Deanna turun dari mobil dan berjalan menuju kelas nya, tadi malam dia membujuk albern untuk bisa deanna tinggalkan laki laki itu menyuruh deanna untuk menginap. Tapi jelas saja deanna menolak bisa bisa dia dirujak oleh sang papah.
Walaupun sang papah merestui nya dengan albern tapi bukan berarti dia bisa bebas melakukan apapun dengan albern.
Ponsel deanna bergetar, tanda pesan masuk, "Bibirmu sudah membaik?" deanna tersenyum dan menggeleng saat mengingat albern yang hampir lepas kendali tadi malam.
"Sudah, kau tuan burchard?" deanna bertanya balik karena bibir albern tak sengaja dia gigit sampai berdarah.
"Sepertinya butuh diobati,dengan bibir mu lagi," balas albern.
"Dasar mesum, aku akan masuk kelas, semangat tuan burchard kerja nya," deanna menyudahi pesan itu karena sudah masuk jam pelajaran.
Saat dirinya duduk dia tak sengaja melihat aldo yang berjalan menuju tempat duduknya, tatapan mereka tak sengaja bertemu aldo langsung memalingkan wajah nya saat sudah bertatapan dengan deanna, seperti sengaja menghindari deanna.
Sejak saat itu saat mereka bertengkar di balkon sekolah, aldo tak pernah bertanya pada deanna lagi, dia malah lebih menghindari deanna, deanna sih tak peduli.
Bagus jika aldo sadar diri untuk tak mengganggu nya lagi.
"Aduh tuan putri udah duduk cantik aja," dixie bergurau sambil mencolek pinggang deanna.
"Mulai dehh" ucap deanna.
"Lo gak ngerasa silau dar?" tanya dixie pada darleena.
Darleena mengernyit bingung mendengar ucapan dixie, "Maksud lo?" tanya darleena penasaran.
"Yakan wajah deanna silau banget karena bahagia, hahahaha,," tawa dixie menggema diikuti oleh darleena dan deanna mereka tak percaya dengan lelucon dixie yang diluar akal. Sangat receh.
"Ssssstt guru dateng," ucap salah satu murid dikelas.
Deanna dan darleena menghentikan tawa mereka dixie pun langsung duduk ditempatkan masing masing.
Guru datang dan jam pelajaran pun dimulai. Kelas nampak kondusif dengan pelajaran yang sedang berlangsung.
****
"Pak ada yang ingin bertemu dengan anda," sekertaris perempuan albern dikantor memberitau albern, erick sedang ada urusan jadi sekertaris kantor yang sementara menggantikan erick, sekertaris ini memang bertugas dikantor sedangkan erick yang mengikuti albern kemana pun.
"Siapa?" seingatnya dia tak punya janji dengan siapapun hari ini.
Melihat kebingungan albern, sekretarisnya pun menjelaskan, "Dia bernama rania, dia bilang dia akan menunggu bapak terus menerus jika bapak tak mau menemui nya," jelas sekertaris itu yang bernama Linda.
Albern menghembuskan nafas nya kesal, rania pasti akan tetap menunggu jika albern tak menemui nya.
"Saya akan menemui nya," albern sepertinya harus menemui rania untuk terkahir kalinya. Albern harus memberi batasan pasti agar rania tak mengganggu nya lagi.
Karena kini albern sudah mempunyai deanna.
Linda mengangguk patuh dan meninggalkan ruangan albern.
Albern berdiri dan bergegas untuk menemui rania dibawah, dia seperti nya harus bersikap lebih tegas lagi sekarang.
Saat sudah sampai dibawah albern menyuruh rania untuk mengikutinya menuju cafetaria yang tak jauh dari kantor milik nya. Biasanya cafetaria itu menjadi tempat para karyawan nya untuk rehat sejenak dan minum kopi.
"Kita bicara dicafetaria sana saja," ajak albern.
Rania tersenyum senang karena albern mau menemui nya dia mengikuti albern menuju cafetaria yang dia sebut tadi.
