Numpang mandi

Nadia meletakkan barang belanjaannya di dapur. Ada telur, daging ayam, daging sapi, sayur col, wortel, kentang, buncis, dan berbagai bumbu dapur. Untungnya di dapur telah tersedia berbagai alat masak.

Setelah selesai, Nadia membawa kantong baju dan kantong sabun untuk di bawah ke kamarnya. Dia ingin membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum makan.

Nadia merendam tubuhnya di dalam bath up. Dengan memberikan sedikit aroma terapi di dalam airnya.

Nadia memejamkan matanya sejenak. Namun tangannya memijit tubuhnya yang agak lelah.

Cukup lama Nadia dalam posisi seperti itu. Setelah puas barulah ia membilas tubuhnya menggunakan shower.

Nadia menggunakan piyama yang tadi ia beli. Entah kenapa dia tertarik dengan piyama bergambar doraemon.

Setelah itu dia keluar dari kamar. Ada bungkusan makan yang tadi ia beli di bawah.

Nadia mengambil piring dari dapur dan membawanya ke ruang tengah. Disana ada televisi berukuran besar yang nempel didinding.

Dia merasa sepi harus makan seorang diri. Padahal selama ini ia makan selalu ditemani bi Salma. Meskipun kadang bi Salma hanya menemaninya saja.

Di kediaman wahyu juga sedang makan malam bersama kedua anaknya. Suasana sangat hening dan terasa mencekam. Baik Narendra maupun Naresha tidak berani untuk mengeluarkan suara.

Sejak kepergian Nadia ketiga orang itu berada di dalam kamar masing-masing. Saat makan malam tiba barulah bi Salma memanggil mereka.

Setelah makam ketiganya kembali ke kamar masing-masing tanpa ada satupun yang mengeluarkan suara. Ketiganya bagaikan orang asing yang baru pertama kali bertemu.

Keesokan harinya Nadia meminta bi Salma untuk membawakan seragam dan juga buku pelajaran miliknya ke gang yang tidak jauh dari rumah. Biasanya jam segitu bi Salma pergi berbelanja ke pasar tradisional.

"Terimakasih ya bi," ucap Nadia dengan tulus.

"Semalam Non Nadia tidur dimana?"

"Syukurlah ada teman yang memberikan saya tumpangan. Bi Salma tidak perlu khawatir."

"Kenapa Non tidak kembali saja ke rumah?"

"Tidak bi. Saya lebih suka diluar. Apalagi dimanapun saya tinggal tidak ada bedanya."

"Tapi kan Bibi tidak bisa lagi mengawasi Non Nadia,"ucap bi Salma dengan cemberut.

"Apa bibi mau tinggal sama saya," goda Nadia dengan tersenyum.

"Ya tidak bisa dong Non."

"Kenapa?"

"Kasihan bapak kalau saya tinggal sana Non Nadia. Nanti nggak ada teman buat tidur."

"Bibi So sweet banget sih. Pasti kalau pak Mamat dengar langsung klepek-klepek."

Bi Salma dan pak mamat memang sepasang suami istri. Sudah lama mereka menjadi pembantu di rumah Ayah Nadia. Sejak kakek Nadia masih mudah.

Keduanya saat ini sudah berumur setengah abad. Dulu bi Salma bekerja saat masih gadis. Pak mamat juga sama.

Saat ini pak mamat dan bi Salma memiliki dua orang putra. Keduanya sudah tinggal bersama keluarga masing-masing.

"Kalau begitu saya pergi dulu ya bi. Sebentar lagi sudah harus sekolah.,

"Nona jalan kesini tadi pakai apa?"

"Jalan kaki. Memangnya kenapa?"

"Apa rumah teman Non Nadia dekat dari sini?"

"Ya begitulah."

Nadia keluar dari apartemen tadi pukul empat pagi. Dia menggunakan aplikasi google map untuk mencari jalur tercepat untuk sampai kesini.

Bukan menggunakan motor maupun mobil. Nadia pergi kesini dengan berlari.

Nadia memakai salah satu pakaian yang semalam ia beli. Dengan rambut yang diikat.

Nadia dan bi Salma pun berpisah. Kebetulan angkot yang biasa ia naiki sudah tiba. Sedangkan Nadia kembali berlari.

Sekarang tujuan Nadia bukan lagi apartemen Shaka. Namun dia pergi ke rumahnya langsung.

Tidak sopan memang. Namun dia tidak punya pilihan lain. Apalagi rumah terdekat yang ia kenal menang rumah Shaka.

Saat ini masih pukul lima pagi. Mungkin hanya pembantu Shaka yang sudah bangun dari tidur.

Kedatangan Nadia membuat penjaga gerbang bertanya-tanya. Dia menatap Nadia dari atas kebawa. Tak lupa dengan tangan yang tak berhenti mengusap matanya.

"Matanya jangan diusap seperti itu pak. Nanti malah menimbulkan luka."

"Mbak iki sopo toh? Terus arep ate nandi?"

Nadia terbengong mendengar pertanyaan yang diajukan olehnya. Bahasa Indonesia saja masih banyak Kekurangan sekarang bahasa apa lagi coba? "

"Kok meneng wae toh mbak?"

"Bapak bisa bahasa indonesia yang baik dan benar tidak, Pak?"

"Bisa mbak."

"Kalau begitu ngomongnya bahasa Indonesia saja pak. Jujur saya tidak mengerti apa yang bapak katakan."

"Oalah...maaf ya mbk. Saya tidak tahu."

"Tidak masalah pak."

"Sebenarnya mbak mau kemana? Kok pagi - pagi gini sudah ada disini?"

"Kalau saya mau bertamu di rumah ini boleh tidak pak."

"Kalau bertemu mbok yo lihat waktu to. Jam segini mah nyonya sama tuan taseh kelon," jawab penjaga itu dengan bahasa yang amburadul. Hal itu membuat Nadia tercengang.

"Maaf ya mbak. Saya lupa."

"....."

"Kenapa pagi-pagi sudah bertamu disini. Yang punya rumah saja masih tidur."

"Betul juga."

Nadia menepuk keningnya. Kenapa dia baru sadar jika bertamu sepagi ini tidak sopan.

Nadia pun berniat untuk berpamitan kepada penjaga tersebut. Namun suara maskulin yang terdengar dari belakang tubuhnya membuatnya kaget.

"Apa yang kamu lakukan disini?" tanya Shaka yang baru saja selesai joging.

"Mau numpang mandi mas," jawab Nadia jujur.

"Memangnya ditempatmu airnya mati?"

"Tidak juga sih. Kebetulan tadi aku baru ambil seragam sama buku di rumah. Mau kembali ke apartemen jauh. Jadi ya kesini deh."

"Kenapa tidak mandi di rumah kamu saja?"

"Malas."

Arshaka geleng-geleng kepala mendengar ucapan Nadia. Hal itu dianggap penolakan. Jadi dia pun permisi dan meninggalkan tempat itu.

"Mau kemana kamu?" tanya Shaka kaget.

"Mau ke toilet umum. Mas mau ikut?"

"Enak saja. Masuk sana!"

"Lah...tadi katanya tidak boleh."

"Kapan aku ngomong?"

"Tadi kan geleng-geleng kepala."

"Sudahlah masuk sana!"

"Oke!" ucap Nadia semangat.

Kebetulan gerbang sudah di buka. Jadi keduanya masuk kedalam beriringan. Penjaga itu tercengang melihat Shaka yang tidak biasanya.

Semua karyawan Shaka mengetahui jika Shaka tidak suka berdekatan dengan wanita. Tidak sedikit yang sudah menjadi korban atas kecerobohan mereka sendiri. Siapa suruh jadi J*****.

Shaka membawa Nadia kekamar yang pernah ditempatinya, Setelah itu barulah ia berjalan kekamarnya.

Keberadaan Nadia di ruang makan, membuat Abimanyu dan yang lain tercengang. Kecuali Nadia Arshaka.

"Kok lo ada disini Nad. Mau jemput gue ya?" ucap Dava percaya diri.

"Enggak."

"Terus ngapain dong?"

"Numpang mandi," jawab Nadia santai.

"Ha?"

Lagi-lagi ucapan Nadia membuat orang-orang tercengang.

"Ngapain numpang mandi disini?"

"Di rumah tidak ada air."

"Kasihan..."

"Nggak boleh gitu dek. Yang sopan ngomong sama orang yabg lebih tua," tegur Shaka.

"Oke!".

"Mari kita makan!" ajak Abimanyu pada mereka.

Mereka pun sarapan dengan hening. Setelah itu pergi ke tujuan berbeda.

Nadia berangkat bersama Arimbi menggunakan mobil. Sebenarnya Dava mengajaknya naik motor. Namun pakai rok jadi dia menolaknya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

di abaikan di rumah dan keluarga sendiri.. tp syukurnya masih di terima dan di perlakukan baik oleh org lain... hah.. kok jd pengen getok itu kepala si wahyu pake panci ya.. 🙄🙄🙄

2024-03-08

3

nurliana

nurliana

😅😅 suka sama nadia yv datar dan cuek

2024-01-14

3

miyura

miyura

lanjut

2024-01-05

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!