Kembali ke rumah.

Nadia dan teman-temannya menginap di hotel selama semalam. Setelah itu mereka kembali mengunjungi beberapa tempat wisata lainnya .

Ada beberapa tempat lain yang menjadi kunjungan mereka hari ini. Antara lain candi prambanan, pantai parang tritis, kota batik dan gedung lawang sewu yang terkenal angker.

Nadia sangat senang dengan study tour ini. Tidak lupa Nadia membeli oleh-oleh khas dari sana. Seperti batik, dodol dan bakpia.

Nadia dan rombongan pulang sehabis maghrib. Namun sebelum itu mereka berhenti untuk makan malam terlebih dahulu.

Sepulangnya dari study tour Nadia disambut oleh ayah dan juga kedua kakaknya. Entah ada acara penting apa sehingga ketiganya berada dirumah secara bersamaan.

Ini merupakan pertemuan pertama ayu dengan kakak perempuannya. Tidak dipungkiri jika kakaknya sangat cantik. Pantas dia menjadi model internasional.

Saat ini Nadia duduk di sofa single yang ada di ruang tamu. Dia diminta sang ayah untuk tidak kekamar terlebih dulu.

Nadia merasakan Aura yang suram dari wajah mereka. Tidak ingin menduga-duga, Nadia memilih diam.

"Dari mana saja kamu?"tanya Wahyu memecah keheningan.

"Study tour," jawab Nadia jujur.

"Kenapa tidak izin?"

"Izin siapa?"

"Menurutmu?"

"Saya sudah izin bi Salma dan yang lain," jawab Nadia formal

"Memangnya dia orang tuamu?".

"Mungkin," jawab Nadia santai.

"Apa katamu?!" teriak Wahyu dengan geram.

"Dari yang saya ingat...bi Salma memperlakukan saya seperti putrinya sendiri. Jadi apa salahnya jika menganggap bi Salma sebagai orang tua sendiri," ucap Nadia tanpa rasa takut. Bahkan sejak bicara tadi Wajahnya terkesan datar.

Deg!

Bukan hanya wahyu saja yang terkejut dengan ucapan santai Nadia. Namun si kembar pun tak kalah kaget mendengarnya.

"Kalau begitu kenapa kamu masih tinggal di rumah ini? Kenapa kamu tidak tinggal di rumahnya?"

Nyes...entah kenapa ada yang sakit di Ulu hatinya. Namun wajahnya tetap datar. Dia tidak menyangka jika Wahyu mengucapkan hal itu.

"Ayah...."

Bukan hanya Nadia saja yang shock mendengar ucapan ayahnya. Kedua kakak kembarnya pun sama.

Namun keduanya tidak berani mengeluarkan suara. Masalah yang mereka buat juga sudah membuat ayah mereka marah.

Wahyu mengucapkan hal tersebut dengan tidak sadar. Dia merasa tidak terima saat Nadia berkata bahwa bi Salma orang tuanya. Padahal semua itu tidak akan terucap jika Wahyu bisa bersikap layaknya orang tua yang baik.

"Apa ayah memintaku untuk keluar dari rumah ini?" tanya Nadia datar.

"Seperti yang kamu bilang tadi."

"Oke lah kalau begitu."

Tanpa banyak kata Nadia bangun dari duduknya. Kemudian gadis itu berjalan ke kamar yang selama ini ia tempati. Tak lupa dengan barang-barang yang ia beli sebagai oleh - oleh.

Ketiga orang beda usia yang masih duduk di sofa ruang tamu, menatap Nadia dengan ekspresi berbeda-beda.

Tak lama kemudian Nadia kembali lagi dengan baju santai dengan ransel di punggungnya. Koper yang tadi ia bawa ia letakkan di dalam kamar. Tidak lupa meminta bi Salma untuk membagikan oleh-oleh yang ia beli pada yang lain.

Nadia hanya membawa lap top dan barang berharga miliknya.

"Mau kemana kamu?" tanya Wahyu dengan suara menggelegar.

"Bukankah anda meminta saya keluar dari rumah ini," jawab Nadia tanpa rasa takut.

"Pikirkan sekali lagi dek. Jika kamu keluar dari sini, dimana kamu akan tinggal?" ucap Naresha dengan lembut.

Nadia menatap kakak perempuannya dengan dahi mengkerut. Dari ingatan Nadia yang asli, Naresha tidak menyukainya. Namun sudah lama keduanya tidak berkomunikasi.

Naresha menatap Nadia sendu. Ingin sekali dia berlari kearah sang adik dan memeluknya. Namun kakinya berat untuk melangkah

"Kakak tidak perlu khawatir. Dunia ini luas. Pasti ada bagian kecil yang bisa saya tempati."

"Tapi _"

Naresha masih ingin membujuk Nadia. Namun ayahnya memotong ucapannya.

"Sekali kamu keluar dari rumah ini, jangan pernah bermimpi untuk masuk ke rumah," ucap wahyu memberi peringatan.

Ada rasa tidak rela jika Nadia sampai keluar dari rumah ini. Itulah yang membuat Wahyu berbicara seperti itu.

"Oke.... Terimakasih sudah membiarkan saya tinggal di rumah ini sejak kecil." ucap Nadia sebelum melangkahkan kakinya kearah keluar.

Wajah Wahyu memerah menahan amarah. Dia ingin sekali menghalangi Nadia keluar dari ruang ini. Namun egonya terlalu tinggi urnuk melakukannya.

Kakak kembar Nadia cukup shock dengan apa yang dilakukan oleh adik bungsu mereka.

Kalau mereka keluar dari rumah masih mempunyai tempat untuk tinggal. Namun jika Nadia yang keluar dari rumah, kemana gadis itu akan pergi?

Nadia melangkah tanpa menoleh ke belakang. Padahal ketiga orang yang masih duduk di di sofa ruang tamu tersebut, berharap jika Nadia memutuskan niatnya.

"Ayah...."

"Kenapa ayah membiarkan dia pergi?"

"Tidak usah memikirkan gadis itu. Dari pada memikirkannya lebih baik kalian selesaikan masalah yang sudah kamu buat.

Narendra dan Naresha menunduk. Mereka tidak lagi menatap wajah marah ayahnya.

Wahyu kemudian berdiri dan berjalan kekamarnya yang ada dilantai tiga. Sesekali dia mengusap kepalanya yang merasa pusing memikirkan masalah yang ditimbulkan anak - anaknya.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

bodoh.. ada seorang ayah yg begitu bodoh... gengsi buat menunjukan kasi sayang dan perhatian ke ank sendiri.. eh pak.. situ waras...!!!

2024-03-08

3

Kartika Lina

Kartika Lina

dasar orang tua durhaka 😡😡😡

2024-02-20

3

Mus Zuliaka

Mus Zuliaka

emngnya bkin msalah apa dua kakaknya nadia

2024-01-30

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!