Wanita cantik dengan pakaian elegant yang dipakai nya berjalan dengan anggun menarik perhatian semua orang, dia baru saja turun dari pesawat, kacamata hitam nampak bertengger dihidung mancung nya.
Wanita itu tak memperdulikan tatapan kagum dari semua orang dia hanya berjalan cepat untuk sampai ketujuan nya.
"Pak langsung kekantor nya saja," titah wanita itu pada supir yang sudah menjemputnya.
Supir itu mengangguk mengerti dan menjalankan mobil nya menuju tujuan.
***
Hari senin adalah hari sibuk bagi banyak orang begitu pun dengan albern, dia sibuk sejak tadi pagi bahkan dia tak sempat sarapan dan menelpon deanna.
Albern tersenyum saat melihat deringan ponsel nya, deanna menelpon, gadis kecil nya ini sangat pengertian tanpa diminta.
"Kau sibuk sayang?, " deanna langsung bertanya saat panggilan sudah tersambung dengan albern.
"Sayang," ulang albern mendengar deanna memanggil nya sayang membuat albern senang.
"Kenapa gak suka aku panggil sayang," rajuk deanna di sebrang sana.
Albern terkekeh, "Aku senang dan sepertinya aku ingin menghampirimu dan mencium bibir mu".
"Dasar mesum," teriak deanna.
Albern sudah menduga nya, deanna akan langsung berteriak saat dia berucap seperti itu.
"Aku sibuk anna, mungkin tak bisa menghubungi mu lebih dulu" jelas albern agar deanna tak berteriak lagi.
"Baiklah, aku juga akan berangkat sekolah, dah tuan burchard", ucap deanna langsung mematikan sambungan telpon nya tapi sebelum benar benar mematikan sambungan telpon nya deanna berucap, "Jangan lupa makan,".
Albern menggelengkan kepala nya mendengar panggilan deanna yang berubah ubah, dan senang karena deanna perhatian pada nya.
"Tuan, kita harus berangkat sekarang klien kita sudah menunggu," erick menghampiri albern yang sedang sibuk mendatangani berkas penting.
Albern segera menyelesaikan tanda tangan nya, dan bergegas untuk melanjutkan pekerjaan nya.
***
Hari sudah malam, Albern baru selesai dengan pekerjaan nya yang sangat menguras waktu nya hari ini, dia turun dari mobil nya dengan lelah, tapi langkah nya terhenti saat seseorang memanggilnya,
"Albern"
Albern menoleh dan sedikit terkejut saat melihat Rania mantan pertama nya ada dihadapan nya, wanita itu menghampiri albern lalu tiba tiba tiba saja memeluk nya.
"Albern aku kangen sama kamu," Rania memeluk albern dengan erat sangat merindukan albern.
Rania pergi kekantor albern tadi sore tapi resepsionis bilang bahwa albern tak berada di kantor, jadi rania menghampiri albern diapartemen lamanya, dan untung saja albern belum pindah.
Dengan cepat Albern melepaskan pelukan rania dan mundur untuk memberi jarak agar tak berdekatan.
Rania tercengang melihat sikap albern yang memberi jarak dengan nya, ini bukan yang pertama kali albern menjauhi nya seperti ini, sejak mereka berpisah tiga tahun yang lalu albern tak pernah mau berdekatan lagi dengan nya.
"Kau masih kecewa padaku al?,"tanya rania kecewa.
Albern diam tak memberikan eksperi apapun dia hanya diam dan memasukan kedua tangan nya kedalam saku celana nya.
"Al bicaralah!" rania memelas dan menatap albern agar laki laki didepan nya ini luluh pada nya dan mau berbicara lagi padanya.
Tapi, sepertinya nihil laki laki yang masih rania cintai tak bergeming malah memperlihatkan wajah datar nya.
Rania menggeleng tak percaya jika albern bersikap dingin kepadanya seperti ini tidak seperti dulu saat mereka masih berpacaran albern begitu manis padanya bahkan albern tak pernah membiarkan rania memelas seperti ini, tapi sekarang albern berubah.
"Al kumohon jangan bersikap seperti ini," rania berjalan mendekati albern dan memegang lengan albern tapi lagi lagi albern menghindar.