Saat mereka berdua telah pergi, para karyawan yang masih berada disitu berbisik bisik mengira ngira pada rania mungkin rania adalah kekasih albern.
Saat sudah sampai di cafetaria, Albern dan rania duduk berhadapan yang terhalang meja bundar, "Kau tak sibuk?" tanya rania pada albern.
"Sibuk," jawab albern singkat.
Pesanan minum mereka sudah sampai, rania meneguk kopi americano yang dia pesan tadi pesanan milik rania sama dengan albern.
Rania ingat dulu mereka sering menghabiskan waktu bersama dengan meminum es americano, dan ternyata selera albern tak berubah sampai sekarang sama dengan dirinya, rania masih berharap albern belum melupakan nya, rania tak sanggup jika albern benar benar melupakan nya.
"Kenapa menemui ku kalau sibuk,?" rania menatap albern yang sama sekali tak menatap nya.
"Agar kau tak mengganggu lagi," albern menjawab dengan wajah datar tak berekspresi.
Rania yang mendengar penuturan albern, hatinya mencelos sakit, sebenci itukah albern padanya.
"Sebenci itukah kau padaku al?" rania meremas tangan nya yang berada di atas paha nya.
"Semua sudah selesai, tak ada kebencian tapi memang hubungan kita tak bisa seperti dulu lagi," albern berucap tegas.
"Apa wanita tadi malam mampu menggantikan ku dihatimu al,?" tanya rania lagi dia berharap albern menjawab tidak.
"Lebih, dia takkan ada tandingan nya," pernyataan albern membuat rania meneteskan air mata nya.
"Rose yang bilang kalau kau tak mencintai ku lagi dan kau tidur dengan wanita lain, saat itu aku kesal al aku tak bisa mengontrol emosi ku, rose selalu memojokkan ku aku tak tahan dengan sikap nya." jelas rania pada albern.
Dulu memang begitu, rose selalu memprovokasi nya, dia selalu membuat rania kesal, dia dan albern selalu bertengkar akan hal itu sampai dia tak sengaja tidur dengan laki laki lain hingga punya hubungan yang tak albern ketahui, tapi begitulah bangkai walau ditutupi akan tercium juga.
Rania menyesal dengan perselingkuhan yang dia lakukan, entah punya keberanian apa dia dulu sampai menyelingkuhi albern laki laki yang mencintai nya.
"Kau harusnya bertanya padaku, sikap rose memang seperti itu, yang harus kau lihat adalah aku, aku tak pernah menjadikan mu opsi kedua bagiku, tapi memang semua sudah berlalu, biarkan semua berlalu carilah laki laki lain, aku sudah punya anna perempuan yang kucintai yang tak akan aku tinggalkan demi siapapun bahkan demi dirimu," jelas albern panjang lebar.
Bagi albern semua nya sudah berlalu walau dulu dia hampir kacau karena perselingkuhan yang dilakukan rania tapi bagi albern dia sudah melupakan rania jauh sebelum dia mengenal deanna.
Rania kembali menunduk dengan perasaan yang perih dan hati yang tercabik cabik, ucapan albern mampu membuat nya tak mampu menjawab lagi, semua memang salah nya seharusnya dulu dia lebih mempercayai albern dibanding dengan rose.
Albern pun berdiri tapi lengan nya ditahan oleh rania, "Aku boleh memelukmu untuk terakhir kali nya al?" rania mengadah untuk melihat albern, albern pun mengangguk, rania langsung memeluk albern dengan tangis nya yang pecah, albern hanya mengusap punggung rania agar tenang tanpa membalas pelukan nya.
Tanpa mereka berdua sadari sejak tadi rose melihat itu dan dia memotret nya, untuk dia kirim kepada deanna, rose tersenyum licik dia yakin deanna akan salah paham dan akan meninggalkan albern dengan cepat.
Rose awalnya akan menemui albern untuk mengajak albern makan siang walau ini belum waktunya makan siang, tapi itu hanya alasan rose saja, dia ingin menghabiskan waktu berlama lama dengan albern.
