Karyawan resmi

Narendra mendapat laporan jika data perusahaan mengalami kebocoran. Dia bergegas pergi ke perusahaan walaupun tengah malam.

Sedangkan Nadia yang sudah membuat masalah buat sang kakak tidur dengan nyenyak. Dia tidak memperdulikan sang kakak yang kelimpungan. Sebagai balasan atas ucapannya semalam.

Keesokan harinya Nadia membolos sekolah. Dia pergi ke perusahaan karena ada interview tambahan.

Setibanya di perusahaan Nadia langsung disuruh menghadap direktur utama yang tak lain Arshaka. Tidak ada rasa takut maupun gugup yang dirasakan oleh Nadia.

"Silahkan dek," ucap sekretaris Shaka dengan sopan.

"Terimakasih," jawab Nadia tak kalah sopan.

Nadia memasuki ruangan yang sudah dibuka oleh sekretaris Shaka. Cukup terkejut ketika mengetahui bahwa kakak Dava lah yang menjadi direkturnya.

"Selamat pagi, Pak," sapa Nadia dengan formal.

"Selamat pagi. Silahkan duduk dulu," ucap Shaka datar.

"Terimakasih."

Arshaka tidak menyangka jika Nadia akan memilih membolos sekolah demi interview.

"Bukankah seharusnya kamu masih sekolah?"

"Benar Pak. Namun karena ada pemberitahuan jika ada interview yang harus saya lakukan pagi ini, maka saya terpaksa membolos," jawab Nadia seadanya.

"Dengan sikapmu seperti ini, apa kamu yakin bisa diterima di perusahaan ini," sindir Shaka dengan sinis. Dia sangat tidak menyukai orang yang tidak bertanggung jawab.

"Tidak."

"Kenapa?"

"Karena saya harus memilih, maka saya harus tegas memberi pilihan. Saya juga sudah siap meskipun tidak diterima diperusahaan ini," jawab Nadia dengan gamblang.

"Baguslah kalau begitu. Saya sudah melihat semua hasil tes yang sudah kamu lakukan. Saya akui nilai yang kamu miliki melebihi pelamar lainnya ."

Arshaka menghentikan ucapannya. Dia menunggu respon dari Nadia. Biasanya orang akan langsung tersanjung mendengar pujian. Kemudian merasa besar kepala dan sombong.

Nadia sendiri masih menunggu kelanjutan dari ucapan Arshaka. Dia yakin Shaka tidak hanya mengatakan hal tersebut. Karena tidak ada tanggapan dari Nadia, Shaka melanjutkan ucapannya.

"Bukankah kamu masih duduk dibangku SMA. Perusahaan membutuhkan karyawan yang bisa bekerja secara profesional. Mungkin jika kamu bekerja paruh waktu di restoran ataupun minimarket, bos kamu masih bisa memberi kelonggaran. Namun maaf kami tidak bisa."

"Kenapa kemarin pihak HRD memberitahu jika saya diterima bekerja di perusahaan ini?"

"Maaf...itu memang kelalaian dari kami. Apalagi dari semua pelamar, hanya anda yang mendapatkan nilai tertinggi."

"Terus sekarang masalahnya apa?"

"Seperti yang sudah saja jelaskan sebelumnya. Kami butuh karyawan yang profesional. Selain itu kami butuh karyawan yang mempunyai kemampuan sebagai hecker."

"Kalau seandainya saya masuk dalam kriteria anda bagaimana?" tanya Nadia saat mendengar jika perusahaan butuh seorang hecker.

"Maksud kamu?" tanya Shaka yang belum mengetahui apa maksud ucapan Nadia.

"Sebelum saya menjawabnya. Bolehkah saya meminjam komputer anda?"pinta Nadia sopan.

"Buat apa?" tanya Shaka heran.

"Bukankah Anda membutuhkan seorang hecker?"

"Terus?" tanya shaka bingung.

"Bukankah saya harus menunjukan keahlian saya pada bapak?"

Arshaka menghela nafasnya kasar. Sepertinya Nadia masih belum menangkap maksud dari ucapannya.

Namun dia ingin melihat apa yang akan dilakukan oleh Nadia dengan komputer milikinya. Jadi dia mempersilakan Nadia untuk menggunakannya.

"Baiklah...kamu bisa menggunakan komputer milikku."

Arshaka meminta Nadia untuk duduk dikursi miliknya. Nadia dengan senang hati menurutinya.

