Laura

Nadia pulang saat matahari sudah mulai tenggelam. Dia tidak menyadari jika sang ayah saat ini tengah menunggunya dengan penuh amarah.

"Bagus ya...pulang sekolah bukannya langsung pulang malah keluyuran. Mau jadi apa kamu!" bentak Wahyu dengan geram.

Nadia yang baru saja masuk kedalam rumah hampir saja terjungkal sangking kagetnya. Dia menatap wajah lelaki yang mempunyai kemiripan yang sama dengan wajahnya.

Deg!

Entah kenapa dia merasakan ada yang tidak baik dengan tubuhnya. Apakah mungkin ini reaksi tubuh Nadia?

"Nadia!"

Wahyu sangat geram karena ucapannya tidak di perhatikan. Dia menatap Nadia dengan tajam. Namun Nadia tidak berniat untuk menjawabnya.

Merasa emosinya sudah diubun-ubun wahyu meninggalkan tempat itu. Dia tidak ingin sampai melakukan kekerasan padanya. Bagaimanapun Nadia masih darah dagingnya.

Nadia yang ditinggalkan setelah di bentak merasa bingung. Namun hanya sebentar sebelum melanjutkan langkahnya kedalam.

Tubuhnya terasa lengket. Dia perlu membersihkan tubuhnya.

Wahyu tiba-tiba menghentikan langkahnya. Dia merasa ada yang aneh. Jadi dia menoleh kebelakang.

Biasanya Nadia akan menyapanya dengan ramah. Meskipun sering tidak ia hiraukan, namun Nadia tidak pernah mengacuhkannya.

Sekarang dia bisa melihat Nadia bisa bersikap santai meskipun telah membuat kesalahan. Apakah selama ia pergi kali ini Nadia benar-benar berubah.

Wahyu menatap kepergian Nadia hingga menghilang dari pandangan matanya. Kemudian kembali melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Selesai mandi Nadia memutuskan untuk mempelajari kebudayaan serta bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Banyak hal yang masih perlu ia pelajari disini. Termasuk semua pelajaran di sekolah. Nadia terlalu fokus sampai melupakan makan malamnya.

Untuk pertama kalinya Wahyu memutuskan untuk makan malam bersama Nadia. Dia berfikir Nadia masih akan bersikap seperti biasanya.

Setiap pulang biasanya Nadia akan memasak kan makanan kesukaannya. Meskipun berakhir di piring para pembantunya.

Namun semua tidak sesuai ekspektasinya. Tidak ada tanda-tanda Nadia masak di dapur. Jangankan untuk masak, untuk makan malam pun Nadia tidak keluar.

Wahyu sudah tidak berniat untuk makan malam. Dia meninggalkan ruang makan tanpa mengucapkan apa-apa.

Sebenarnya Wahyu merasa penasaran dengan apa yang sedang dilakukan oleh Nadia saat ini. Namun egonya terlalu tinggi untuk sekedar memanggilnya.

Setelah Wahyu pergi, bi Salma memanggil Nadia untuk makan malam. Dia sengaja membiarkan sang majikan meninggalkan ruang makan terlebih dulu sebelum memanggil Nadia. Bi Salma tidak ingin Nadia dimarahi lagi.

Bi Salma mengetuk pintu kamar Nadia yang tertutup rapat.

Tok tok tok

"Non..." panggil bi Salma dengan suara yang agak tinggi.

"Ya Bi..." jawab Nadia sambil meninggalkan pekerjaannya

Ceklek!

Nadia membuka pintu kamarnya. Dia menatap bi Salma dengan dahi mengerut.

"Nona tidak makan malam dulu?"

"Ayah sudah makan belum?"

"Tuan baru saja naik ke atas. Tapi beliau belum makan," jawab bi Salma dengan jujur.

"Kenapa?"

"Mungkin tuan ingin makan malam bersama nona."

"Itu tidak mungkin," bantah Nadia tanpa pikir panjang. Dari ingatan yang ia peroleh tidak mungkin ayah Nadia mengajaknya makan bersama.

