Permintaan Dava

Sudah lebih dari seminggu jiwa Aurora berada di tubuh Nadia. Kini dia sudah mulai beradaptasi dengan lingkungannya.

Sikap Nadia saat ini sangat berbeda dengan Nadia sebelumnya. Dia bukan lagi Nadia yang bisa digertak. Bukan sekali dua kali Mella dan kedua temanya membuat ulah. Namun ketiganya berakhir mengenaskan.

Saat Mella berniat menyiram tubuh Nadia, justru jus yang ia tumpahkan berakhir ditubuhnya. Saat akan menjegal malah dia yang tersungkur. Bukan hanya sakit yang ia rasakan, namun rasa malunya lebih besar.

Kondisi Dava saat ini sudah membaik. Bahkan hari ini ia sudah mulai bersekolah kembali. Hal yang pertama ingin ia lakukan adalah bertemu dengan Nadia.

Kedatangan Dava dan teman-temannya membuat kelas 12 C heboh. Mereka penasaran dengan kedatangan preman sekolah tersebut. Jangan-jangan ada siswa yang menjadi targetnya.

Sedangkan Nadia dengan malas menidurkan kepalanya diatas meja. Dia merasa tidak nyaman karena hari ini tamu bulanannya datang.

Teman-teman Nadia tidak menyangka jika Dava dan kedua temannya akan menghampiri bangku Nadia.

Mereka berfikir jika Nadia menjadi target dari Dava. Ada yang kasihan ada pula yang merasa senang. Contohnya Mella dan kedua temannya.

"Wah...kayaknya Nadia jadi target Dava deh," bisik Friska pada Mella.

"Syukurlah kalau begitu. Akhirnya rasa kesalku ada yang membalas," bisik Mella kegirangan.

Mereka menunggu dengan tidak sabar dengan apa yang akan dilakukan Dava pada Nadia. Berharap jika Dava bisa memberikan pelajaran yang membuat Nadia jera.

Entah apa yang ada dalam pikiran ketiga anak tersebut. Padahal Nadia tidak pernah membuat masalah pada mereka.

" Nadia...." sapa Dava dengan lembut.

Tentu saja sapaan lembut tersebut membuat teman-teman Nadia terkejut. Padahal mereka sudah bersiap, jika Dava membuat keributan dikelas mereka.

Nadia yang memang tidak tidur langsung mendongak. Dia tidak menyangka jika Dava akan menghampirinya.

"Apa?" tanya Nadia malas. Bahkan dia masih tetap dalam posisinya.

"Gua sama teman-teman mau berterima kasih padamu," ucap Dava tulus.

"What!" pekik teman-teman Nadia tak percaya dengan yang diucapkan oleh Dava.

Belum hilang keterkejutan mereka dengan ucapan lembut Dava, kini mereka dibuat kaget dengan ucapan terima kasih yang diucapkan oleh nya.

"Soal?" tanya Nadia bingung.

Dia sudah melupakan pertemuannya dengan Dava dan teman-temannya. Menurutnya hal tersebut tidak perlu diingat.

"Kamu tahu gua kan?" tanya Dava sebelum mengingatkan pertemuan mereka yang tidak mengenakkan.

Nadia duduk dengan benar. Kemudian menatap pemuda dihadapannya dengan pandangan menyelidiki.

"Mau apa mencariku?" tanya Nadia.

"Tentu saja berterima kasih karena sudah menyelamatkan kami dari geng Cobra."

"What!"

Lagi-lagi pekikan teman-teman Nadia membuatnya geram. Dava mengalihkan pandangan ke sekitar, membuat hawa kelas menjadi dingin.

"Nggak usah ganggu orang lagi ngomong bisa kan," ucap Dava penuh penekanan.

Tanpa menunggu jawaban, Dava kembali menatap Nadia. Wajah galak ya tadi berubah menjadi lembut.

"Kami boleh berteman denganmu kan?" pinta Dava tiba-tiba.

"Kenapa?" tanya Nadia singkat.

"Ehm..."

Dava bingung mesti jawab apa. Apa berteman masih butuh alasan. Nadia masih menatap Dava menunggu jawabannya.

"Memangnya berteman butuh alasan ya?" tanya Dava sambil menggaruk rambutnya yang tidak gatal.

"Tidak juga sih. Cuma aneh saja gitu."

"Tapi...mau kan?"pinta Dava dengan penuh harap.

Namun Dava harus kembali ke kelasnya karena bel berbunyi. Padahal Nadia belum menjawabnya.

Dava kembali datang saat istirahat. Kini dia bersama kedua temannya menunggu di depan pintu.

Geng Seven dibentuk oleh Dava dan teman-temannya. Kedua temannya berasal dari sekolah yang sama. Dua orang tidak bersekolah dan dua orang lagi sudah duduk di bangku kuliah.

Nadia dan Saskia akhirnya makan bersama Dava dan kedua temannya. Nadia bersikap biasa saja. Namun Saskia agak takut.

Kedatangan mereka di kantin secara bersama membuat kantin heboh. Meskipun begitu tidak ada yang mengganggu.

"Kalian mau pesan apa?" tanya Dava pada Nadia dan Saskia. Bagaimana pun dia yang sudah mengajak mereka ke kantin bersama.

"Aku persen sendiri,"ucap Saskia sebelum beranjak dari sana dengan cepat.

"Kamu bagaimana?" tanya Dava tanpa menghiraukan kepergian Saskia.

"Mi ayam sama jus mangga."

"Oke...kalian berdua dengar kan. Kalau gua seperti biasa."

"Oke bos!"

Reno dan Bara meninggalkan keduanya untuk memesan makanan.

"Ehm..gua boleh tanya nggak Nad?" tanya Dava gugup.

"Terserah," jawab Nadia datar.

"Kamu belajar beladiri dimana?"

"Memangnya kenapa?"

"Kalau gua mau ikutan berlatih boleh tidak?"

"Buat apa?"

"Biar kuat lah!"

"Orangnya dah mati," ucap Nadia asal

"Kalau begitu belajar sama kamu boleh kan?"

"Nggak minat."

"Kok gitu?"

"Makanannya dah siap. Nih!"

Reno meletakkan pesanan Dava dan Nadia di depannya. Percakapan mereka pun akhirnya berhenti. Tidak ada lagi percakan saat makan.

Sejak saat itu Dava dan kedua temannya selalu pergi ke kelas Nadia. Secara tidak langsung mereka jadi berteman.

"Nad....lo suka balapan motor tidak?" tanya Dava saat mereka sedang berkumpul. Saskia pun ikut dekat dengan mereka.

"Kenapa?"

"Nanti malem kita orang mau balapan. Disana juga ada teman gua yang lain. Kalau lo suka gua bisa jemput lo Nanti."

Nadia merasa tertarik dengan ucapan Dava. Dia pun menyetujuinya.

Dava menjemput Nadia pukul tujuh malam. Karena ayahnya tidak ada di rumah, jadi ia bebas berangkat kapanpun.

Setelah berpamitan kepada kedua pembantunya, Nadia pun berangkat.

Tempat yang menjadi arena balap kali ini terbilang agak tersembunyi. Agar tidak tertangkap oleh pihak kepolisian.

Saat Nadia datang, sudah banyak yang ada di lokasi. Dava langsung membawa Nadia ke tempat teman-temannya berkumpul.

Kedatangan Dava bersama Nadia menjadi heboh. Dava memang sudah terkenal dikalangan mereka.

Selama ini Dava belum pernah membawa seorang pun cewek kedalam boncengan. Jadi kebanyakan dari mereka berfikir jika Nadia merupakan kekasih Dava.

"Halo bro!" sapa salah satu teman Dava.

"Hai!"

Dava melakukan tos dengan teman-temannya. Kemudian memperkenalkan Nadia secara langsung.

"Kalian pasti sudah kenal dengannya kan?"

"Bukannya Lo cewek yang sudah nolongin kita waktu itu?" tanya Arfa. Dia merupakan salah satu teman Dava yang sudah duduk di bangku kuliah.

"Yoi bro."

Bukan Nadia yang menjawab pertanyaan Arfa. Namun Reno dan Bara mau jawab secara bersamaan.

"Wah...terimakasih atas pertolongan lo waktu itu. Kalau nggak ada Lo mungkin kondisi kami lebih parah," ucap Arfa dengan tulus.

Nadia menganggukkan kepalanya. Pandangannya menyapu area sekitar.

Area tersebut cukup aman dibuat balapan. Tempatnya jauh dari keramaian. Rumah penduduk juga jarang. Mungkin hanya bisa dihitung degan jari.

Banyak yang ikut dalam balapan kali ini. Bukan hanya dari geng Cobra maupun Seven. Ada yang perorangan bahkan berkelompok.

Nadia dan yang lain menunggu balapan dimulai dengan makan bakso yang mangkal disana. Sampai akhirnya balapan pun dimulai.

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

Nadia bakal ikut balap gak tuh... kali aja biar bisa dapet motor buat transportasi sekolah kan mayan..

2024-03-08

2

nurliana

nurliana

hhmmm

2024-01-14

0

talita

talita

lanjut semangat

2023-12-18

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!