Deanna makan dengan lahap, sudah tiga piring steak dia habiskan, dirinya sangat lapar waktu istirahat tadi dia tak makan apapun.
"Tanganmu kenapa?" albern bertanya karena tangan deanna diperban.
"Kesiram air baso" deanna berucap dengan mulut yang masih penuh dengan daging.
Albern mengernyit, "Kesiram?" ulang albern memastikan.
Deanna hanya mengangguk.
"Siapa?" tanya albern penasaran dan menatap deanna dengan wajah yang meminta jawaban.
Deanna yang ditatap oleh albern begitu, deanna berdehem dan menelan saliva nya susah payah karena merasa ngeri, itu tatapan yang sama yang ayah nya berikan padanya, tatapan yang tak ingin dibantah.
Papah nya memang mengerikan tapi entah kenapa albern lebih mengerikan.
"It_u orang lain tak sengaja menumpahkan nya" jawab deanna susah payah.
"Siapa" tanya albern lagi.
"Teman,".
"Namanya?" ulang albern lagi merasa tak puas dengan jawaban deanna.
"Kau tak perlu tau, mungkin dia gak sengaja" deanna mencoba menenangkan albern.
Albern langsung menyenderkan tubuh nya pada senderan kursi, dan menatap deanna tersenyum, bukan senyum manis tapi senyum smirk yang mengerikan.
"Aku bisa cari tau dengan mudah, kau mau memberi tau sendiri atau aku yang mencari tau" albern bebricara sambil mengambil ponsel yang ada disaku celana nya.
Berniat menelpon asisten pribadi nya untuk albern suruh mencari tau orang yang berani berbuat semena mena pada deanna. Albern takkan diam saja jika wanita yang ia sukai diperlakukan seperti ini.
Deanna tau apa yang akan albern lakukan dia langsung berdiri dari kursi nya dia akan mengambil ponsel milik albern, untuk menghentikan albern yang mungkin akan mencari tau apa yang terjadi, bagi albern informasi apapun akan mudah dia dapatkan.
"Baiklah aku akan menceritakan nya," deanna masih ingin merebut ponselnya.
Tapi bukan nya ponsel albern yang dia dapat, albern malah menarik pinggang deanna sehingga deanna duduk di paha albern.
Deanna berontak, ini restoran, memang tak ada siapa siapa tapi deanna takut mungkin ada orang yang melihat.
"Lepas al nanti ada yang melihat" deanna berontak mencoba melepaskan cengkraman tangan albern di pinggang nya.
Bukan nya terlepas, tangan itu malah mengeratkan cengkraman dipinggang nya, deanna salah tingkah tatapan albern begitu membuat nya salah tingkah apalagi jantung nya yang tak aman, berdetak begitu cepat. Saat berdekatan dengan jarak yang intens seperti ini.
"Lepas al" kali ini deanna berucap dengan lemah dia tak punya tenaga untuk memberontak lagi. Tubuhnya tiba tiba lemas karena kedekatan antara dirinya dengan albern seperti ini.
"Jangan membuatku bertanya dua kali anna," albern mendekatkan kepala nya dengan kepala deanna bahkan bibir mereka nyaris bersentuhan.
Albern menatap deanna dengan tatapan menyiratkan tak ingin dibantah, deanna pun tak berniat berbicara apapun dia hanya membalas tatapan albern, mata elang itu begitu tajam dan memabukkan, membuat deanna tak ingin berpaling dari tatapan tajam yang memabukkan nya itu.
Cup
Albern tiba tiba mengecup bibir deanna, deanna tak membalas, merasa dapat persetujuan.
Albern kembali mengecup bibir deanna tapi sekarang disertai lumatan yang lembut.
Mereka berpagutan dengan mesra, saling mengecup satu sama lain. Menikmati ciuman satu sama lain.
Albern seperti mengecup permen, rasa nya begitu manis albern tak ingin melepaskan pagutan bibir nya pada bibir deanna.
Setelah merasa nafas deanna sudah habis barulah albern melepaskannya. Mereka berhenti dan saling bertatapan satu sama lain, albern mengusap bibir deanna dengan ibu jari nya dan tersenyum, "Maaf bibir mu bengkak" ucap albern dengan suara parau, deanna hanya mengangguk tak menjawab karena nafas nya yang masih tak beraturan.
Laki laki yang sudah dewasa memang berbeda, mereka lebih berpengalaman.
"Ayo pulang, kau sudah selesai makan?" tanya albern.
"Sudah" deanna pun bangun dari duduk nya, duduk dari paha albern lebih tepat nya.
Deanna berdiri canggung, bahkan deanna kelimpungan mencari tas nya. Sepertinya deanna masih dimabukkan oleh ciuman albern.
Mereka berdua pun berjalan beriringan menuju mobil diparkiran, dengan bergandengan tangan.
Tas deanna bahkan dibawakan oleh albern, ternyata albern adalah tipe laki laki yang act of service.
"Oh ya anna, tolong ambilkan barang ku di bagasi" albern meminta tolong saat mereka akan memasuki mobil.
Deanna pun mengangguk, dan berjalan menuju bagasi mobil, saat membuka bagasi mobil, deanna terkejut bukan main hingga menutup mulut nya.
