuanya itu akan membicarakan sesuatu yang sangat serius padanya.
Kini mertua dan menantu itu sedang duduk di teras samping rumah sembari menikmati kopi yang sudah dibuatkan oleh Anin. Gadis itu meminta mamanya untuk mengajarinya membuat kopi yang enak dan terbukti membuat Papanya ketagihan.
"Ma, ajarin Anin bikin racikan kopi andalan Mama dong!" Rengek Anin.
"Tapi ingat ya sayang, kamu tidak boleh terlalu capek. Mama tidak mau kalau penyakit kamu kambuh lagi. Kamu lupa ya kalau suami kamu itu orang kaya? Biar asisten saja yang membuatkan kopi untuknya. Mama yakin kalau Rendy tahu dengan penyakit kamu dan dia akan menjagamu dengan baik."
"Tapi Kak Rendy tidak tahu mengenai penyakit ku Ma. Aku sengaja tidak memberitahu Kak Rendy karena tidak ingin dianggap Anin wanita lemah dan penyakitan. Anin juga tidak ingin hidup dalam belas kasihan orang Ma. Jadi tolong ajari Anin untuk membuat kopi Ma, dan itu tidak akan membuat Anin capek." Bujuk Anin.
Akhirnya Sari yang mendengar rengekan anaknya itu bersedia untuk mengajarinya meracik kopi yang enak. Setelah seduhannya jadi, Ani memberikan dua cangkir kopi itu kepada dua pria yang sangat dicintainya.
"Pa, Kak, silakan diminum kopinya mumpung masih hangat."
Rendy mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Pria itu berpura-pura seolah-olah dia dan Anin baik-baik saja.
"Terimakasih Nak. Jangan lupa sampaikan terima kasih Papa untuk Mamamu karena sudah membuatkan kopi favorit papa." Imbuh Dika.
Dengan wajah yang cemberut Anin meluruskan kesalahpahaman Papanya. Berharap bisa mendapatkan pujian dari Papanya, tapi justru sang Papa terlalu bucin dengan Mamanya sehingga mengira bahwa kopi tersebut buatan Mamanya.
"Papa tahu nggak kalau yang bikin kopi itu Anin?"
"Kamu jangan bercanda sayang! Emangnya kamu bisa buat kopi seenak ini?" Tanya Dika yang masih belum percaya.
"Papa kok gitu sih? Anin sudah berusaha belajar membuat kopi yang enak tapi Papa malah ledekin Anin seperti itu." Gadis itu mulai cemberut.
"Hahaha,,Papa bercanda sayang! Makasih ya sudah buatin Papa kopi. Ternyata anak Papa sudah beneran dewasa. Kamu semangat belajar hanya karena ingin membuat suamimu bahagia kan?" Puji Dika yang tidak ingin mematahkan semangat putrinya.
"Nah, gitu dong Pa. Ya sudah Papa lanjutin saja ngobrolnya sama Kak Rendy. Anin masuk dulu ya!"
Rendy hanya diam saja melihat interaksi antara ayah dan anak itu. Dalam hatinya ia merasa jijik dengan tingkah keduanya yang menurutnya terlalu berlebihan. Tetapi ia berpura-pura tersenyum agar rencananya tidak tercium oleh mertuanya.
"Kamu lihat istri kamu, sepertinya dia sangat bahagia bisa hidup bersamamu sampai dia bela-belain belajar membuat kopi untukmu."
Sruputtt
"Kopinya enak banget Pa." Komentar Rendy setelah mencicipi kopi buatan istrinya. Kali ini Rendy tidak bohong karena memang kopi tersebut sangat nikmat dengan takaran yang pas.
Ini keduanya sangat menikmati kopi tersebut. Sesekali Rendy melirik mertuanya yang masih diam. Rendy hanya menunggu kata apa yang akan diucapkan oleh mertuanya. Hingga akhirnya setelah beberapa menit pria paruh baya itu mengeluarkan suaranya.
"Apa kamu bahagia hidup bersama putriku?"
"Tidak, karena aku belum ikhlas mencintai nya. Butuh waktu untukku menerima semua ini Pa." Jawab Rendy jujur.
"Papa tahu bahwa ini tidak mudah untukmu. Tapi Papa mohon kamu jangan pernah sakiti Anin. Belajarlah mencintainya, dan jaga dia untuk kami. Apa kamu tahu kalau Anin sudah lama mencintaimu? Bahkan kamu adalah lelaki pertama dan hanya kamu saja yang dicintainya."
"Iya Pa, Rendy akan berusaha belajar semua itu." Jawab Rendy asal agar obrolan itu segera selesai.
"Papa mu memberitahu bahwa kamu dan Anin sudah ke apartemen. Kenapa harus pindah?" Tanya Dika penasaran.
"Kami hanya butuh waktu untuk berdua Pa. Kami butuh ruang untuk bersama, dan kalau kita masih serumah dengan orang tua kan tidak enak banyak orang Pa. Kami juga ingin belajar hidup mandiri." Ucap Rendy dengan berbohong agar rencananya berjalan mulus tanpa ada halangan satupun.
"Kamu sudah tahu belum kalau Anin itu tidak bisa masak? Dari kecil Mama dan Papa memang memanjakannya. Tapi sekarang papa salut sama kamu karena mampu menerima Anin apa adanya."
"Maksud Papa?" Tanya Rendy yang bingung dengan apa yang dikatakan Papa mertuanya itu
"Anin memberitahu papa kalau kamu rela menyewa asisten di apartemen agar Anin tidak capek. Anin juga cerita kalau kamu tidak masalah jika makan dengan memesan online."
Rendy yang mendengar apa yang dikatakan Dika tak menyangka bahwa istrinya rela membohongi orangtuanya demi menutupi aibnya.
"Iya Pa, aku memang sengaja mempekerjakan orang untuk membersihkan rumah saja sehingga tidak perlu menginap karena aku tidak ingin ada orang lain dirumah."
"Papa doakan kamu dan Anin selalu dilimpahi kebahagiaan dan rumah tangga kalian selalu dalam lindungan Allah. Jaga Anin, karena dia adalah wanita baik dan penurut. Papa mohon bahagiakan dia. Dan jika kami sudah tidak ada di dunia ini, hanya kamu satu-satunya keluarga yang dia punya. Jadi Papa mohon jangan pernah kamu membiarkannya sendirian, karena itu akan sangat menyakitkan." Pinta Dika.
Rendy hanya menganggukkan kepalanya. Laki-laki itu hanya terheran dengan kata-kata mertuanya yang seolah menitipkan Anin padanya. Bahkan Rendy merasakan firasat yang aneh tapi segera pria itu menepis pikirannya.
Kini kedua pria itu sudah selesai berbicara empat mata dan sudah waktunya Rendy bersama Anin pulang ke apartemen.
Kini sepasang suami istri itu sudah dalam perjalanan pulang ke apartemen mereka. Terlihat Anin masih terisak di dalam mobil karena harus kembali berpisah dengan orang tuanya. Rendy yang merasa terganggu akhirnya menegur sang istri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments