Mendengar ucapan sahabatnya tersebut, Anin sedikit terkejut tapi ia sebisa mungkin menyembunyikan keterkejutannya yang sempat terlihat oleh Rehan. Rehan yang sempat melihat Anin kaget itu langsung bisa mengetahui bahwa sahabatnya itu sedang tidak baik-baik saja.
Tapi Rehan hanya diam karena ia tidak ingin terlalu ikut campur jika Anin sendiri tidak menceritakannya. Rehan berpikir jika sahabatnya itu masih diam berarti menandakan bahwa Anin masih bisa menyelesaikan masalahnya sendiri.
Anin yang tiba-tiba merasa tidak nyaman setelah mendengar ucapan Indri, dengan cepat Rehan mengalihkan pembicaraan lain.
"Eh iya, katanya kamu honeymoon ke Paris ya? Kamu nggak bawa oleh-oleh buat kita?" Tanya Rehan.
"Astaga, maaf,maaf aku hampir saja lupa. Ini buat kalian!" Ucap Anin sambil memberikan bingkisan kepada ketiga sahabatnya tersebut.
"Wah ternyata kamu ingat sama kita. Makasih ya Nin, kamu memang sahabat terbaikmu kita. Jadi pengen nikah terus honeymoon keluar negeri deh. Huhuhu." Ucap Indri.
"Semoga kamu segera menikah dengan pria yang mencintai mu Ndri. Cukup aku saja yang merasakan menikah dengan pria yang tidak sedikitpun memberikan cintanya padaku." Batin Anin.
Setelah kuliah selesai, kini Anin pulang dan langsung menuju rumah mertuanya. Anin sudah janji untuk mulai latihan memasak hari ini dengan sang mertua.
Tentu saja Citra menyambut menantunya itu dengan senang hati. Terbukti dengan sesampainya Anin dirumah mertuanya tersebut sang mertua tak hentinya menanyakankabar dan kesehatan Anin.
"Belajar masaknya nanti saja ya sayang! Kamu istirahat saja dulu. Lagian kan kamu baru pulang dari kampus, pasti kamu sangat capek. Kita latihan nunggu hari sedikit sore saja biar tidak terlalu panas." Ucap Citra sambil mengulum senyum.
"Nggak kok Ma. Anin nggak capek. Kita belajar masak sekarang saja Ma, jadi nanti kalau kak Rendy jemput aku, kita sudah selesai latihan masak." Sahut Anin dengan semangat full.
Akhirnya Citra mengangguk setuju dengan Anin.
Dan ternyata benar, setelah Citra dan Anin sudah selesai masak, Arga dan Rendy sudah pulang dari kantor. Citra bahkan berhasil memaksa Rendy untuk makan malam bersama dirumahnya.
Setelah makan malam selesai, barulah Rendy dan Anin kembali ke apartemennya.
Dalam perjalanan pulang, Anin memberanikan diri untuk meminta izin kepada suaminya.
"Kak Rendy, Anin besok boleh nggak berkunjung kerumah Orangtua Anin? Anin ingin bertemu mereka. Setelah kita menikah, aku belum pernah bertemu mereka lagi." Pinta Anin.
Sebelum bersuara, Rendy hanya melirik Anin dengan tajam. "Terserah kamu. Dasar manja!"
"Kak Rendy ikut nggak?" Tanya Anin dengan ragu.
"Kamu pikir aku pengangguran yang kerjaannya mondar-mandir keluar rumah nggak jelas?" Ucap Rendy ketus.
"Bukan maksudku begitu kak. Tapi aku pikir bukankah lebih baik kita kesana berdua. Setelah kita menikah, kita belum pernah sama sekali kesana. Apa yang harus aku jawab kalau Papa dan Mama menanyakan menantunya?"
"Kamu bisa bilang kalau aku lagi banyak kerjaan. Kamu berangkat sendiri kesana, dan kalau pulang aku jemput." Ucap Rendy yang berusaha membuat mertuanya tidak curiga padanya.
"Ya udah kak kalau gitu. Makasih ya!"
"Makasih buat apa?"
"Karena Kakak sudah meluangkan waktu kerja Kakak untuk menjemput ku."
"Hmm,,, terpaksa." Jawab Rendy singkat yang menusuk perasaan Anin.