Tanpa dia sangka albern malah bertemu dengan rania dan mereka berpelukan, awalnya rose cemburu tapi akal licik nya langsung berfikir Kenapa tak mengirimkan foto mereka berdua pada deanna.
"Liat aja deanna pasti akan langsung meninggalkan al segera," gumam rose sambil meninggalkan cafetaria dengan tergesa gesa takut albern melihat nya.
***
Waktu istirahat sudah tiba, deanna sudah duduk dikantin dengan makanan yang dia pesan tadi, dia memakan bakso begitupun kedua sahabat nya.
"Maksud lo mantan albern muncul lagi gitu,?" tanya darleena penasaran mereka sedang membicarakan kejadian tadi malam saat deanna melihat rania menghampiri albern.
"Iya, dia Kaya ngejar ngejar gitu," jelas deanna agak kesal.
"Minder lo?," ucap dixie sambil menyeruput minum nya.
"Enggak lah ngapain minder," deanna berucap dengan percaya diri.
"Bagus, lo cantik dea, jangan kalah dengan mantan nya albern," darleena menepuk pundak deanna menyemangati.
"Tapi kayak nya tu cewe cinta banget tau sama albern, gue cuma takut albern balikan lagi sama dia," lemas deanna mengingat ketakutan nya.
"Ngapain takut kaya gitu kalo emang albern milih tu cewe lo gak akan rugi apapun, persis saat lo ninggalin aldo karena sahabatnya," dixie kembali mengingatkan deanna saat deanna lebih memilih meninggalkan aldo yang selalu tak memihak nya.
Dulu aldo selalu mengedepankan sahabat nya dibanding deanna, awalnya deanna mengerti tapi lama lama sikap aldo semakin tak masuk akal, maka dari itu deanna memilih putus dengan aldo dibanding bertahan tapi menyakitkan.
"Ssstt ada orang nya tuh," tunjuk darleena saat melihat aldo yang mulai memasuki kantin.
Ponsel deanna bergetar, deanna mengecek ponsel nya dan ada yang mengirimi nya foto, saat deanna melihat foto itu deanna meremas ponselnya dengan kesal dan hati yang bergemuruh karena cemburu dan kesal.
"Dasar cewe sialan," umpat deanna kesal.
"Kenapa lo?" darleena dan dixie bertanya bersamaan.
Deanna pun memperlihatkan foto itu dengan kesal kepada kedua sahabat nya.
"Wah gila ini albern," dixie berucap tak percaya saat melihat foto albern dengan perempuan lain.
"Lo jangan salah paham dulu dea, mungkin aja mereka gak sengaja kan ketemu," hibur darleena takut deanna langsung marah, dan benar saja deanna langsung bangun dari duduk nya dan berjalan cepat akan meninggalkan kantin.
"Dea mau kemana?" teriak darleena dan dixie bersamaan, mereka mengejar deanna yang pergi meninggalkan kantin dengan tergesa gesa.
"Mau kemana dea?" Tanya dixie saat melihat deanna mengambil tas nya dan berjalan meninggalkan sekolah nya.
"Mau nyamperin burchard," kesal deanna.
Rasanya deanna dipenuhi api cemburu sekarang, deanna benar benar merasa cemburu sekarang.
"Siapa dia?" tanya dixie yang tak tau.
Karena setau nya yang dixie lihat adalah foto albern bukan laki laki lain. lalu kenapa deanna bilang burchard.
"Albern dixie," jawab deanna kesal.
"Kita ikut yah," ucap darleena.
"Gak kalian gak boleh ikut, kalian disini aja!"
Deanna langsung meninggalkan halaman sekolah dan pergi mencari taksi untuk menghampiri albern, bisa bisa nya dia berpelukan dengan mantan nya itu.
Awas saja deanna akan mengamuk kepada albern.
"Tunggu kau burchard" geram deanna.
To be Continued..
Jangan lupa like comen dan follow author guyss..
See you...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments