Perjalanan menuju kediaman Bellard dihiasi oleh dua orang yang terdiam setelah bertemu dengan Raja Edward. Kedua orang yang berada dalam kereta kuda, dipenuhi oleh pikiran masing-masing. William yang mengetahui dengan jelas kalau Raja Edward memiliki perasaan pada Anne Bellard. Berbanding terbalik dengan Anne yang pikirannya dipenuhi oleh rencana balas dendam.
"Kurasa rumor tersebut, bukanlah sekadar rumor, My Lady," ucap William membuat sebuah pernyataan. "Saya harap Anda dengan bijak menyikapi perasaan, Yang Mulia," tambah William.
Kerajaan Evrist tidak melarang seorang raja memiliki selir. Namun, keinginan Duke Bellard dan prinsip Anne sendiri yang menjerumuskan hidup Anne. Dia tidak ingin menjadi yang kedua, Anne ingin menjadi yang pertama. Hal itu akan terwujud bila Raja Edward menceraikan Ratu Isabella.
Perkataan William merujuk pada kebijakan Anne yang seharusnya mengalah dan setuju menjadi selir Raja Edward. Dalam mimpi pun Anne tidak pernah ingin menjadi selir. Dia akan menjadi satu-satunya istri dari siapa pun yang menjadi suaminya, di kehidupan sekarang atau pun nanti.
"Aku tidak akan pernah menjalin hubungan dengan Raja Edward, My Lord. Oleh karena itu, aku ingin bertemu dan melakukan kesepakatan dengan Anda. Kuharap Anda segera membalas surat permohonan kunjunganku," balas Anne Bellard tidak ingin membahas tentang Raja Edward.
"Anda tidak ingin menjadi selir Yang Mulia?" tanya William dengan heran.
Setiap perempuan di Kerajaan Evrist pasti mendambakan untuk menjadi selir Raja. Akan tetapi, jawaban Anne membuat William heran karena Anne dengan tegas menggelengkan kepalanya.
"Tidak pernah terlintas di benakku untuk menjadi selir Raja Edward. Aku tidak ingin menjadi yang kedua," ucap Anne dengan senyum yang tersungging di wajahnya.
William menaikkan alisnya, tidak ada wanita yang tidak ingin kemewahan yang dijanjikan ketika menjadi selir. Perkataan Anne membuat William tertarik dengan wanita di depannya. Baru pertama kali dia mendengar wanita yang tak ingin menjadi selir Raja.
Tanpa terasa perjalanan menuju kediaman Duke Bellard berlangsung cepat. Mereka telah sampai di depan kediaman Keluarga Bellard. William turun terlebih dahulu, kemudian membantu Anne untuk menuruni kereta kuda.
"Apakah Anda ingin mampir, My Lord?" tanya Anne berbasa basi.
"Terima kasih, My Lady. Ada pekerjaan yang menunggu saja. Mungkin, kita akan bertemu lagi setelah aku menjawab permintaanmu untuk berkunjung," jawab William dengan sopan.
"Tentu, kamu harus menyetujui permintaan untuk berkunjung karena itu menyangkut hidup dan matiku," balas Anne sambil tersenyum. "Kalau begitu aku akan masuk terlebih dahulu, terima kasih atas tumpangannya, My Lord," tambah Anne sambil membungkukkan badan sedikit untuk memberi hormat pada William.
"Tentu, My Lady," ucap William sambil memperhatikan Anne yang berjalan menjauhinya.
Hatinya sedikit terusik ketika Anne mengatakan tentang hidup dan mati. Hal apa yang membuatnya mengatakan hal tersebut. William akan mengetahuinya setelah menjawab permintaan kunjungan yang dikirimkan oleh Anne. Dengan masih penasaran, William membalikkan tubuhnya dan naik ke kereta kuda. Dia tidak sabar untuk menjawab surat dari Anne.
Sesampainya di Kediaman Bellard. Pelayan pribadi Anne telah menyambutnya. "Anda telah kembali, Nona," ucap Jessy menundukkan kepala dengan hormat.
"Ya, Jess. Aku ingin beristirahat sebentar sebelum makan malam, tolong bangunkan aku jika waktu makan malam telah tiba," pinta Anne, kemudian berjalan menuju kamarnya.
"Baik, Nona Anne," balas Jessy dengan senyum di wajahnya.
