Penampilan baru Nadia

Mella mengurung dirinya di dalam kamar. Sepulangnya dari sekolah tadi, Mella langsung masuk kedalam kamar dan menguncinya.

Mella masih shock dengan kejadian tadi siang. Dia takut perbuatan dia dan teman-temannya terbongkar.

Sebenarnya Mella Ingin memberitahu kedua orang tuanya dan meminta bantuan mereka. Namun mengingat jika Nadia merupakan keponakan sang mama, membuatnya mengurungkan niatnya.

Saat tengah asyik bergalau ria, pintu kamarnya diketuk dari luar. Mella seketika panik. Dia pura-pura tidur dan menutupi tubuhnya dengan selimut.

Hal yang sia-sia sih sebenarnya. Bukankah pintu kamarnya sudah dikunci. Jadi tidak ada yang bisa membukanya, kecuali menggunakan kunci cadangan

Tok tok tok

"Mella!" teriak mama Mella di depan pintu kamarnya. Mendadak tubuh Mella gemetar.

Tok tok tok tok

Mama Mella kembali mengetuk pintu kamar putrinya karena tidak ada tanggapan dari dalam kamar.

"Sayang...makan malamnya sudah siap loh. Ayo makan!" ajak mama Mella dengan suara agak keras.

Ceklek Ceklek

Mama Mella mencoba untuk membuka pintu. Ternyata pintunya terkunci dari dalam. Dia berfikir mungkin saja Mella tertidur.

Mama Mella pun memilih meninggalkan kamar Mella . Ada suami dan kedua putrinya yang lain menunggu di meja makan.

"Kok mama sendiri, kakak mana?" tanya si bungsu.

"Kakak sudah tidur. Jadi malam ini kita makan tanpa kakak," jawab sang mama sambil duduk di kursinya.

"Tumben."

"Mungkin kakak lelah. Pulang saja tadi sampai sore hari. Sudahlah...lebih baik kita makan."

Mama Mella mengisi piring sang suami dengan nasi dan lauk kesukaannya. Kemudian memberikannya pada sang suami.

Setelah itu mengisi piringnya sendiri. Barulah setelah itu giliran dua putrinya.

Mereka makan dengan hening. Hanya suara dentingan sendok dan garpu yang saling bersahutan.

Keesokan harinya Nadia bangun di pagi buta. Kebiasaan itu sudah Aurora lakukan sejak kecil. Dimana sang papa terus mengajaknya berlatih.

Wajahnya nampak membaik setelah dikompres dan di obati. Tinggal memar saja yang masih terlihat.

Biasanya Nadia akan menguncir rambutnya menjadi dua. Bukan hanya itu. Nadia juga memakai kacamata besar untuk menutupi mata indahnya

Namun saat ini jiwa yang berada di tubuhnya itu bukan lagi si cupu. Dia adalah Aurora sang ratu mafia yang terkenal jenius dan sangat kejam

Nadia memotong rambutnya menjadi pendek. Jadi dia tidak harus menguncirnya. Dia sangat malas jika harus disuruh menguncir rambut.

Nadia juga tidak lagi menggunakan kaca mata besar yang selalu ia pakai. Kebetulan kaca mata itu tertinggal di dalam toilet sekolah.

Sebenarnya sih bukannya tidak ada lagi. Sebab dilaci ada beberapa kacamata dengan bentuk yang sama. Namun Aurora yang berada di tubuh Nadia tidak menyukainya.

Nadia nampak lebih segar dari biasanya. Dia sudah bersemangat untuk berangkat ke sekolah.

Setelah semuanya sudah siap, Nadia keluar dari kamar dengan ransel yang ia pakai di punggung.

Kedatangan Nadia di ruang makan, membuat bi Salma dan Sania memujinya habis-habisan.

"Wah.. Non Nadia cantik deh, "puji bi Salma dengan tulus.

"Benar," ucap Sania menyetujui ucapan bi salma. Dibanding tampilan biasanya, sekarang Nadia memang nampak lebih cantik dan segar.

"Terima kasih."

"Sarapan dulu Non," ajak bi Salma.

Nadia mengangguk dan menduduki salah satu kursi kosong yang ada di ruang makan.

"Kami sudah menyiapkan makanan kesukaan nona," lanjut bi Salma.

Nadia menatap semua makanan yang tersaji di atas meja. Dari semua makanan yang tersaji, hanya ayam goreng yang pernah ia makan.

"Kenapa?apa Nona tidak suka dengan makanannya?" tanya bi Salma karena melihat Nadia hanya diam menatap makanan di depannya.

Tidak ingin menimbulkan kecurigaan, Nadia mengisi piringnya dengan nasi dan lauk yang tersaji di atas meja.