"Aku bisa jelasin yang terjadi saat itu al, kamu mau kan dengerin Aku?" rania lagi lagi memelas dia mulai berlinang air mata dia tak sanggup jika albern bersikap begini.
"Pergilah, tak ada yang harus dijelaskan lagi," albern berbicara dingin mengusir rania terang terang ngan.
Kemudian Albern berbalik pergi meninggalkan rania tapi langkah nya terhenti saat rania memeluk nya dari belakang.
"Kumohon al jangan begini," rania menangis dipunggung albern. Memelas agar albern tak bersikap dingin padanya
"BURCHARD!" teriak seorang wanita, albern berbalik dan melihat deanna melototkan matanya dengan nafas yang memburu tanda deanna begitu sangat kesal.
Deanna berjalan menghampiri albern lalu menarik tangan albern agar menjauh dari rania, "Sedang apa kau ini,?" Tanya deanna menatap albern kesal terlihat dari nada nya yang kentara sekali.
"Siapa ini al?" tanya rania bertanya penasaran, apa mungkin sepupu jauh albern tapi seingat nya albern tak punya sepupu jauh apalagi perempuan. Tapi tak mungkin sepupu berbicara dengan nada cemburu seperti ini.
"Dia kekasihku," ucap albern merengkuh pinggang deanna yang masih merasa kesal.
"Ap_Apa? tidak mungkin kan al, bagimana bisa dia terlihat lebih muda darimu, apa dia teman tidurmu?" rania menutup mulutnya tak percaya dengan ucapan albern.
Rania merasa tak terima jika albern sudah memiliki kekasih lagi.
Wanita didepan nya memang sangatlah cantik disertai body nya yang bagus, tapi jika dilihat dari wajah nya dia masih muda seperti masih sekolah.
"Kenapa tidak mungkin?" deanna bertanya dengan kesal kearah wanita yang ada didepan nya yang tadi memeluk albern.
"Ayo masuk Anna!" albern tak ingin meladeni rania jadi albern langsung mengajak deanna untuk menuju lift meninggalkan rania diparkiran apartemen sendiri.
Saat pintu lift tertutup rania baru tersadar bahwa albern meninggalkan nya sendiri, dan apa tadi dia bilang dia mempunyai kekasih, semudah itu albern melupakan nya.
Rania meremas dada nya agar sakit dihati nya tak begitu terasa tapi tetap saja rasanya sungguh sakit.
**
Didalam lift deanna melepaskan rangkulan tangan albern dipinggang nya dan berdiri menjauh dari nya, deanna marah dan juga kesal.
"Sini anna jangan jauh jauh," albern menghampiri deanna dan kembali menarik tangan deanna untuk mendekat dengan nya, tapi deanna menepis tangan albern dengan kesal.
"Sini sayang!" albern kembali membujuk deanna, tapi lagi lagi deanna menepisnya.
Saat sudah sampai di lantai tempat albern tinggal, deanna menyerahkan tas yang berisi makanan kepada albern, "Mau pulang aja, nih", deanna kembali menekan tombol lift untuk menuju kebawah tapi terhenti saat albern menggendong deanna dan membawa deanna keluar dari lift.
"LEPASKAN BURCHARD!" teriak deanna kesal.
Saat sudah masuk kedalam apartemen, albern baru menurunkan deanna dari gendongan nya yang seperti karung beras.
"Minggir aku mau pulang," deanna menyuruh albern Minggir karena menghalangi nya untuk membuka pintu.
"Kau marah,?" Tanya albern.
Deanna mendelik kesal, "KAU PIKIR AKU TAK MARAH? KENAPA KAU MAU DIPELUK PELUK SEPERTI ITU, DASAR KAU MAU NGAPAIN SAMA DIA MAIN PELUK PELUKKAN," deanna berucap sambil berteriak marah melipat tangan nya di depan dada nya dan memalingkan wajah nya tak mau melihat albern.
Albern tersenyum tipis, deanna sangat lucu jika Sedang merajuk seperti ini, apalagi bibir deanna terlihat sangat lucu saat merajuk seperti ini.
Albern mengambil tangan deanna yang dilipat didepan dada nya, untuk memegang nya, "Aku menolak nya tadi tapi saat dia memelukku dari belakang kau sampai saat aku akan menolaknya," jelas albern.
"JADI KALAU AKU TAK DATANG KAU AKAN MEMBIARKAN DIA MEMELUK MU HAH," kesal deanna lagi.