Tanpa Anne sadari, berita tentang kejadian saat makan siang di restoran telah tersebar di seantero penjuru kerajaan. Kejadian itu juga sampai ke telinga Thomas Bellard. Pria itu tersenyum licik ketika mengetahui cinta segitiga antara Raja, Ratu, dan Anne.
Sedari dulu, Thomas Bellard sangat menginginkan kekuasaan berada di tangannya. Walaupun dengan menjadi seorang Duke sudah membuatnya memiliki kekuasaan. Hal itu seperti belum cukup membuatnya puas. Dia ingin menjadi ayah mertua dari Raja Evrist dan disegani oleh seluruh masyarakat terutama kalangan atas.
Dengan senyum di wajahnya, dia pulang ke kediamannya ingin bertemu dengan putrinya yang cantik. Putri yang akan membawanya ke puncak kejayaan. "Aku akan memastikan kamu menjadi seorang Ratu, putriku," ucap Thomas dengan senyum yang terus mengembang di wajahnya.
Dia telah merencanakan untuk menghasut Anne agar membujuk Raja Edward untuk menceraikan Ratu Isabella. Kabar tentang retaknya hubungan mereka telah tersiar dari dulu, tetapi peristiwa ini memantik keinginan Thomas untuk membuat putrinya sadar tentang pentingnya kekuasaan.
Thomas memiliki dua orang anak, adik Anne yang bernama Steven sedang berada di akademi untuk mengikuti pelajaran sebagai seorang bangsawan. Harapan Thomas pada Anne semakin berkembang karena dia juga mengetahui Raja Edward yang sering memberikan Anne hadiah walaupun selalu ditolak oleh Anne.
Anne terlelap karena lelah menjalani hari yang sedikit panjang untuknya. "Nona, sudah hampir tiba waktunya untuk makan malam," ucap Jessy membangunkan Anne.
Wanita cantik itu mengerjapkan matanya, kemudian Jessy membantunya untuk mandi dan berganti pakaian untuk makan malam bersama keluarga. Anne bergegas menuju ruang makan karena dirasakan telah sangat terlambat untuk hadir makan malam.
"Selamat malam, Ayah, Ibu, maaf aku terlambat," sapa Anne dengan senyum canggung di wajahnya. Dia teringat dengan kejadian pagi hari saat ditegur oleh ibunya.
"Duduklah, Anne. Aku ingin berbicara sesuatu sebelum makan malam kita," perintah Thomas pada putrinya.
Anne segera duduk, kemudian mengalihkan pandangannya pada ibunya yang menggelengkan kepalanya. Laura juga tidak mengetahui hal yang ingin diucapkan oleh Thomas pada Anne.
"Ada apa ayah?" tanya Anne penasaran dengan hal yang ingin diucapkan oleh Thomas.
"Aku sudah mengetahui kejadian kalian di restoran. Ayah hanya ingin mengetahui sesuatu, apakah kamu memiliki perasaan pada Raja Edward?" tanya Thomas dengan wajah yang serius.
Di masa lalu, Thomas juga menanyakan hal tersebut pada Anne. Wanita itu menjawab kalau dia hanya menghormati Raja Edward dan sebatas mengagumi pria yang menjadi Raja Evrist. Akan tetapi, saat ini dia tidak akan ragu untuk tegas mengatakan kalau dia tidak memiliki perasaan pada Raja Edward.
"Tidak, Ayah. Aku tidak memiliki perasaan pada Raja Edward, hanya saja..." jawab Anne menggantungkan jawabannya. Dia sedikit ragu untuk mengatakannya pada Thomas karena khawatir ayahnya tidak menyukai ucapannya.
"Hanya saja? Katakan yang jelas Anne! Ayah ingin kamu menentukan masa depanmu mulai sekarang. Seharusnya setelah debutmu tiga bulan lalu, kamu telah memiliki kekasih dan menemukan calon yang tepat untuk menjadi suamimu," tukas Thomas dengan tidak sabar.
Anne menghela napasnya, dia tidak ingin ayahnya terobsesi ingin menjadi ayah mertua dari Raja Edward. "Aku menyukai Duke Aishworth. Aku harap ayah dapat memahami perasaanku. Aku memiliki pendapatku sendiri tentang masa depanku. Merebut kebahagiaan seorang wanita bukanlah caraku untuk bahagia di masa depan," jelas Anne yang melihat keterkejutan di wajah Thomas.
...🍁🍁🍁...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments