bab 9

"Katanya kamu mau belajar mandiri? Kalau aku mempekerjakan pembantu di sini, darimana kamu bisa mandiri? Dasar manja." Ucap Rendy lagi dengan nada kesal.

Anin sudah tidak membantah Rendy lagi, ia tidak ingin Rendy kembali menjauhinya karena dia terlalu menuntut.

Akhirnya ia memasuki kamarnya dan mulai membersihkan dan menata barang-barang miliknya.

Setelah selesai, Anin berpindah ruang untuk membersihkan semua ruangan yang ada di apartemen milik suaminya.

Hingga tak terasa hari pun sudah mulai gelap. Gadis itu mengelap keringat yang ada di dahinya. Ia merasa sangat lelah dengan aktivitasnya seharian. Anin yang memang sedari kecil dimanja dan tidak diperbolehkan terlalu banyak beraktivitas, membuat tubuhnya kaget dengan apa yang dikerjakannya selama menjadi istri Rendy.

Tapi Anin menganggap semua ini tidak akan berdampak pada penyakitnya selama ia selalu rutin mengonsumsi obat dan makan dengan teratur pasti jantungnya tidak akan kembali sakit lagi.

"Aku harus kuat, cuma mengurus rumah saja tidak akan membuatku sakit-sakitan lagi." Ucap Anin berusaha menyemangati dirinya sendiri.

Karena angin merasa bahwa dirinya belum mahir memasak, akhirnya ia memutuskan untuk memesan makanan melalui aplikasi online.

Gadis itu belum percaya diri jika harus menyajikan hasil masakannya untuk suaminya. Tapi dengan tekad dan semangat untuk mendapatkan hati Rendy, Anin berencana untuk menyambangi rumah mertuanya besok pagi.

Sembari menunggu pesanan makanannya datang, Anin memutuskan untuk membersihkan dirinya setelah keringatnya sudah tidak bercucuran lagi.

Anin tak ingin jika nanti suaminya bangun dan melihatnya kucel. Karena selain pintar memasak, Anin juga berencana untuk tetap tampil cantik dan segar di hadapan Rendy.

"Masih ada waktu beberapa menit lagi menunggu pesanan datang. Sepertinya dengan waktu yang singkat ini bisa aku gunakan untuk mandi." Gumam Anin.

Sedangkan Rendy kini baru bangun dari tidurnya, pria itu tak sadar jika sudah beberapa jam ia tidur hingga kini waktu malam telah tiba.

"Astaga ternyata sudah malam. Gerah banget hari ini, mandi seger kali ya? Tapi tunggu dulu, gadis manja itu sedang apa ya sekarang? Bodo amat lah bukan urusanku." Gumam Rendy seraya melangkah ke kamar mandi.

Kini Rendy dan Anin sudah sama-sama selesai mandi. Bunyi bel membuat mereka sama-sama keluar dari kamar masing-masing.

Rendy yang mendengar bel tersebut bergegas untuk membuka pintu depan tetapi Anin menyuruh Rendy untuk menunggu di meja makan saja.

"Biar aku yang buka pintunya Kak. Kakak tunggu saja di meja makan! Mungkin yang memencet bel pintu itu pesanan makanan yang tadi aku pesan."

Tanpa menjawab sepatah kata pun Rendy meninggalkan Anin dan berjalan menuju ruang makan.

Setelah Anin menerima pesanan tersebut, ia langsung menuangnya dipiring dan menyajikannya di meja makan.

Rendy sedikit heran saat melihat semua pesanan makanan yang dipesan Anin adalah makanan kesukaannya. Tanpa nanti-nanti Anin langsung melayani suaminya. Gadis itu mengambilkan nasi dan juga minuman untuk Rendy.

"Segini cukup belum Kak?" Tanya Anin sambil menyendok sayur ke atas piring Rendy.

"Hmm." Rendy masih diam dan tidak menjawab pertanyaan Anin.

"Kak Rendy mau lauk yang mana lagi? Ini semua kesukaan Kakak kan? Aku sengaja memesan semua ini karena aku tahu kalau ini adalah menu kesukaan kakak."

