DAVA

Plak!

Plak!

Bruk!

Seorang siswa melindungi wajahnya dari pukulan siswa di depannya. Di sekelilingnya ada beberapa siswa yang menyorakinya.

Siswa yang berdiri menarik rambut anak itu agar mendongak keatas. Sorot matanya tajam. Dia merupakan salah satu preman sekolah yang ditakuti.

Namanya Dava. Dia langganan guru BK. Sering tawuran, merokok dan bolos kelas.

Meski sudah langganan guru BK, bukan berarti sekolah bisa mengeluarkannya. Orang tuanya merupakan pemilik sekaligus pemegang saham terbesar di sekolah.

Saat ini ia dan beberapa anak buah yang juga siswa di SMA PELITA berada di gang sempit yang tidak jauh dari sekolah.

Mereka sengaja menghadang siswa yang saat ini jadi targetnya.

"Udah gua bilang jangan macam-macam."

Cuih...

Bukannya takut siswa itu malah meludah di wajahnya. Tentu saja hal itu membuat Dava geram.

"Lo cari mati!"

"Gua nggak takut sama orang pengecut macam lo," ujar siswa itu tanpa takut-takutnya. Padahal tubuhnya sudah babak belur. Masih juga memancing amarah Dava.

"Siapa yang lo bilang pengecut?"

"Memangnya siapa yang main keroyokan?" sindir siswa itu dengan pedas.

Dava mengalihkan pandangan pada teman-temannya. Ekspresi teman-temannya juga nampak jelek. Mereka juga tidak suka dengan ucapan siswa tersebut.

"Jadi apa mau lo?"

"Main sportif!"

"Ha ha ha ha ha."

Nadia terpaksa pulang sambil berjalan. Motor yang ia pakai mogok ditengah jalan. Dia meninggalkan motor itu di bengkel terdekat.

Sial nasibnya hingga bertemu dengan Dava dan teman-temannya. Bukannya takut, dia malah muak dengan tingkah Dava dan teman-temannya.

"Bisa minggir tidak!" ucap Nadia menghentikan tawa Dava.

Mereka memang berada di tengah jalan. Suasana cukup sepi. Jarang ada orang lewat jalan ini.

Dava menatap Nadia sambil memicingkan matanya. Dia tahu jika Nadia satu sekolah dengannya. Dilihat dari seragam yang Nadia pakai.

"Siapa lo?"

"Aku cuma mau bilang minggir. Ini jalan umum buka jalanmu."

"Kalau gua tidak mau, lo mau apa?" tanya Dava dengan sinis.

Nadia tidak lagi menjawab, namun ia menatapnya dengan tajam. Dava merasa ada yang aneh. Tetapi dia tersenyum remeh kearah Nadia.

"Kalian kenal sama nih cewek?" tanya Dava pada salah satu temannya.

"Kalau tidak salah dia cewek cupu yang selalu kena bully Mella bos."

"What!" pekik Dava tidak percaya.

Dava menatap Nadia tidak percaya. Dia sangat tahu betul dengan Nadia. Meski tidak satu kelas tapi tiga tahun di sekolah yang sama membuatnya hampir mengenal semua teman seangkatannya.

Apalagi penampilan nadia yang terbilang cupu dan ketinggalan jaman. Namun gadis di depannya tidak sama dengan ia lihat sebelumnya.

"Kamu beneran cupu?" tanya Dava pada Nadia dengan tatapan tak percaya.

"..?"

Nadia merasa akan ada bahaya. Dia menatap siswa yang Dava bully. Ada yang aneh dengan anak tersebut. Nadia bisa melihat senyum miring siswa tersebut meski hanya sekilas.

Ternyata apa yang dikhawatirkan Nadia menjadi kenyataan. Muncul beberapa orang yang berpakaian preman. Semua datang tidak dengan tangan kosong.

Ada yang membawa celurit, golok, pisau, dan juga pedang. Bersamaan dengan itu siswa yang tadi nampak kesakitan kini berdiri dengan tawa yang mengerikan.

Dava dan teman-temannya kaget. Sekarang ia yakin jika siswa tadi sudah menjebaknya.

Sebenarnya bukan tanpa alasan Dava memukuli siswa tersebut. Dia bernama Anto. Siswa pindahan yang saat ini sudah duduk di kelas sebelas.

Keduanya menjadi rival sejak lama. Dava mempunyai geng motor yang bernama Seven. Kocak emang. Mungkin karena jumlah personilnya cuma tujuh orang.