"Tidak sayang bukan seperti itu, dengarkan dulu penjelasanku," albern masih berucap lembut karena tau deanna masih kesal.
"Aku kesal gak mau dengerin kamu," deanna berbalik meninggalkan albern, deanna duduk disofa dengan perasaan yang masih kesal.
"Baiklah kalau kau masih kesal, aku akan mandi dulu nanti kita bicara lagi yah," albern mengalah dia sepertinya harus mandi dahulu agar badan nya segar dan tak lengket.
"Jangan kabur oke," albern mengecup pipi deanna yang masih kesal.
Saat albern sudah masuk kekamar nya deanna mendengus kesal, deanna memang tak suka jika berbicara sedang marah karena itu akan memicu perkataan yang tak baik keluar dari mulutnya oleh karena itu deanna lebih baik menenangkan pikiran nya dulu.
Deanna melihat tas makanan yang dia bawa tadi untuk albern, ditaro dimeja dekat dapur, deanna pun berdiri dan bergegas untuk mengeluarkan makanan itu untuk dia siapkan.
Albern mungkin akan lapar setelah mandi nanti.
Deanna mengikat rambutnya dan mulai menyiapakan makanan untuk albern.
Ah, deanna lupa jika albern masih punya stok makanan dari mommy nya sepertinya dia harus menghangatkan nya mulai besok.
Tak lama dari itu albern keluar dari kamar nya dan melihat deanna sedang sibuk menata makanan yang dia bawa tadi dimeja makan.
Albern sengaja tak mandi lama karena takut deanna akan kabur tapi ternyata gadis kecilnya itu sibuk menyiapkan makan untuk nya.
"Makanlah, kau pasti lapar!" titah deanna saat melihat albern sudah selesai dengan mandi nya.
Albern pun tak menolak dia memang tak sempat makan malam tadi, "Kau ikut makan juga anna," albern pun menyuruh deanna untuk ikut gabung makan dengan nya.
Deanna ikut duduk untuk menemani albern makan karena perutnya juga mulai lapar karena rasa kesal nya tadi.
Mereka berdua makan dengan diam hanya denting sendok dan garpu yang terdengar.
Setelah selesai makan, deanna dan albern duduk disofa tapi deanna masih menghindari albern.
"Kau tak mau berdekatan Anna,?" tanya albern yang melihat deanna masih menghindari nya.
"Jelaskan saja yang tadi," ucap deanna.
Albern menghembuskan napas nya dia harus sabar menghadapi kekasih nya ini," Dia rania mantanku tiga tahun yang lalu, entah bagaimana dia bisa datang kesini dan mengetahui tempat tinggal ku, dia tiba tiba datang memelas padaku tapi aku tak perdulikan, dan saat aku akan meninggalkan dia, dia memelukku dari belakang dan kau pun datang," jelas albern.
"Terus kenapa tadi kamu bilang ini kekasihku bukan calon istri takut kamu dia cemburu," kesal deanna lagi mengingat albern tadi mengenalkan nya sebagai kekasih.
"Kau dua dua nya untukku anna, aku tak takut dia cemburu dan aku tak peduli," albern kini duduk mendekati deanna yang berada diujung sofa.
"Kau cemburu?" albern memegang dagu deanna agar berhadapan dengan nya.
"Itu kau tau,"
Albern tersenyum dan mengangkat deanna untuk duduk dipangkuan nya," kau masih marah sekarang?, tanya albern mendekatkan bibir nya dengan bibir deanna.
"Masih marah, aku kesal kamu dipeluk monyet tadi," kesal deanna yang belum usai.
"Monyet?" albern tersenyum mendengar rutukan deanna pada rania.
"Iya, gak suka kamu"
"Terserah kau anna mau manggil dia apa, tapi yang paling penting beri aku ciuman," albern mencium bibir deanna dan melumatnya lagi, yang awal nya lembut tapi lama lama albern memagut bibir itu dengan kasar.
Mereka berdua bahkan berpagutan dengan mesra.
"Mau menginap saja?" albern bertanya saat dia melepaskan pagutan bibir nya dengan bibir deanna, nafas memburu kedua nya masih terdengar jelas.
To Be continue..
Jangan lupa like comen dan follow author...
See you gais.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 59 Episodes
Comments