Tanpa buang-buang waktu lagi Nadia menunjukan keahliannya. Dia menghilangkan semua data yang ada di perusahaan. Hal tersebut membuat karyawan Shaka kalang kabut.

Arshaka sendiri masih belum mengetahui apa yang sudah dilakukan oleh Nadia. Dia masih menunggu Nadia sambil menatap itu dengan tatapan sulit diartikan. Namun getaran yng berasal dari ponselnya membuat perhatiannya teralihkan.

"Halo."

"Apa! Bagaimana bisa?"

Shaka kaget sampai bangun dari duduknya. Informasi yang diberikan oleh anak buahnya benar-benar membuatnya gusar.

Dia sudah berniat untuk keluar dari ruang dan menghampiri anak buahnya yang bergerak dalam bidang IT. Namun ucapan Nadia membuat Shaka menghentikan langkahnya.

"Bagaimana hasilnya?"tanya Nadia tanpa mengalihkan perhatiannya dari komputer didepannya.

Deg!

"Apa maksudmu?"

"Bukankah karyawan bapak sudah memberi informasi?"

"Jangan bilang kalau kamu dalang dari itu semua?" tebak shaka dengan wajah memerah. Sungguh dia ingin sekali memarahi gadis didepannya.

"Menurut bapak?"

"Kenapa kamu melakukan hal tersebut?"

"Kalau saya tidak melakukannya, bagaimana saya memberikan bukti jika saya pun bisa menjadi hecker yang handal?"

Arshaka memijat pelipis nya yang tiba-tiba pusing. Apa yang diucapkan Nadia memang benar. Seandainya Nadia tidak berbuat seperti itu, dia tidak akan tahu kemampuannya.

"Apakah kamu bisa mengembalikan data-data itu?"

"Tentu saja bisa."

"Kalau begitu...kamu kembalikan dulu data-data itu. Setelah itu kita lanjutkan pembicaraan kita"

"Oke!"

Nadia dengan cepat mengembalikan semua data yang sudah ia hilangkan. Tangannya benar-benar ahli dalam mengoperasikan komputer.

Arshaka kembali mendapat laporan dari karyawannya. Dia merasa takjub sekaligus bingung dengan sikap yang harus ia ambil.

"Saya sangat ingin menerima kamu sebagai karyawan. Namun dengan identitas kamu saat ini akan menimbulkan kecemburuan sosial. Saya bingung memutuskannya," ucap Shaka dengan jujur.

Dia tidak ingin kehilangan Nadia yang mempunyai kemampuan yang mengagumkan. Namun dia juga tidak bisa melanggar apa selama ini sudah ia terapkan. Ini seperti menjilat ludah sendiri baginya.

"Bagaimana kalau...saya bekerja tanpa perlu ke kantor. Saya bisa bekerja dari rumah. Namun jika ada kondisi darurat saya akan langsung ke perusahaan."

Arshaka pun senang mendengarnya. Apalagi pekerjaan Nadia memang bisa dilakukan dari rumah. Dia pun menyetujui usul yang dikemukakan oleh Nadia. Dan mulai saat ini, Nadia resmi menjadi karyawan Arshaka.

"Baiklah...mulai saat ini kamu resmi menjadi karyawan saya. Ingat kamu harus siap sewaktu-waktu perusahaan dalam kondisi kritis!"

"Siap!"

"Kalau begitu kamu boleh kembali terlebih dahulu. Semua pekerjaan kamu akan dikirim melalui email."

"Baik Pak. Terimakasih karena sudah menerima saya bekerja di perusahaan ini," ucap Nadia dengan tulus.

"Jangan pernah mencoba untuk berkhianat!" ucap Shaka penuh peringatan.

"Tentu saja. Saya juga tidak suka dengan pengkhianat. Bapak tidak perlu khawatir soal itu. Saya berjanji akan setia dengan perusahaan."

"Saya tidak butuh janji,tapi bukti!"

"Oke...akan saya buktikan semua perkataan saya hari ini."

"Good!"

Terpopuler

Comments

Sandisalbiah

Sandisalbiah

good job Nadia... semoga ini awal yg baik utk kedepannya.. semangat

2024-03-08

1

Cinta Abadi

Cinta Abadi

wah keren nadia

2024-02-18

0

miyura

miyura

lanjut..

2023-12-24

0

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!