"Sudahlah...tidak usah berdebat. Lebih baik sekarang kita makan," ajak Nadia yang langsung berjalan ke ruang makan.

Nadia mendudukkan dirinya di kursi. Kemudian mengisi piring di depannya dengan aneka makanan. Dia tidak menyangka jika makanan indonesia banyak macam jenisnya.

Bi Salma memasak soto ayam kesukaan Wahyu. Rasanya membuat Nadia menambah porsi makannya. Apalagi bi Salma membuat sotonya lengkap.

Ada mihun, daun seledri + tauge, koya, bawang goreng, sambal kecap dan emping melinjo.

Wahyu melihat Nadia yang makan dengan lahap. Awalnya dia hanya ingin mengambil minum. Namun melihat Nadia makan dengan lahap membuatnya menghentikan langkahnya.

"Ehm..."

Nadia yang kekenyangan membalikkan tubuhnya kebelakang. Dapat ia lihat jika sang ayah berdiri dibelakangnya.

"Ayah mau makan?" tanyanya basa basi. Namun belum juga ayahnya menjawab, dia mempromosikan makanan yang baru saja ia makan dengan antusias.

"Rasanya enak banget loh. Perutku sekarang rasanya mau meledak."

Wahyu akhirnya tergoda dengan antusias putrinya. Apalagi perutnya juga lapar. Jadi ia mendudukkan dirinya di kursi kosong yang biasa ia pakai.

Dia mengisi piringnya dengan sedikit nasi dan meracik sendiri soto kesukaannya. Setelah itu tanpa menghiraukan keberadaan Nadia, ia makan dengan lahap.

Entah kenapa wahyu merasakan ketenangan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Nadia masih tetap duduk disana menemani ayahnya makan. Bukan karena ingin, namun karena perutnya merasa kekenyangan.

Setelah selesai makan Wahyu juga tidak berniat untuk untuk kembali ke kamarnya. Dia masih tetap duduk di kursinya.

Tidak ada perbincangan sama sekali diantara keduanya. Nadia yang memang tidak berniat untuk berbicara. Sedangkan Wahyu egonya terlalu tinggi.

"Maaf Tuan...ada tamu yang ingin bertemu," ucap bi Salma.

Wahyu mengingat jika para sahabatnya akan datang berkunjung. Sudah lama ia dan ketiga sahabatnya tidak bertemu. Dengan semangat ia beranjak dari ruang makan tersebut.

Nadia tidak mempedulikannya. Tidak ingin bertemu dengan tamu yang disebut oleh bi Salma, Nadia memutuskan untuk kembali kedalam kamar.

Wahyu sendiri sudah berada di ruang tamu. Tamu yang tak lain dua sahabatnya, sudah duduk dengan santai di sofa.

Wahyu mempunyai tiga orang sahabat. Dua sahabat lelaki dan seorang perempuan. Ketiganya sama-sama sudah berkeluarga.

"Halo bro..."sapa Wahyu.

"Makin segar aja nih."

"Sayur kali segar. Kalian cuma berdua doang?"

"Ya iya lah. Laila tidak ikut. Suaminya ngajak liburan."

"Istri kalian?"

"Kita pulang kantor langsung kesini."

"Oh...."

Bu Salma datang membawa minuman dan juga cemilan. Kebetulan tadi bi Salma dapat kiriman setandan pohon pisang. Kemudian memasaknya menjadi pisang goreng.

"Silahkan tuan..."

"Terimakasih bi."

"Sama-sama Tuan. Kalau begitu saya permisi."

Silahkan. "

Bi Salma kembali ke dapur. Ketiga lelaki itu melanjutkan pembicaraan mereka.

"Kamu tidak berniat untuk berumah tangga kembali, Yu?" tanya Farhan.

"Aku masih punya istri. Kenapa mesti repot cari istri lagi," jawab Wahyu sewot. Dia sangat sensitif membahas masalah seperti ini.

"Tapi ini sudah sembilan belas tahun loh. Memangnya adik lo nggak karatan?" sindir farhan yang membuat mereka tergelak.

"Sekretarisnya kan selalu ada. Bahkan kemana-mana selalu menempel," ejek Rangga dengan senyum sinisnya.

Dia memang tidak suka dengan keberadaan sekretaris Wahyu. Sampai saat ini sekretaris Wahyu tidak kunjung menikah padahal usianya sudah menginjak usia yang keempat puluh.

Saat ini wahyu sudah berusia empat puluh lima tahun. Dia menikah dengan sang istri saat usia mereka masih sembilan belas tahun.

Saat itu wahyu dan Bella masih duduk di bangku kuliah. Mereka memutuskan untuk menikah muda.

Di usia Bella yang kedua puluh, dia melahirkan si kembar. Lima tahun kemudian kembali melahirkan Nadia. Namun suatu kejadian membuat wahyu kehilangan Bella.

Setelah Nadia lahir dia diminta oleh dokter untuk membawa Nadia kecil keluar dari ruangan. Saat itu kondisi sang istri sedang kritis.

Meskipun dia sudah menolak, namun tangis Nadia yang begitu kencang membuatnya menurut.

Namun hingga dua jam ia menunggu di depan ruang persalinan, tidak ada tanda-tanda dokter maupun perawat keluar dari ruangan itu.

Nadia sendiri sudah ia bawa ke ruangan bayi. Wahyu semakin khawatir karena hampir lima jam tidak ada pergerakan dari dalam.

Akhirnya Wahyu memutuskan untuk menorobos kedalam. Namun dia langsung terkejut begitu melihat tidak ada siapapun dalam ruangan itu.

Wahyu pun panik. Dia mencari keberadaan Bella ke semua ruang.

Wahyu dan Bella memang tidak berada di rumah sakit. Mereka terpaksa mencari klinik terdekat karena Bella tiba-tiba merasa kontraksi.

Yang tidak diketahui oleh Wahyu semua kejadian sejak Bella tiba-tiba kontraksi hingga menghilangnya Bella semua sudah direncanakan.

Semua tidak lepas dari campur tangan sang sekretaris yang saat itu masih baru menjadi sekretarisnya.

Sekretaris Wahyu sendiri sebenarnya bukanlah olah sembarangan. Tanpa ada seorang pun tahu dia merupakan putri dari seorang mafia terkenal. Hanya saja dia tinggal bersama sang ibu yang hanya seorang buruh cuci.

Ibu laura hamil dihamili daddy laura yang saat itu sedang mabuk berat. Saat itu ibu Laura bekerja sebagai TKI di luar negri.

Akibat kejadian itu ibu laura hamil dan terpaksa di kembalikan ke Indonesia. Keberadaan laura sendiri baru diketahui oleh daddy laura saat usianya menginjak lima belas tahun.

Daddy laura saat itu liburan bersama keluarganya ke Indonesia. Mereka liburan di pulau Bali. Laura saat itu juga sedang liburan di pulau tersebut.

Saat itu laura liburan bersama teman-temannya setelah kelulusan.

Laura memiliki kesamaan dengan wajah sang daddy. Hal itu menjadikan rasa penasaran daddy Laura. Hingga akhirnya daddy Laura melakukan tes DNA. Tentu saja hasilnya positif.

Daddy Laura lah yang sudah membantu Laura atas menghilangnya Bella. Bahkan hingga sekarang gadis tersebut tidak menikah.

Namun jangan salah. Wanita itu mencari kepuasan pada lelaki yang menyukainya. Hingga saat ini tidak ada yang mengetahuinya.

Terpopuler

Comments

Hevi Agustina

Hevi Agustina

ceritanya kok gini yah
mosok dr dulu2 tdk ketemu istrinya pdhl dia tahu kehilangan istrinya campur tgn sekertarisnya...Aneh

2024-04-23

0

Kartolo Bae

Kartolo Bae

trus jadi sekertaris berapa puluh tahun kok gak masuk akal ya🤔

2024-04-17

0

Sandisalbiah

Sandisalbiah

lah itu si Wahyu otaknya eror atau gimana.. bagaimana bisa menyalahkan Nadia yg masih bayi merah atas hilangnya istri nya... situ waras pak...?

2024-03-08

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!