Setelah percakapan tersebut, Anin masuk ke kamarnya, begitupun dengan Rendy yang juga sudah masuk ke ruang sebelah kamar Anin.
Mereka masih tidur berpisah di ruang yang berbeda.
Setelah pagi kembali menyapa, Anin sudah siap untuk berangkat kerumah orangtuanya. Begitupun dengan Rendy yang juga sudah siap untuk bekerja.
Setelah beberapa saat perjalanan, kini Anin sudah sampai dirumah orangtuanya.
"Assalamualaikum." Ucap Anin yang sudah berdiri di depan pintu luar rumah orangtuanya.
"Waalaikumsalam. Ya Allah, mbak Anin. Simbok kira siapa tadi mbak! Bagaimana kabarnya mbak?" Sahut Mbok Sum yang kaget dengan kedatangan Anin.
"Alhamdulillah baik Mbok. Anin kangen banget sama Simbok. Oh ,,iya ini ada oleh-oleh yang Anin bawa dari Paris untuk Simbok dan yang lain. Tolong Simbok bagi dengan teman Simbok yang lain ya!" Suruh Anin sambil menyerahkan oleh-oleh yang ia bawa untuk pembantu di rumah Mamanya itu.
Anin memang sangat akrab dengan para pekerja dirumah orangtuanya. Dika dan Sari tidak pernah melarang Anin untuk dekat dengan semua pekerja di rumahnya.
Dika dan Sari justru senang jika putrinya itu dekat dengan para asisten rumah tangga mereka. Dengan cara seperti itu Anin tidak terlalu merasa kesepian karena larangan orangtuanya untuk bermain di luar. Dika memang membatasi pergaulan Anin diluar rumah. Karena sebagai seorang Ayah, Dika hanya menginginkan yang terbaik untuk putri semata wayangnya itu. Dengan semampu dan sebisanya Suka selalu menjaga agar Anin juga tidak terlalu kelelahan agar kesehatan Anin tetap stabil.
Kini Anin sudah masuk ke dalam rumah orangtuanya dan mulai menaiki satu persatu anak tangga. Gadis itu ingin menemui kedua orang tuanya yang sedang berada di kamar atas.
Dengan sengaja Anin tidak memberitahu orang tuanya bahwa ia akan berkunjung hari ini.
"Ya ampun Nak. Mama kangen banget sama kamu!" Ucap Sari sambil memeluk hangat putrinya.
"Aku juga kangen banget sama Mama."
"Ehmm,, sepertinya anak kesayangan Papa hanya kangen sama Mamanya saja. Kasihan sekali Pak tua ini." Sindir Dika kepada kedua perempuan yang spesial baginya itu.
"Siapa bilang anak kesayangan Papa tidak merindukan Papanya? Aku rindu sekali dengan pahlawan terbaikku ini." Ucap Anin yang bergantian memeluk Dika.
"Gimana kabar kamu sayang? Apakah Rendy memperlakukanmu dengan baik?" Tanya Dika.
Biar bagaimanapun Dika tetap khawatir. Sebagai seorang Ayah dia tidak ingin jika putrinya sampai diperlakukan tidak baik.
Anin yang tidak ingin membuat orang tuanya tahu keadaan rumah tangganya, berusaha selalu menutupi. Lagian ia dan Rendy masih dalam tahap menyesuaikan diri satu sama lain. Anin sangat yakin suatu hari nanti Rendy akan sangat mencintainya bahkan sangat takut jika kehilangannya.
"Papa tenang saja! Kak Rendy baik kok Pa sama aku. Kami masih dalam tahap penyesuaian, jadi wajar jika Kak Rendy belum sepenuhnya mencintai Anin. Tapi Anin yakin bahwa suatu saat nanti Kak Rendy akan mencintai Anin seiring berjalannya waktu. Kak Rendy juga sudah bilang bahwa akan mulai belajar mencintai Anin Pa." Tutur Anin.
"Syukurlah kalau begitu nak. Kalau suami kamu berani macam-macam, kamu tidak usah takut untuk mengadu sama papa ya! Biar Papa yang membalasnya."
Anin hanya membalas dengan senyuman. Ia terharu dengan kasih sayang Papanya yang selalu ada di garda paling depan untuk membela dan melindunginya. Sedangkan Sari hanya menggelengkan kepala dan menegur suaminya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 90 Episodes
Comments