Sebenarnya bi Salma hanya memasak menu sederhana kesukaan Nadia. Ada sayur sop, bergedel kentang, tempe goreng, ayam goreng dan sambal kecap.

Nadia mencoba satu persatu lauk tersebut. Merasa lauk itu cocok dengan lidahnya, dia makan dengan lahap.

Melihat Nadia makan dengan lahap membuat bi Salma dan Sania tersenyum.

Selesai menghabiskan makanannya, Nadia pun berangkat ke sekolah. Dia dengan setia menggunakan motor butut milik tukang kebun. Dalam hati ia berjanji akan membalas perlakuan tukang kebun itu dengan baik.

Di sekolah Mella, Friska dan Velly sudah datang sejak tadi. Ketiganya saat ini sedang berkumpul di lorong yang agak sepi.

Ketiganya penasaran dengan mayat Nadia. Apakah masih berada di dalam toilet atau sudah dipindahkan.

Namun jika sudah ada yang menemukannya pasti saat ini sekolah sudah heboh. Jadi kesimpulan mereka, Nadia masih tergeletak di dalam toilet.

"Bagaimana ini...apa kita akan melihatnya langsung?" tanya Friska sambil berbisik.

"Jangan. Kita tunggu saja sebentar. Pasti akan ada orang yang melihatnya. Setelah itu barulah kita melihatnya," jawab Mella dengan ikutan berbisik.

"Terus ngapain kita disini?"

"Kalau kita bicara di kelas, otomatis anak-anak bisa dengar. Kalau disini kan sepi dan jarang ada yang lewat juga."

"Terus gimana sekarang. Mau terus disini atau kembali ke kelas dulu?"

"Kembali ke kelas saja dulu. Baru kalau sudah ada kehebohan Kita lihat. Jangan sampai ada yang menyadari kalau kita yang sudah membullynya."

"Beres!"

Kemudian ketiga gadis itu kembali ke kelas mereka. Kebetulan ketiganya berada di kelas yang sama. Nadia pun berada dalam satu kelas bersama mereka.

Namun betapa terkejutnya mereka saat tiba di dalam kelas. Mereka melihat Nadia versi berbeda. Ketiganya saling pandang.

"Kok gua merasa tu anak agak mirip si cupu?" tanya Velly dengan berbisik. Namun pandangannya tidak lepas dari Nadia.

"Mata lo katarak. Mereka berdua ma beda jauh,"bantah Mella tak terima. Namun di dalam hati kecilnya dia juga setuju dengan yang diucapkan oleh Velly.

"Minggir!" ucap siswa lelaki yang bertubuh tanggung. Dia tidak sendiri. Dia bersama dua temannya yang berdiri di belakangnya.

Lelaki itu bernama Daffin. Dia merupakan ketua kelas dua belas C. Kedua lelaki dibelakang daffin juga teman kelas mereka.

"Ganggu saja," protes Velly dengan cemberut

"Siapa suruh kalian berdiri di tengah pintu. Sudah tahu banyak orang mau lewat," omel Daffin.

Tidak ingin menambah masalah, Friska menyeret kedua temannya ke bangku mereka. Dia tidak menghiraukan ucapan protes Mella dan Velly.

Sebenarnya bukan hanya ketiga gadis itu saja yang penasaran dengan identitas Nadia. Daffin dan kedua temannya yang baru tiba pun langsung menghampirinya.

"Hai...kamu anak baru?" tanya Daffin dengan ramah.

Meskipun wajah Nadia masih terlihat memar, namun tidak menyembunyikan kecantikannya.

Mendengar pertanyaan Daffin membuat Nadia menggelengkan kepalanya. Daffin menatap kedua temannya namun keduanya hanya menghendikkan bahu mereka.

"Kok gua baru lihat?"

"Nadia," jawabnya singkat, padat jelas.

"Sumpah loh!"

Bukan hanya Daffin saja yang terkejut. Namun beberapa siswa yang memang berada di dalam kelas juga sama terkejutnya dengan Daffin.

"Bercanda Lo...nggak banget deh!"

"Benar tuh. Dilihat dari manapun kalian berdua beda."

"Terserah mau percaya apa tidak. Yang penting gua sudah bilang jujur."

"Apa buktinya."

"...?"

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

waktu buat membalas para pembully ...beri mereka pelajaran agarvbisa menghargai org lain...

2024-03-08

1

Dewirani Indayani

Dewirani Indayani

betul biasakan biarpun di novel dan zaman kekinian pake bhs indonesia yg baik seperti aku , kamu dan saya

2024-01-21

2

Cha Sumuk

Cha Sumuk

ah knp hrs pake bhsa gua gua loe loe sih ah

2024-01-16

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!