Bunga mawar merah besar, berisi tiga puluh enam tangkai dan buket uang, uang dolar, deanna mengerjap saat melihat itu, apakah ini untuk nya,? atau untuk orang lain?.
Saat deanna bertanya tanya, pelukan dari belakang membuat deanna tersadar dan menoleh ke belakang, albern memeluk nya lalu mencium pipi nya lembut.
"Suka?" albern tersenyum,
Deanna mengangguk senang siapa yang tak suka jika diberi kejutan seperti ini oleh kekasihnya.
Deanna berbalik agar berhadapan dengan albern.
"Ini buat aku?" deanna memastikan takut nya dia di prank atau apa kan. Apalagi mereka baru bertemu tiga kali tapi albern sudah memberi nya kejutan mewah seperti ini.
"Iya, untuk Anna Ku" Albern mengecup bibir deanna lagi, deanna pun melepaskan tangan albern yang memeluk pinggang nya, deanna mengalungkan kedua tangan nya keleher albern lalu memeluk nya.
"Makasih al," ucap deanna tulus sekaligus senang.
Mereka berpelukan cukup lama sebelum memutuskan untuk benar benar pulang.
***
Deanna sudah sampai rumah sekarang, dia sedang berada dikamar miliknya menatap dua buket bunga dan uang dolar dari albern.
"Ya ampun bisa gila kalo albern seromantis ini" ucap deanna menutup wajah nya dengan kedua tangan nya, deanna merasa senang sekaligus berbunga bunga karena mendapat hadiah dari albern.
"Deanna kau didalam?" tanya bunda deanna diluar kamar, chelsea mengetuk pintu memastikan deanna sedang berada dikamar atau tidak.
"Masuk bun" jawab deanna dari dalam kamar.
Chelsea pun masuk kedalam kamar dan melihat deanna yang masih memakai seragam sekolah nya dengan wajah memerah dan senyum deanna yang terukir cantik diwajah deanna.
"Oh ya ampun dari siapa ini?" chelsea berseru penasaran pada deanna saat melihat buket bunga, buket uang dolar dan beberapa kotak coklat dan caramel berjajar diatas ranjang.
"Dari albern" deanna seolah melupakan kekesalan nya pada bunda nya pagi tadi karena sangat merasa senang dapat hadiah dari albern.
"Cieee soswet banget sih" goda chelsea.
"Iya dong" deanna kembali berseri seri melihat hadiah dari albern.
"Gimana udah jatuh cinta sama albern?" tanya chelsea penasaran, chelsea tak menyangka jika albern akan bergerak cepat seperti ini. Albern ternyata tipe laki laki yang gerak cepat tak ingin membuang waktu sedikitpun.
Pantas saja albern bisa memimpin perusahaan dalam usia muda ternyata albern bisa menggunakan waktu dengan tepat dan cepat.
Deanna menganggukan kepala nya, "kayak nya sih udah".
Jawaban deanna di balas senyuman oleh chelsea, "Tentang tadi Pagi, kamu udah gak marah?" chelsea bertanya hati hati takut deanna merasa sedih lagi.
Deanna pun menoleh pada chelsea bunda nya, "Masih sih, tapi ketutup sama kebahagian yang albern kasih" jawab deanna.
Deanna memang masih kesal, tapi rasa bahagia nya lebih besar lagi, karena albern sudah memberi kan nya kebahagian.
"Maaf yah, gara gara bunda kamu gak punya kebebasan buat bawa mobil sendiri", chelsea memegang tangan deanna dan tersenyum teduh pada putri nya.
"Gak papa bun, itu bukan salah bunda, mungkin nanti papah izinin" denna membalas genggaman tangan bunda nya.
Bunda nya berkaca kaca, kenangan buruk itu terlintas dalam fikiran nya lagi dan lagi, kenangan itu tak mudah untuk dia lupakan.
Chelsea selalu merasa bersalah atas semua nya, tapi berwyn selalu menenangkan nya bahwa semua ini bukan salah nya.
Begitu pun putri nya deanna, dia yang harus kena imbas kesalahan nya, dia mengerti deanna pasti sangat ingin bersenang senang dengan membawa mobil nya sendiri.
Bagi orang lain itu mungkin hal yang mudah, tapi bagi berwyn dan chelsea itu sangat sulit, membiarkan putri nya membawa mobil sendiri.
****
Darleena dan dixie menunggu deanna di kelas, kedua sahabat nya itu menunggu deanna dengan tak tenang.
"Lama amat tuh anak?" dixie mulai tak sabaran dengan kedatangan deanna.
"Iya mulai kesel deh gue" Darleena menggigit jari kuku nya tak sabaran juga.
"Hay guys" deanna melambaikan tangan nya kepada dua sahabat nya.
"Lama amat lo, ikut kita" darleena dan dixie menarik tangan deanna menuju balkon sekolah.
"Ada apa sih kalian" ucap deanna penasaran pada dixie dan darleena yang tiba tiba menarik deanna kebalkon sekolah.
"Jelasin ke gue ini apa?" darleena mulai memperlihatkan foto foto deanna dan albern kemarin saat deanna dijemput oleh albern di depan gerbang sekolah.
To be continue..
Jangan lupa like comen dan vote...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments
jane
🥰
2024-02-16
0