Sedangkan Anton berasal dari geng Cobra. Kedua geng motor itu sering terlibat tawuran dan balapan liar.

Anton memang sengaja menjebak Dava ke gang sepi ini. Dia tidak terima kalah dalam pertandingan semalam. Untuk itulah ia memprovokasi Dava.

"Sekarang lo harus merasakan apa yang sudah lo lakukan pada gua brengsek!" ucap Anton dengan arogan. Dia sudah berdiri diantara preman-preman itu.

Tidak hanya itu saja, geng Cobra juga datang dengan gaya khas mereka. Baju hitam dengan gambar ular Cobra.

Nadia hampir saja tertawa melihatnya. Dia jati ingat awal-awal membentuk Black Rose. Dia dan teman-temannya juga tidak jauh beda dengan mereka. Namun saat itu usianya Masih tiga belas tahun.

Tawa itu tertahan saat Dava dan teman-temannya mengalami pengeroyokan. Nadia memilih menyingkir.

Namun dua orang preman mendekatinya sambil tersenyum mesum.

"Halo cantik. Mau ikut kita tidak?"

"...?"

"Sepertinya dia malu-malu meong bos."

"Tidak usah takut cantik. Kami cuma berurusan sama mereka kok. Asal kamu menurut, kami tidak akan melukai u."

Bukan hanya Nadia yang muak dengan ocehannya. Namun tatapan mesum ketiga preman itu membuat Nadia gatal ingin mencolok matanya.

Namun bukan hanya Nadia yang merasa seperti itu. Dava yang mendengar hal tersebut langsung emosi.

Dava memang bukan orang baik. Bisa dibilang semua kebobrokan ada pada dirinya. Namun ia tidak pernah berbuat tak senonoh pada wanita. Dia masih memikirkan adik dan juga mamanya yang seorang wanita.

Bukan hanya itu. Jika Dava sampai terdengar berbuat tidak terpuji pada seorang wanita, kakak lelaki satu-satunya akan membuangnya ke Antartika. 🥶🥶🥶🥶

Selama ini keluarganya masih mentolelir . Bahkan tidak satu dua kali ia kehilangan mobilnya karena kalah dalam balap liar.

"Lawan lo gua brengsek!" teriak Dava tanpa menghiraukan sang lawan. Hingga akhirnya ia harus terjungkal karena tendangan lawan.

Nadia tidak bisa tinggal diam lagi. Dia menendang preman yang masih berdiri dihadapannya. Bukan hanya menendang, dia juga memberikan padanya.

Preman tersebut kaget dengan kelihaiannya dalam bertarung. Pengalamannya dalam bertarung bukan hanya satu dua bulan saja,tapi bertahun-tahun. Meski tubuh Nadia lemah, dia masih dengan lincah melawan para preman.

Meskipun lawannya menggunakan senjata dan ia hanya tangan kosong. Tapi tidak ada tanda kekalahan.

Satu persatu lawan yang Nadia lawan pingsan. Padahal Dava dan teman-temannya sudah terkapar dengan luka yang tidak ringan.

Preman yang tersisa langsung melarikan diri. Mereka bahkan tidak menghawatirkan teman-teman mereka yang sudah babak belur.

Setelah semua terkapar, Nadia dengan santainya meninggalkan tempat tersebut. Dia tidak peduli dengan kondisi mereka.

Dava dan teman-temannya hanya bisa pasrah dengan tingkah Nadia. Tapi mereka sangat berterima kasih padanya. Kalau tidak ada Nadia mungkin keadaan mereka lebih buruk ini.

Saat ini Ia memang belum bisa berterimakasih secara langsung. Namun ia berjanji akan berterima kasih secara pantas.

Tiba-tiba sebuah mobil menjemputnya.

Dava ketar-ketir melihat siapa yang turun dari mobil tersebut.

Dia tidak menyangka jika sang kakak bisa mengetahui keberadaannya. Entah apa yang akan terjadi padanya setelah ini. Dava hanya bisa pasrah saat sang sopir membantunya menaiki mobil tersebut.

Teman-temannya juga ditolong oleh bodyguard sang sang kakak.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

setiap perbuatan pasti ada konsekuensi nya... yg berbuat baik belum tentu dpt ganjaran baik, konon yg berbuat jahat.. hanya menunggu waktu buta balasan dr tiap kejahatannya.. krn hukum tabur tuai itu nyata adanya...

2024-03-08

2

nurliana

nurliana

kutin alurnya aja

2024-01-14

0

Ajusani Dei Yanti

Ajusani Dei Yanti

makasih up nya thorrrrr kuh

2023-12-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!