Anin yang sudah banyak bertanya kepada Mama mertuanya mengenai apa yang disuka dan yang tidak disukai oleh suaminya, kini selalu ingat dengan apa yang dikatakan oleh mertuanya.

"Terserah." Jawab Rendy singkat.

Anin langsung menyendok beberapa lauk untuk suaminya. Gadis itu melayani suaminya dengan sangat bahagia.

"Silahkan di makan Kak!"

Anin bergantian mengambil nasi dan lauk untuknya makan.

Kini keduanya sudah sama-sama makan dengan tenang. Tak ada suara lagi selain suara piring dan sendok bertemu.

Anin berdiri setelah selesai makan malam. Gadis itu berinisiatif untuk mencuci piring kotor mereka dan segera beristirahat.

"Kenapa kamu tadi tidak masak sendiri?" Tanya Rendy.

"Aku belum mahir masak Kak. Jadi aku pesan makanan siap saji saja. Tapi nanti aku akan mulai belajar masak sama Mama Kak."

"Baik, aku maklumi kamu kali ini. Tapi lain waktu tidak ada lagi alasan. Aku hanya mau makan jika makanan itu hasil dari masakanmu sendiri." Ucap Rendy seraya meninggalkan Anin.

Kini pagi hari telah tiba. Anin sudah bangun untuk shalat subuh dan dilanjutkan beres-beres apartemen. Singkat cerita Rendy berpamitan untuk berangkat kerja.

"Hati-hati dijalan Kak! Jangan lupa nanti jemput aku di rumah Mama ya!" Ucap Anin mengingatkan Rendy.

Setelah Rendy meninggalkan apartemen tersebut, kini tinggal Anin seorang diri yang tengah sibuk menyiapkan diri untuk berangkat kuliah. Hari ini Anin ada jadwal kuliah pagi sehingga membuatnya lebih sibuk dari pada pagi biasanya. Sejak bangun dari tidurnya, Anin sudah banyak melakukan aktivitas paginya.

"Aku harus segera menyelesaikan semua pekerjaan rumah sebelum berangkat kuliah. Ternyata menjadi ibu rumah tangga memang tidak mudah, apalagi besok kalau aku sudah punya anak pasti super sibuk. Hah, aku tidak boleh mengeluh, aku harus semangat." Gumam Anin.

Kini dirinya sudah selesai beres-beres apartemen dan sudah waktunya untuk segera berangkat kuliah karena tugas yang sudah menumpuk.

"Cie,,cie,, pengantin baru nih bos,,senggol dong!" Goda Rehan teman Anin.

"Sepertinya dia bahagia banget gaes." Imbuh salah satu teman yang lain.

"Gimana nggak bahagia? Impiannya untuk dinikahi pria yang sudah lama dia idamkan kini sudah terwujud." Seru Indri.

"Kalian apaan sih? Malu tau, dari tadi heboh banget. Dilihatin banyak orang noh!" Wajah Anin terlihat merah akibat ulah beberapa teman yang menggodanya.

Keempat orang itu memang sedang berada di kantin kampus, Rehan dan Indri memang ingin ditraktir oleh Anin yang tidak mengundang mereka diacara pernikahannya. Bukannya Anin tidak mau mengundang ketiga sahabatnya itu, tetapi pernikahannya itu terjadi secara dadakan sehingga ia tidak sempat memberi kabar bahagia itu kepada sahabatnya.

"Gimana malam pertamanya enak nggak? Hahaha?"

"Apaan sih ndri, kamu nggak malu apa bahas begituan? Ada Rehan loh." Ucap Anin.

"Kenapa harus malu? Aku kan juga udah dewasa, jadi tahu lah kalau begituan. Kalau kamu mau cerita, cerita aja aku akan dengerin sampai selesai." Tambah Rehan dengan gelak tawa.

"Hus udahlah jangan bahas itu lagi! Malu tahu?" Ucap Anin yang sudah tidak ingin sahabatnya itu menggodanya lagi.

"Atau jangan-jangan kamu malah belum melakukan sama sekali? Secara kan pernikahan kamu dadakan karena pengantin wanita itu kabur. Atau jangan-jangan suami kamu nggak nafsu lagi sama kamu? Wah ini perlu kamu lakukan tindakan biar suami kamu bertekuk lutut." Ucap Indri.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!